Minggu, 20 April 2025

Pensiun, Dr. Tjandra Yoga Jadi Diplomat WHO

JAKARTA- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan RI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE pensiun dan mengakhiri masa kerjanya di Kementerian Kesehatan RI.

 

Tjandra Yoga Aditama lahir tahun 1955 dan lulus dokter di Jakarta tahun 1980, lalu Puskesmas di Riau 3 tahun dan kembali ke Jakarta lagi‎ 1983

Pada tahun 1984 sampai 2007 Tjandra Yoga Aditama bertugas di bagian Pulmono‎logi Fakulutas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Persahabatan, mulai dari asisten ahli sampai menjadi Profesor.

Kemudian sejak 2007 sampai 2014 Tjandra Yoga Aditama ditugaskan di Departemen (Kementerian) Kesehatan melewati masa kepemimpinan 4 orang Menteri sebagai Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan  selama 6 tahun. Karir birokrat di Kementerian Kesehatannya yang terakhir adalah sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan‎.

Pejabat Kementerian Kesehatan yang akrab dengan wartawan ini pernah memimpin berbagai organisasi profesi kedokteran, namun menjalankan profesi sebagai dokter paru sampai minggu lalu.

Karir internasionalnya menjadi Co-Chair dan member berbagai kegiatan di WHO dan ASEAN. Mulai akhir September ini Tjandra Yoga Aditama pensiun sebagai pejabat Kementerian Kesehatan dan melanjutkan karir diplomatiknya dengan bergabung di WHO South East Regional Office yang berkantor di New Delhi.

Berjuang Anti Tembakau

Tjandra Yoga Aditama adalah dokter yang aktif dalam kegiatan nasional dan internasional yang  menentang tembakau dan rokok. Beberapa buku dan publikasi ilmiahnya selalu menyoroti bahaya rokok. Bahkan atas perjuangannya memerangi rokok, ia pernah mendapat penghargaan dari organisasi kesehatan dunia atau WHO, yakni WHO Tobacco Free World Award pada tahun 1999.

Pada awal September lalu Tjandra Yoga Aditama mewakili Menteri Kesehatan bersama 11 negara anggota WHO di Asia Tenggara di Dili, Timor Leste, membahas pengendalian produk tembakau di masing-masing negara.

“Hanya satu negara yang belum meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). sampai saat ini. Banyak pula kematian akibat konsumsi rokok, tetapi implementasi WHO masih cukup rendah,” kata Direktur Regional WHO di Asia Tenggara, Dr Poonam Singh menyinggung Indonesia di sela-sela pertemuan komite regional WHO ke-68.

Tjandra Yoga menjelaskan bahwa walaupun Indonesia terlibat dalam mempelopori FCTC, namun sampai saat ini Indonesia memang belum menandatangani FCTC. Tapi, untuk melindungi program pengendalian tembakau, sampai saat ini sudah ada 180 peraturan daerah yang melarang iklan larangan rokok dan penerapan kawasan tanpa rokok.

“Banyak tantangan dan pastinya kami akan terus berusaha keras melindungi masyarakat dari bahaya rokok,” kata Tjandra Yoga Kepada Bergelora.com (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru