Minggu, 27 April 2025

PENTING NIH…! Ini Gejala Badai Sitokin, Ancaman Penderita Covid-19 Meskipun Sudah Sembuh, Ini Cara Mencegahnya

JAKARTA — Masalah serius masih mengancam penderita Covid-19 meskipun sudah sembuh yang dikenal dengan badai sitokin.

Bahkan, badai sitokin juga dikatakan masih mengintai pasien Covid-19 meski telah sembuh atau selesai menjalani isolasi mandiri.

Badai sitokin (cytokine storm) terjadi ketika tubuh melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat.

Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.

“Sebenarnya ini adalah reaksi kekebalan tubuh kita secara berlebihan, penyebabnya infeksi, salah satunya infeksi Covid-19, tapi bisa juga infeksi yang lain seperti influenza,” kata dokter spesialis penyakit dalam, dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, dalam tayangan Youtube yang tayang pada Kamis, (10/7) lalu.

Selain infeksi virus, yang bisa menyebabkan badai sitokin adalah kanker atau penyakit autoimun.

Badai sitokin akan menyebabkan peningkatan peradangan atau inflamasi.

“Peradangan ini nantinya bisa menyebabkan gangguan fungsi dari organ-organ tubuh kita, jadi enggak cuma satu tapi bisa beberapa organ sehingga terjadi kegagalan organ,” jelasnya.

Gejala badai sitokin juga menyerupai gejala peradangan pada umumnya yaitu demam dan mengigil, kelelahan, pembengkakan, mual dan muntah, nyeri otot, sakit kepada, dan ruam.

Selain itu, badai sitokin juga bisa menyebabkan batuk, sesak napas, napas cepat, kejang, kesulitan mengkoordinasikan gerakan, kebingungan hinga halusinasi.

“Memang bisa beberapa gejala sekaligus, jadi bisa sesak dan demam sekaligus dan bisa juga gejala terkait kerusakan organnya,” kata dr. Jeffri.

“Jadi gejalanya bisa banyak karena tadi sifatnya tadi dia menyebabkan banyak organ.”

Kondisi badai sitokin lebih mudah menyerang orang yang memiliki komorbid.

Tetapi ada kemungkinan juga pasien tanpa komorbid mengalami badai sitokin.

“Ada faktor genetik juga ternyata dari badai sitokin, jadi adanya suatu efek kelainan gen yang menyebabkan jika kita infeksi menjadi mudah mencetuskan respons yang bisa berlebihan, jadi keturunan juga,” ujarnya.

Pencegahan

Kepada Bergelora.com dilapotkan, dia menjelaskan terkait penanganan medis terkait kondisi badai sitokin yang bisa terjadi pada pasien Covid-19.

Pasien Covid-19 sendiri terbagi mejadi tiga fase yaitu fase awal, kemudian fase peradangan terpusat di paru, dan faser hyper inflamasi atau badai sitokin.

“Kita harus lihat difase mana pasien di fase mana pasiennya, itu akan menentukan terapinya,” jelasnya.

Badai sitokin bisa dikenali di kondisi awal Covid-19 oleh pemeriksaan dokter.

Itu sebabnya penting berkonsultasi dengan dokter meski pasien Covid-19 tidak mengalami gejala atau gejala ringan.

“Covid ini kita harus benar-benar ya, tidak boleh menganggap remeh walaupun gejalanya ringan, deteksi awal itu sangat penting sekali.”

dr. Jeffri menyebut ada suatu studi yang mengatakan bahwa mengkonsumsi suplemen yang berkaitan dengan imun seperti vitamin D dapat membantu mencegah badai sitokin.

Karena vitamin D dapat bereaksi terhadap sel-sel imun baik sel imun yang adaptif atau sel imun bawaan.

“Jadi ada yang menyarankan vitamin D harus dikonsumsi, tapi bukti ilmiahnya sih belum ada ya secara khusus melihat manfaatnya secara garis besar itu bagus ya,” jelasnya.

“Tapi ada pendapat demikian kita juga bisa lihat ya masuk akal juga kemudian untuk suplemen imun lain harus konsultasi dulu ya,” jelasnya.

Menurutnya cara paling baik untuk mencegah terjadinya badai sitokin adalah dengan tidak terpapar Covid-19.

Karena itu penting untuk selalu menjalankan protokol kesehatan dengan ketat. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru