JAKARTA- Dihadapan para dokter yang hadir di forum “Meet The Expert: Pediatric, Gastroenterology and Hepatology”, Andi Arief, Komisaris PLN menyampaikan testimoni perjalanan penyakit sirosis yang dialaminya sampai transplantasi hatinya oleh tim dokter yang dipimpin Dr. Neerav Goyal yang dilakukan di RS Apollo New Delhi, India, beberapa waktu lalu.
Forum itu diselenggarakan oleh RS Mayapada Indonesia dan RS Apollo India di RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (25 Maret 2025) menghadirkan Profesor Anupam Sibal, Chief Medical Director Apollo Hospitals Group,
India, Duta Besar India buat Indonesia Sandeep Chakravorty dan jajaran pimpinan dan para ahli Pediatric, Gastroenterology dan Hepatology.
Hadir juga perwakilan RS Apollo di Indonesia, Ribkah Darmawanti dan Gaurav Malhotra yang membawa Andi Arief berobat ke India.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dibawah ini testimoni lengkap Andi Arief dalam forum tersebut:
“Saya dinyatakan mengalami Sirosis pada Januari 2023. Sebelumnya tidak ada tanda apapun. Saya termasuk orang yang rajin cek kesehatan di laboratorium. Bahkan saat Covid saya gak kena Covid. Saya bertemu banyak orang tapi saya tidak kea Covid.
Sebelum Januari memang sekitar bulan Oktober 2022 saya berobat pada dokter Terawan dan menjalani DSA. Waktu DSA trombosit saya 70.000. Maka trombosit saya harus dinaikkan dulu. Trimbosit saya kemudian bisa dinaikkan menjadi 110.000 lalu diambil tindakan untuk DSA. Itu saja. Tidak ada masalah apapun.
Tiba-tiba diawal Januari 2023 saya jatuh dan blackout cukup lama 18 jam. Setelah pemeriksaan selama 3 hari ternyata saya.mengidap Sirosis. Meltscore saya hampir 14. Kalau 13 masih nomor, 14 sudah masuk tahap haris transplantasi hati.
Selama setahun saya coba bertahan mencari info tentang penyakit ini, baik ke dokter Irsan di MMC yang merawat saya pertaman kali dan menyatakan saya sirosis. Saya cari second opinion ke Singapura dengan dokter Mark yang warga India juga di NUH Singapura. Setahun saya bolak-balik antara MMC dan NUH.
Saya membentuk tim sendiri karena ini penyakit bukan hanya pada saya, tapi sebagian besar rakyat Indonesia juga belum terlalu mengerti tentang Sirosis. Untung ada profesor google. Jadi kita belakar dari google tentang sirosis dan mencari tempat yang bisa melakukan operasi. Sepanjang tahun itu saya masih bisa bertahan dengan obat dan sebagainya.
Pada Agustus 2024 mildscore saya jadi 25. Keadaan saya sangat memburuk dan sering kehilangan kesadaran. Saya gak tahu penjelasan medisnya, namun kira-kira kalau amoniak meningkat naik ke otak maka kesadaran hilang. Awal Oktober 2024 keadaan semakin memburuk dan saya gak sadar. Sementara itu jadwal operasi.di Singapura masih lama yaitu 21 November 2024. Padahal saya Oktober sudah memburuk dan sulit bertahan. Kemudian istri sayaemberanikan diri bertanya pada dokter Irsan, kemana bisa operasi transplan lebih cepat, agar tidak kehilangan waktu. Saya baru tahu kalau dokter tidak ditanya maka dia tidak akan kasih saran, etikanya begitu. Lalu kami dihubungkan dengan Mr. Gouraf dan ibu Ribkah kemudian berkomunikasi RS Apollo New Delhi dengan Dr. Neerav Goyal. Ia adalah salah satu ahli livertransplant di India. Kalau koya baca di google, sudah ribuan pasien ditanganinya dan banyak berhasil sampai 97-98 persen keberhasilannya dalam operasi di Apollo hospital itu. Lewat zoom meeting ki berhubungan dan membagi data dari NUH dan MMC dan dipelajari.
Kemudian dengan bantuan Dubes India di Indonesia, saya dan keluarga bisa berangkat ke India pada 10 Oktober 2024 langsung ke Apollo Hospital.
Kemudian selama 7 hari saya diperiksa ulang dan 3 hari persiapan kemudian tanggal 21 Oktober saya operasi transplan jam 7 pagi berlangsung selama 18 jam. Kebetulan donornya.adalah anak kandung saya yang berusia 19 tahun.
