BANDAR LAMPUNG – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mau semua komoditas di Indonesia melakukan industrialisasi dan hilirisasi. Menurutnya, selama puluhan hingga ratusan tahun Indonesia cuma mengekspos barang mentah yang harganya sangat murah, kali ini praktik itu harus dihentikan.
Menurutnya, produksi pertanian dan perkebunan pun harus dihilirisasi. Mulai dari kopi, kelapa sawit, kakao, maupun komoditas lainnya.
“Semua komoditas pertanian kita harus masuk kepada industrialisasi, harus masuk kepada hilirisasi,” tegas Jokowi ketika ditanya upaya hilirisasi kopi usai meninjau panen kopi di Lampung, Jumat (12/7/2024) lalu.
Jokowi mengatakan Indonesia sudah ratusan tahun hanya mengekspor barang mentah yang harganya murah. Saat ini praktik memberikan nilai tambah baru diekspor harus digalakkan.
“Harusnya semuanya, tidak dalam bentuk mentahan-mentahan yang sudah berpuluh tahun beratus tahun kita lakukan ekspor dalam bentuk mentahan, harus dihilirisasi,” kata Jokowi.
Orang nomor 1 di Indonesia itu mengatakan di Lampung Barat, tempat yang dia kunjungi sentra kopinya sudah memiliki banyak produk kopi yang diekspor tapi tidak dalam bentuk mentah. Dia mengapresiasi hal itu, dan meminta komoditas lain juga diberlakukan sama seperti kopi.
“Saya melihat tadi di depan sudah banyak yang packaging-nya bagus, siap untuk diekspor, ya seperti itu. Tidak hanya kopi, cokelat, sawit, semuanya, dan komoditas pertanian perkebunan lainnya,” pungkas Jokowi.
Genjot Produksi Kopi
Kepada Bergelora.com di Bandar Lampung dilaporkan, Presiden Jokowi melakukan peninjauan panen komoditas kopi di Lampung Barat. Provinsi Lampung sendiri memang dikenal sebagai sentra kopi di Indonesia.
Jokowi mengatakan komoditas kopi saat ini sedang naik daun. Harga kopi menurutnya sedang mengalami kenaikan bila dilihat perbandingan harga dari tahun ke tahun. Komoditas ini juga memiliki permintaan yang cukup besar dari pasar global.
Melihat potensi keuntungan yang besar, Jokowi pun memberikan titah baru kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang juga hadir mendampinginya di Lampung Barat.
Tugas baru itu adalah menggenjot produktivitas perkebunan kopi hingga menghasilkan 8-9 ton per hektare setiap panen. Sampai saat ini paling banter di Lampung hanya 1 ton per hektare saja produktivitas kebun kopinya.
“Tadi disampaikan ke menteri pertanian agar berikan perhatian ke kopi. Produktivitas per hektarenya harus naik yang paling penting, yang satu hektarenya 1-2 ton, itu harusnya bisa masuk ke 8-9 ton, karena negara lain bisa ke angka itu,” sebut Jokowi dalam keterangan persnya.
Dia memaparkan diperkirakan di Indonesia ada 1,2 juta hektare lahan perkebunan kopi, baik jenis robusta maupun arabika. Nah di Lampung Barat sendiri jumlah lahannya cukup besar sampai 60 ribu hektare dengan komoditas andalan kopi robusta.
Menurut orang nomor satu di Indonesia itu, produktivitas kopi bisa digenjot dengan beberapa hal. Mulai dari perawatan yang baik, pupuk yang tersedia cukup, dan jarak tanam yang dekat.
Hal-hal semacam ini yang diperintahkan Jokowi kepada Amran untuk dilakukan. Karena pada akhirnya bila produktivitas kopi naik, petani-petani kopi rakyat juga bakal naik kesejahteraannya.
“Kalau produktivitas per hektare naik kesejahteraan petani kopi akan makin baik,” tegas Jokowi. (Salimah)