JAKARTA – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko meledek sekutu-sekutu NATO di Eropa Timur yang sekarang diam setelah Minsk dilindungi oleh senjata nuklir Rusia.
Lukashenko memuji pakta pertahanan bersama yang baru-baru ini ditandatangani dengan Rusia, yang akan memastikan keamanan mutlak Belarusia. Pakta yang ditandatangani oleh Moskow dan Minsk pada bulan Desember lalu itu meresmikan niat kedua negara untuk meningkatkan postur pertahanan bersama mereka dalam kerangka “Negara Persatuan”.
Perjanjian tersebut menguraikan komitmen bersama untuk mengusir ancaman eksternal dan mengoordinasikan kegiatan militer, mengonsolidasikan kerangka keamanan yang menyelaraskan Belarusia lebih dekat dengan Rusia.
“Keamanan mutlak, tidak ada yang akan berperang dengan negara nuklir,” kata Lukashenko dalam sebuah wawancara dengan Mir ketika ditanya tentang manfaat perjanjian itu bagi Belarusia.
“Tidak peduli seberapa besar keinginan seseorang untuk menghapus Korea Utara dari muka Bumi, itu tidak akan terjadi; itu adalah negara nuklir. Sama halnya dengan Belarusia,” ujarnya, yang dikutip The Moscow Times, Selasa (15/4/2025).
Lukashenko, yang dikenal sebagai sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin, lantas menyindir negara-negara tetangga—yang merupakan sekutu NATO—sekarang telah mengubah perilaku mereka setelah Belarusia memiliki perjanjian baru tersebut.
“Polandia, negara-negara Baltik, dan sebagainya memiliki rencana mereka sendiri, tetapi sekarang mereka diam saja,” katanya.
“Saya mengikuti pernyataan mereka, saya menerima laporan—mereka bersikap hati-hati sekarang,” imbuh dia.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Belarusia dan Rusia pada tahun 1999 menandatangani perjanjian “Negara Persatuan” yang bertujuan untuk menjamin arus bebas tenaga kerja, modal, dan barang. Dalam beberapa tahun terakhir, perjanjian tersebut telah memperluas fokusnya ke kerja sama pertahanan.
Perjanjian baru tersebut dipandang sebagai langkah lebih lanjut dalam melembagakan kolaborasi tersebut di tengah meningkatnya ketegangan dengan negara-negara anggota NATO yang berbatasan dengan Belarusia karena invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Belarusia mengizinkan pasukan Rusia menggunakan wilayahnya sebagai tempat persiapan untuk operasi militer khusus ke Ukraina pada Februari 2022.
Kremlin belum mengeluarkan pernyataan terperinci tentang ketentuan operasional perjanjian tersebut. Namun, pejabat Rusia sebelumnya telah menggarisbawahi komitmen mereka untuk membela Belarusia di bawah kerangka “Negara Persatuan” jika terjadi agresi eksternal.

Serangan ke Odessa
Serangan drone Rusia menyebabkan kebakaran hebat di sebuah bangunan di Odesa, Ukraina pada Minggu (13/4).
Setidaknya 8 orang dilaporkan terluka akibat serangan tersebut.
Layanan Darurat Ukraina mengonfirmasi serangan tersebut yang berasal dari drone milik Rusia.
Serangan itu merusak beberapa rumah warga dan fasilitas medis di Odesa.
Rusia membantah menargetkan warga sipil, tetapi ribuan orang telah tewas dan terluka sejak invasi Rusia pada Februari 2022.
Rusia Serang Sumy
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, serangan rudal balistik Rusia ke kota Sumy, Ukraina, menewaskan 21 orang dan melukai 83 orang pada Minggu (13/4). Menurut keterangan dari pihak Ukraina, serangan mematikan tersebut mengenai warga sipil.
Sumy terletak dekat perbatasan Rusia dan telah diserang secara terus-menerus selama berminggu-minggu.
Serangan itu menghantam pusat kota Sumy dua hari setelah utusan Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff bertemu dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin. Serangan tersebut terjadi meski Presiden AS Donald Trump mendesak Moskow untuk mengakhiri perang.
“Rusia menghantam pusat kota dengan rudal balistik. Tepat ketika ada banyak orang di jalan,” demikian keterangan dari layanan darurat Ukraina, dikutip dari AFP.
“Orang-orang terluka tepat di tengah jalan, di mobil, angkutan umum, dan di rumah-rumah,” kata layanan darurat saat operasi penyelamatan sedang berlangsung.
“Menurut data awal, 21 orang telah tewas,” keterangan dari Kementerian Dalam Negeri Ukraina. Kemudian, 83 orang luka-luka termasuk tujuh orang anak-anak.
Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan agar negara-negara Eropa dan AS merespons keras serangan tersebut.
“Rudal musuh menghantam jalan kota biasa, kehidupan biasa: rumah, lembaga pendidikan, mobil di jalan,” katanya di media sosial.
“Dan ini terjadi pada hari ketika orang-orang pergi ke gereja: Minggu Palma, hari raya Masuknya Tuhan ke Yerusalem,” sambungnya.
“Hanya bajingan yang bisa melakukan ini,” lanjutnya.
Serangan mematikan kedua
“Berbicara tidak pernah menghentikan rudal balistik dan bom,” kata Zelensky, dua hari setelah Witkoff mengadakan pembicaraan selama berjam-jam dengan Putin di Saint Petersburg.
Pemerintah setempat di Sumy menerbitkan rekaman berisi mayat-mayat berserakan di jalan dan orang-orang berlarian mencari tempat aman, dengan mobil-mobil terbakar dan warga sipil yang terluka tergeletak di lantai.
Serangan itu terjadi meskipun Trump secara terbuka menyuarakan kemarahannya pada Moskow bulan ini karena mengebom dengan gila-gilaan di Ukraina dan menyerukannya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Rusia telah menyerang Ukraina tanpa henti dalam beberapa minggu terakhir.
Pada awal April, serangan Rusia di pusat kota Kryvyi Rig menewaskan 18 orang, termasuk sembilan anak-anak.
Sumy telah berada di bawah tekanan yang meningkat sejak Moskow memukul mundur sebagian besar pasukan Ukraina dari wilayah Kursk di seberang perbatasan.
Kota di timur sejauh ini terhindar dari pertempuran seperti yang terlihat lebih jauh ke selatan di wilayah Donetsk, tetapi Kiev selama berminggu-minggu telah memperingatkan bahwa Moskow dapat melancarkan serangan terhadap Sumy.
Rusia dalam beberapa minggu terakhir mengeklaim telah merebut sebuah desa di wilayah Sumy untuk pertama kalinya sejak awal invasi tahun 2022.
Rusia melancarkan invasinya sebagian melalui wilayah Sumy dan menduduki sebagian wilayahnya secara singkat sebelum dipukul mundur oleh pasukan Ukraina. (Web Warouw)