JAKARTA- Tiongkok kembali alami lonjakan kasus Covid-19. Negara itu mencatatkan lebih dari 22.000 kasus baru dalam sehari baik yang bergejala atau tidak. Otoritas kesehatan Tiongkok melaporkan gelombang baru Covid-19 ini dikarenakan masuknya subvarian BA.2 dan BA.1.1 yang mendorong jumlah kasus harian dalam dua bulan terakhir di Tiongkok.
Direktur program imunisasi dan vaksin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kate O’Brien menduga vaksinasi di negara tersebut menjadi salah satu faktor pemicu lonjakan kasus Covid-19. Namun, WHO belum memaparkan perkara ini lebih lanjut.
“Kami akan terus mengikuti situasi itu karena terus muncul dan saat mereka menanggapi situasi sehingga kami dapat memahami sifat kasus, status vaksinasi yang mendasari dan komponen lain di sana,” tegas O’Brien seperti dikutip CNBC International.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, berbeda dengan negara-negara Barat yang lebih memilih vaksin jenis messengger RNA seperti pada pfizer, moderna, dan AstraZeneca yang baru pertama kali dicoba pada manusia saat pandemi Covid-19. Sedangkan vaksin yang dibuat dan dipakai di Tiongkok, seperti Sinovac, Sinopharm dan CanSino merupakan vaksin berasal dari virus yang tidak aktif, yang sudah teruji penggunaannya pada beberapa vaksin lainnya seperti cacar, polio dan DPT (
difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus sudah lama dipakai selama berpuluh-puluh tahun sebelum pandemi Covid-19.
Sementara, sebuah studi lain mengemukakan bahwa dua suntikan vaksin jenis messengger RNA terbukti lebih efektif daripada vaksin virus yang tidak aktif, jenis vaksin umum digunakan di Tiongkok, bagi orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun.
Tidak hanya itu, angka vaksinasi bagi lansia di Tiongkok juga tergolong sangat rendah. Wakil direktur Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok, Zeng Yixin mengungkapkan baru 50 persen lansia berusia 80-an yang telah mendapatkan vaksinasi hingga dosis kedua, seperti dikutip CNBC International.
Laporan Airfinity juga mengatakan sebanyak 19 persen orang Tiongkok yang berusia di atas 60 tahun tidak menerima vaksin pada pertengahan Maret lalu. Padahal, perusahaan analisis kesehatan berbasis di London itu menghimbau apabila Omicron menyebar ke seluruh daratan Tiongkok dapat menyebabkan 1 juta kematian hanya dalam waktu tiga bulan.
Jadi terlalu berani pejabat sebuah lembaga internasional semacam WHO mengeluarkan pernyataan diatas, karena akan membuka kotak pandora misteri pandemi. (Web Warouw)