Rabu, 10 September 2025

PERKUAT DENGAN BRICS MBAK..! AS Bakal Reformasi IMF, WB hingga WTO, Ini Analisa Sri Mulyani!

JAKARTA – Amerika Serikat (AS) tengah berusaha melakukan reformasi besar-besaran terhadap sejumlah lembaga internasional. Mulai dari IMF, World Bank, hingga World Trade Center atau WTO.
Dilansir dari CNBC Internasional, keinginan AS tersebut diungkap oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat atau Secretary of the Treasury Scott Bessent saat berpidato di Institute of International Finance, 23 April 2025.

“Kita harus memberlakukan reformasi utama untuk memastikan lembaga-lembaga Bretton Woods melayani para pemangku kepentingan mereka, bukan sebaliknya,” kata Bessent, dikutip Sabtu (26/4/2025).

Saat konferensi pers perkembangan negosiasi tarif antara Indonesia dengan AS, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat menyinggung tujuan besar AS di tatanan global tersebut.

Sri Mulyani mengakui, juga mendengar rencana besar AS itu sebagaimana disampaikan Bessent. Menurutnya, rencana AS itu disampaikan Bessent dengan tujuan supaya agenda nasional AS bisa terus terakomodasi melalui lembaga-lembaga internasional itu.

“Seperti IMF dan Bank Dunia yang akan juga menjadi ajang bagi pelaksanaan berbagai agenda nasionalnya Amerika Serikat melalui lembaga-lembaga tersebut,” tegas Sri Mulyani.

Dengan kondisi itu, Sri Mulyani menekankan, Indonesia dan negara lain tentu akan mengambil sikap setelah mencermati perkembangan yang akan dilakukan pemerintah AS secara hati-hati.

Sebab, kebijakan perang dagang yang diluncurkan AS melalui pemberlakuan tarif resiprokal yang tinggi sebetulnya menjadi bagian dari agenda reformasi besar itu, dengan tujuan mendorong iklim perdagangan dan ekonomi global lebih adil.

“Tujuannya adalah untuk menciptakan, menurut Amerika Serikat, sebuah tatanan perdagangan yang lebih adil. Di dalam konteks ini tentu kita juga harus terus mempelajari perkembangan ini,” ungkap Sri Mulyani.

Ramalan Ekonomi RI Tumbuh Hanya 4,7%

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7% pada tahun ini. Proyeksi ini dirilis dalam laporan Regional Economic Update 2025, hari ini, Jumat (25/4/2025). Proyeksi untuk Indonesia ini lebih rendah dibandingkan proyeksi awal tahun ini, sebesar 5,1%.

Proyeksi ini didasarkan oleh situasi global yang tidak menentu sehingga menghambat investasi dan konsumsi di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Selain itu, pembatasan perdagangan juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara-negara Asia Timur.

“Pembatasan perdagangan diperkirakan akan berdampak terhadap tingkat ekspor Asia Timur dan Pasifik, sementara pertumbuhan global yang melambat kemungkinannya akan menurunkan permintaan eksternal lebih jauh,” tulis Bank Dunia.

Proyeksi Bank Dunia ini sama dengan proyeksi BI dan Dana Moneter Internasional (IMF). Pada Selasa lalu (22/4/2025), IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI akan mencapai 4,7% pada 2025.

IMF memangkas pertumbuhan ekonomi RI cukup tajam menjadi 4,7% pada 2025 dan 2026. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan ramalan di Januari 2025. Saat itu, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,1%.

Penurunan proyeksi ini serupa dengan perlambatan ekonomi secara global akibat perang tarif dagang yang tinggi, yang pertama kali diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang utamanya, dan dibalas China dengan tarif resiprokal yang juga tinggi.

“Jika terus berlanjut, kenaikan tarif yang tiba-tiba dan ketidakpastian yang menyertainya akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan,” kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas saat konferensi pers Selasa malam (22/4/2025) waktu Indonesia.

Senada dengan IMF, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melemah pada tahun ini, imbas perang tarif antara negara mitra dagang utama Amerika Serikat dan China.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perang dagang yang menghambat aktivitas perdagangan internasional hingga investasi itu akan membuat ekonomi akan bergerak di kisaran bawah titik tengah 4,7%-5,5%.

“Sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7%-5,5% dipengaruhi tarif AS yang menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan penurunan permintaan ekspor dari negara lain,” tegas Perry saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, dikutip Kamis (24/4/2025).

Proyeksi pertumbuhan ekonomi BI untuk titik bawah yang sebesar 4,7% ini serupa dengan proyeksi IMF terhadap potensi perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun ini hingga 2026 yang juga di kisaran 4,7%. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru