JAKARTA- Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, menilai Prabowo Subianto sebagai pemimpin yang pro bisnis dan pro rakyat, karena mengagumi salah satu pimpinan Partai Komunis China, Deng Xiaoping.
Adapun Deng Xiaoping merupakan pemimpin revolusi Partai Komunis China sekaligus pemimpin tertinggi Republik Rakyat China sejak 1970-an sampai awal 1990-an. Dia merupakan pemimpin generasi kedua setelah Mao Zedong.
Hashim menyebutkan, kakaknya itu yang juga merupakan seorang pengusaha tidak hanya condong pada kepentingan bisnis, namun juga memerhatikan kepentingan rakyat.
“Prabowo adalah orang yang sangat pro bisnis, tapi juga orang yang sangat pro rakyat. Di sini tidak ada benturan, pro bisnis, pro rakyat. Kita cari cuan, tapi cari cuan yang sangat terhormat,” ungkapnya saat Diskusi Ekonomi Kadin Indonesia, Senin (7/10).
Hashim mengatakan, dirinya bersama Prabowo mencari keuntungan dengan terhormat sebab tetap patuh membayar pajak, mematuhi aturan yang berlaku, termasuk terkait lingkungan hidup.
“Kita adalah pengusaha-pengusaha yang tidak merusak lingkungan hidup, kita bermanfaat untuk seluruh Indonesia. Untuk semua bangsa Indonesia,” imbuh Hashim.
Sebagai seorang pemimpin, kata Hashim, Prabowo ternyata mengagumi dan ingin meniru gaya kepemimpinan Deng Xiaoping. Sebab, Deng Xiaoping berhasil memajukan perekonomian China karena lebih terbuka pada perdagangan bebas.
“Pak Prabowo mau meniru pengalaman China. Pimpinan yang sangat-sangat Pak Prabowo kagumi namanya Deng Xiaoping,” ungkapnya.
Presiden terpilih sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan arahan dan pesan bagi seluruh kader Partai Gerindra yang lolos ke DPR RI periode 2024-2029 di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/9/2024).
Dia mengakui bahwa Prabowo lebih condong kepada sosialisme, berbeda dengan dirinya yang lebih kapitalis. Hal ini lantaran Prabowo terpengaruh sang ayahanda, Soemitro Djojohadikoesoemo, yang merupakan tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI).
“Saya seorang kapitalis. Prabowo lebih banyak sosialis karena ikut papi. Pak Mitro kan salah satu pimpinan PSI. Ayah Prabowo salah satu pimpinan dengan Bung Sjahrir,” jelas Hashim.
Kendati keduanya berbeda kecenderungan, Hashim menegaskan dirinya bersama Prabowo sama-sama memiliki visi utama untuk mengentaskan kemiskinan, termasuk melalui program kerja yang populis.
“Saya seorang kapitalis, saya dukung program-program yang berbau, dijuluki oleh pengamat banyak populis, sosialis. I don’t care, he doesn’t care, yang penting rakyat kita, kita tingkatkan pekerjaan, kita meningkatkan kesejahteraannya,” ucap Hashim.
Adapun Hashim mencontohkan salah satu program populis tersebut adalah pembangunan perumahan yang masif.
Menurutnya, sektor perumahan atau properti menjadi katalis utama perekonomian China selama 35 tahun meskipun akhirnya mulai menemui kemerosotan.
“Saya bangga dengan program dari Deng Xiaoping. Di China kan jenuh, sudah 7 tahun ya, ada Evergrande, ada Vanquay, ada Country Garden. Itu kan sejak 7 tahun kan, tapi selama 35 tahun, China membangun 35 tahun tanpa gagal, maju terus dan itu 25 persen itu karena perumahan,” katanya.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan Mao Tsetung memimpin revolusi China yang melahirkan negara baru Republik Rakyat China. Dibawah kepemimpinan Partai Komunis China, Mao Tsetung membangun fondasi negara sosialis yang kuat secara politik dan Ideologi. Deng Xiaoping pelanjutnya membangun fondasi ekonomi yang berhasil membanguj China modern, yaitu semua, termasuk kaum kapitalis tunduk pada negara yang bekerja melayani rakyatnya. (Web Warouw)