Awalnya sulit sekali mencari pendonor karena anak saya usianya belum cukup 19 tahun. Namun karena kedaruratan akhirnya pihak RS Apollo menyatakan anak saya sudahemenuhi kualifikasi.menjadi pendonor!hati.
Anak saya menjalani operasi 15 jam, saya 18 jam. Setelah operasi saya masuk ke ICU selama 10 hari. Anak saya cuma 5 hari. Bahkan pada hari kedua pasca operasi anak saya sudah bisa jalan mengunjungi main ke ruangan saya. Saya kaget juga.
Pada hari ke 11 saya masuk ke ruang rawat inap. Dan yangembuat saya kaget itu, pada hari ke 15 itu saya sudah dinyatakan boleh pulang meninggalkan rumah sakit silahkan tinggal di hotel dan kontrol 3 kali sehari. Tapi saya baca-baca diberita-berita dan banyak.sumber mengatakan memanh 3 bulan saya harua disiplin. Sudahlah, saya memilih bertahan aja di rumah sakit. Akhirnya saya tetap di rumah sakit Apollo selama 2 bulan setengah. Dalam kondisi gak berdaya.
Tadinya saya curiga kenapa RS Apollo pada hari.ke 15 pasca operasi saya sudah disuruh pulang. Jangan-jangan ajal saya sudah hampir tiba. Ooo.., rupanya bukan demikian.
Saya terus membaik dan saya belajar jalan. Kira-kira setelah satu bulan sayasudah bisa jalan walaupun belum sempurna. Dua bulan setengah saya kemudian pulang ke Indonesia dan check-up darah 2 minggu sekali. Alhamdulillah semua sampai hari ini darah dan fungsi hati, ginjal saya dan lainnya itu, jauh lebih baik dibandingkan sebelum saya terkena Sirosis. Orang bilang saya jadi agak muda lagi.
Itu cerita singkat saya secara kronologis.
Dunia kedokteran sangat ilmiah. Data sama saja, tinggal bagaimana menganalisa data itu. Data hasil pemeriksaan di RS MMC, RS Pertamina dan NUH Singapura semuanya sama. Data ilmiah hasil pemeriksaan saya bisa digunakan dimana saja. Hanya saja apakah di rumah sakit itu ada dokternya atau tidak, ada ahlinya atau tidak, ada teknologinya atau tidak. Itu saja. Jadi kita bisa belajar kemana saja, tapi kita tidak bisa berobat kemana saja. Kita tetap harus memilih tempat yang sangat tepat.
Sebenarnya saya dan dokter Iksan sudah bersiap operasi di RSCM. Karena menurut saya kalau bisa lebih cepat, karena saya merasa semakin sulit bertahan. Namun karena di NUH Singapura masih harus menunggu lama dan RSCM harus menunggu dokter dari Jepang, maka saya memutuskan ke RS Apollo New Delhi, India.
Memang harus diakui RS Apollo ini sudah cukup lama melaksanakan operasi transplan hati yang memiliki keberhasilan 97-98 persen dan sangat profesional.
Kalau dulu kita menerima mahasiswa yang belajar dari Malaysia. Kalau sekarang Malaysia jadi tempat banyak orang Indonesia berobat. Banyak yang berobat ke Penang sekarang. Masanya buat kita sekarang banyak belajar ke India tentang liver transplan ini. Kenyataannya memang begini. Saya baca data pada 2021 ada 190.000 pasien penderita sirosis di Indonesia. Kita gak tahu kabar mereka bagaimana. Karena yang saya jalani dan pahami, kalau sudah terkena sirosis hati maka harus transplantasi. Kalau tidak melakukan transplantasi hati pasti berakhir.
Mudah-mudahan kita bisa mengejar. Karena saya yakin makin banyak orang-orang yang mengalami sirosis. Saya baru mengerti banyak yang muntah darah di desa-desa jangan-jangan terkena sirosis (karena kita belum bisa melakukan transplantasi hati). Untuk itu kita perlu segera belajar agar bisa melakukan transplantasi hati di Indonesia. Mudahan pemerintah Indonesia (bisa mendorong ini).
Di India itu saya lihat kemiskinan juga banyak. Ketimpangan cukup tinggi. Jumlah manusianya cukup besar 1,4 miliar. Tapi dunia pendidikan dan dunai kesehatannya sangat terurus. Ini tantangan kita ke depan. Gak ada yang salah sebenarnya. Kita pasti masih bisa mengejar ketertinggalan-ketertinggalan itu.
