Oleh: Dr. Kurtubi *
Setelah Presiden Terpilih Prabowo Subianto resmi menjadi Ptesiden RI ke 8 yang akan dilantik Oktober 2024. Apakah ini berarti Sumber Daya Nuklir Uranium dan Thorium yang ada di perut bumi Nusantara akan bisa dimulai pemanfaatannya secara riil dan masif. Caranya dengan mendorong dan mengintensifkan kegiatan sisi hulu dari Industri Nuklir berupa kegiatan Eksplorasi produksi Uranium dan Thorium serta kegiatan pengolahannya untuk menjadi produk Bahan Bakar Nuklir Uranium dan Thorium yang siap pakai di sisi hilir dari Industri Nuklir Nasional.
Penggunaan sebagai bahan bakar PLTN maupun bahan bakar Angkutan Laut perlu dibangun secara masif untuk keperluan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor dalam jangka panjang jauh ke depan. Hal ini untuk memenuhi cita-cita Presiden RI Pertama Dr. Ir. Soekarno dan seluruh rakyat Indonesia.
Cita-cita Bung Karno ini terpendam tahun 1950-an diikuti dengan menyiapkan Sumber Daya Manusianya dengan membuka jurusan nuklir di ITB dan UGM dilengkapi dengan dibentuknya Lembaga Nuklir Nasional BATAN (Badan Tenaga Atom.Nasional) pada tahun 1958. Berikut membangun 3 reaktor nuklir untuk keperluan eksperimen di Serpong, Bandung dan Yogyakarta. Namun PLTN yang listriknya untuk keperluan masyarakat dan industri, satu bijipun belum dibangun.
Cita-cita membangun PLTN sudah sangat lama lebih dari 60 tahun dan Lembaga Nuklir BATAN sudah dibubarkan sendiri oleh pemerintah dan digabung dengan BRIN. Sementara Indonesia sudah meratifikasi Paris Agreement on Climate Change menjadi Undang-undang No.6/2016 yang mewajibkan Indonesia memanfaatkan dan membangun pembangkit listrik bersih dari Energi Baru dan Terbarukan, termasuk nuklir.
Undang-undang No. 6/2016 ini disahkan oleh pemerintah yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan DPR-RI Komisi VII. Penulis saat itu mewakili Fraksi Nasdem dalam melahirkan undang-undang ini.
Sebaiknya keinginan untuk membangun PLTN yang sudah sangat lama perlu diperbaharui kembali dengan menegaskan tekad untuk mengembangkan sisi hulu dan sisi hilir secara masif.
Saatnya Prabowo Subianto, Presiden RI ke 8 yang akan dilantik 20 Oktober 2024 menyiapkan proklamasi lahirnya INDUSTRI NUKLIR TERINTEGRASI HULU HILIR di tanah air.
Langkah ini merupakan salah satu strategi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi karena energi nuklir adalah “rajanya energi” dengan kandungan energi yang sangat dahsyat, yaitu 1 gram Uranium menghasilkan listrik yang setara dengan listrik.dari 25 ton batubara.
Teknologi PLTN Generasi ke 4 sudah jauh lebih aman dan biaya produksi listriknya lebih murah tidak menbutuhkan baterai storage atau power bank yang besar dan mahal.
Energi nuklir bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui efisiensi kegiatan usaha dan industri yang bisa beroperasi non stop 24 jam, termasuk untuk hilirisasi Sumber Daya Alam. Agar Ekonomi Nasional terbebas dari jebakan pertumbuhan yang muter-muter di level sekitar 5%.
Dengan membangun industri nuklir terintegrasi hulu hilir di tanah air, akan mendorong investasi besar baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Kebijakan ini akan menciptakan banyak lapangan kerja baru dari berbagai disiplin ilmu. Tenaga Ahli/Sarjana Nuklirnya sudah disiapkan sejak lama.
Kalau Presiden Prabowo Subianto mulai memanfaatkan energi nuklir dengan memproklamirkan lahirnya Industri Nuklir di tanah air. Maka pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi dari 5%. Akan bisa mengantarkan Indonesia menjadi Negara Industri Maju Berpendapatan Tinggi dengan kekuatan ekonomi No.4 terbesar di dunia pada tahun 2045.
Tidak tertutup kemungkinan Indonesia juga akan mampu membangun kapal selam dan senjata nuklir, selain membangun kapal niaga sipil bertenaga nuklir secara masif di negara kepulauan terbesar di dunia ini yang merupakan bagian dari di sisi hilir dari Industri Nuklir Nasional.
Kemampuan membangun produksi senjata dan kapal selam nuklir adalah adalah sesuai dengan kebutuhan mempertahankan diri sebagai negara industri maju dengan kekuatan ekonomi terbesar nomor 4 di dunia di
di tahun 2045. Bukan untuk menyerang negara lain.
*Penulis Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019. Ketua DPP Nasdem Bidang Energi dan Mineral, Mantan Pengajar Program Pasca Sarjana FE-UI dan Universitas Paramadina. Alumnus FEUI, IFP dan CSM