JAKARTA – Citra Bill Gates selama ini cenderung positif di hadapan publik. Ia merupakan pendiri Microsoft yang kaya raya, gemar membaca buku, dan dermawan.
Namun, ternyata Gates memiliki satu sifat negatif yang terbongkar melalui buku berjudul “Billionaire, Nerd, Savior, King: Bill Gates and His Quest to Shape Our World” karya jurnalis New York Times, Anupreeta Das.
Dalam buku tersebut, Gates disebut seperti anak kecil saat pergi ke toko permen ketika melihat anak magang perempuan di Microsoft. Hal ini memaksa manajemen Microsoft melarang anak magang berduaan dengan Gates.
Kelakuan genit Gates diduga menjadi salah satu penyebab kehancuran rumah tangganya dengan Melinda French Gates.
“Bukan rahasia Gates suka menggoda dan mengejar-ngejar perempuan. Ia bahkan kerap mengajak karyawan Microsoft makan malam ketika masih menjabat chairman,” kata Das.
Masalah muncul segera setelah Gates menikah pada tahun 1994. Kala itu Gates merindukan mantan kekasihnya Ann Winblad yang merupakan seorang pengusaha teknologi.
Menurut Das, French Gates secara personal merombak tim keamanan suaminya karena khawatir tim lama akan memperbolehkan sang suami pergi ke tempat-tempat tanpa sepengetahuannya.
Bahkan, French Gates memerintahkan asisten rumah tangga mereka untuk tidak memberikan nomor telepon personal Gates jika ada perempuan yang menelpon ke rumah.
Berbagai upaya French Gates tak membuat Gates berhenti ‘berkeliaran’. Pada akhirnya, rumah tangga itu runtuh pada Mei 2021 setelah hampir 30 tahun menikah.
French Gates mengira pernikahan akan mengubah sikap genit Gates. Namun, Gates menilai pernikahan dan cinta adalah dua hal berbeda, menurut buku Das.
Tak cuma di Microsoft, Gates bahkan mencari ‘mangsa’ di yayasannya bersama sang istri ‘Bill and Melinda Foundation’. Para pekerja perempuan di yayasan itu turut merasakan sikap tak menyenangkan sang miliarder.
“Gates merayu para anak magang di Gates Foundation dan meletakkan mereka pada posisi serba salah. Di satu sisi, mereka ingin memiliki prospek karir. Di sisi lain, mereka tak ingin digoda oleh sang bos,” kata Das.
Salah satu mantan eksekutif Microsoft mengatakan Gates tak menawarkan prospek karir yang lebih baik kepada para ‘mangsa’-nya dengan syarat memenuhi hasrat seksualnya.
“Saya tak melihat ada seseorang yang mendapat imbalan karir gemilang karena tidur dengan Gates,” kata sang mantan eksekutif kepada Das.
Amarah terakhir French Gates adalah dugaan persahabatan suaminya dengan terpidana pedofil Jeffrey Epstein, yang bertemu Bill Gates berkali-kali setelah pengusaha itu mengaku bersalah karena melakukan seks dengan anak di bawah umur.
Usai cerai pada 2021 lalu, French Gates meninggalkan yayasannya bersama Gates dan meluncurkan perusahaan filantropi baru.
Juru bicara Gates buka suara atas buku Das dan menyebutnya tidak akurat.
“Mengandalkan hampir semata-mata pada desas-desus pihak kedua dan ketiga serta sumber-sumber anonim, buku ini memuat tuduhan-tuduhan yang sangat sensasional dan kebohongan yang mengabaikan fakta-fakta terdokumentasi yang sebenarnya bisa diberikan kantor kami kepada penulisnya dalam berbagai kesempatan,” kata perwakilan kantor Gates dalam sebuah pernyataan.
“Gates sebelumnya telah menyatakan penyesalannya yang mendalam karena pernah bertemu dengan Epstein, yang dia temui hanya untuk berdiskusi mengenai aktivitas filantropi,” ia menambahkan.
Menguasai WHO
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, para kritikus mengeluhkan peran besar Yayasan Bill dan Melinda Gates dalam mendanai WHO,
Para pakar kesehatan global mengatakan bahwa meskipun uang ini diterima dengan baik, hal ini memberi Gates pengaruh yang sangat besar dan menggarisbawahi masalah pendanaan kronis yang dihadapi WHO bahkan saat organisasi itu berjuang mengatasi semakin banyak krisis kesehatan.
“WHO memiliki anggaran tahunan yang kurang dari ukuran satu rumah sakit pendidikan besar di Amerika Serikat dan seperempat dari anggaran Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS,” kata Lawrence Gostin, Direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk Hukum Kesehatan Nasional dan Global.
Peran Bill Gates di bidang kesehatan mulai terungkap sejak meledaknya virus Flu Burung di Asia termasuk di Indonesia. Kemudian semakin terbukti saat pandemi Covid 19 pada tahun 2020. (Web Warouw)