Mudah-mudahan rumah sakit Mayapada menjadi pionir. Banyak hal yang harus kita lakukan. Sambil kita menyediakan dokter dan ahli yang nantinya bisa melakukan transplantasi, disisi lain dokter-dokter India akan ada di RS Mayapada Batam, dokter Indonesia bisa bergabung. Kita akan terus berkembang, butuh waktu buat kita agar dokter India dan Indonesia bisa memajukan operasi liver transplantasi di Indonesia ini.
Saya ingin hidup seperti Sanjai, yang waktu kecil menderita siroris, menjalani transplantasi, setelah besar jadi dokter. Bukan saya ingin jadi dokter, tapi saya berkomitmen ikut campur tangan membantu memajukan dunia kesehatan Indonesia. Khususnya bagi masyarakat yang terkena sirosis dan membutuhkan transplantasi hati.”
Transplantasi Hati Mayapada- Apollo
Mayapada Healthcare akan berkolaborasi dengan Apollo Hospitals Group untuk mengembangkan transplantasi hati di Indonesia. Apollo Hospitals Group akan memberikan transfer pengetahuan klinis kepada Mayapada Healthcare untuk mencapai kemampuan tersebut dalam beberapa tahun ke depan.
Rumah Sakit Indraprastha Apollo, New Delhi, India, melakukan transplantasi hati pertama yang berhasil di India pada tahun 1998 pada Sanjay yang saat itu berusia 20 bulan.
Sanjay kini telah menjalani 26 tahun kehidupan normal setelah transplantasi hati. Ia berpraktik sebagai dokter dan baru saja menikah.
Hingga saat ini, Program Transplantasi Hati Apollo telah berhasil menyelesaikan lebih dari 4.800 transplantasi hati, yang memberi manfaat bagi pasien dari lebih dari 50 negara. Ini termasuk 586 transplantasi hati pediatrik, dengan penerima termuda baru berusia 5 bulan. 10 pasien dari Indonesia, termasuk 4 anak-anak, yang termuda berusia 9 bulan, telah berhasil menjalani transplantasi hati di New Delhi, India.
Menyoroti pentingnya transplantasi hati, Dr. Anupam Sibal, Direktur Medis Grup dan Ahli Gastroenterologi Anak Senior dari Apollo Hospitals Group menyatakan transplantasi hati merupakan pengobatan yang sangat berhasil untuk penyakit hati stadium akhir. Atresia bilier, penyakit yang menyerang saluran empedu pada sekitar 1 dari 10.000 bayi, merupakan kondisi paling umum yang memerlukan transplantasi hati pada anak-anak.
Transplantasi Hati Apollo telah berhasil melakukan lebih dari 4.800 transplantasi, termasuk 586 anak-anak.
Pasien termuda baru berusia 5 bulan, dengan berat hanya 3,5 kg. Kami benar-benar merasa terhormat telah mendapatkan kepercayaan dari keluarga-keluarga di Indonesia dan berharap dapat melayani lebih banyak keluarga.
“Kami akan membantu Mayapada Healthcare untuk mengembangkan kemampuan melakukan transplantasi hati di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan”.
Dr. Neerav Goyal, Ahli Bedah Transplantasi Hati Senior , menambahkan, di Rumah Sakit Indraprastha Apollo mengkhususkan diri dalam transplantasi hati rumit yang menangani berbagai kondisi hati. Intervensi medis yang tepat waktu sangat penting bagi pasien yang menderita penyakit hati stadium akhir.
Apollo telah berhasil melakukan transplantasi hati ginjal gabungan, transplantasi hati yang tidak kompatibel dengan ABO, dan transplantasi rumit pada pasien dengan berbagai kondisi medis dan bedah yang ada bersamaan.
Untuk pasien internasional, kami secara proaktif memfasilitasi tidak hanya perawatan medis yang komprehensif tetapi juga bantuan logistik perjalanan, visa, dan penerbangan, memastikan akses yang cepat dan lancar ke perawatan.” jelas Dr. Neerav
Navin Sonthalia, Chief Operating Officer Mayapada Healthcare mengatakan sangat bangga dapat memulai inisiatif untuk mengembangkan transplantasi hati di Indonesia.
“Kami berterima kasih kepada Apollo Hospitals karena telah membantu Mayapada Healthcare dalam memulai perjalanan ini yang memerlukan pengembangan keterampilan dan keahlian yang kompleks,” katanya. (Web Warouw)