JAKARTA- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui banyak yang harus diubah dalam kehidupan Bangsa Indonesia dalam menyambut apa yang telah dihitung oleh Bank Dunia, McKinsey, Bappenas, bahwa tahun 2045 Indonesia akan menjadi negara yang masuk dalam negara 4 besar ekonomi terkuat dunia.
Ia menyambut baik pernyataan yang sering disampaikan oleh Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh mengenai pentingnya melakukan gerakan restorasi Indonesia, dimana nilai-nilai yang lama harus diterjemahkan dalam konteks nilai-nilai baru, nilai-nilai yang dirasionalkan.
“Mengubah pola pikir lama, merombak aturan-aturan yang menjerat kita sendiri sehingga kita tidak bisa bergerak dengan cepat, tidak bisa memutuskan dengan cepat. Itu yang sedang banyak menghambat kita,” kata Presiden Jokowi saat memberikan kuliah umum pada Angkatan ke-2 Pendidikan Bela Negara Partai Nasional Demokrat (Nasdem), di Gedung ABN Nasdem Pancoran, Jakarta, Senin (16/7) pagi.
Oleh sebab itu, Presiden menegaskan, semua harus bersama-sama melakukan reformasi yang terencana, melakukan perubahan secara radikal dan strategi pemikiran, strategi kepemimpinan, dari level atas sampai level bawah dan seluruh masyarakat.
“Kalau itu tidak kita lakukan, kita juga akan rutinitas, monoton, begini-begini saja, tahu-tahu negara lain sudah meninggalkan kita,” tutur Presiden Jokowi.
Menurut Kepala Negara, Bangsa Indonesia ini sudah ditinggal, Singapura, Malaysia, Filipina, dan terakhir Vietnam sudah meninggalkan. “Jangan sampai kita ditinggal lagi nanti oleh Laos, oleh Kamboja,” tegasnya.
Untuk itu, Presiden meminta semunya untuk bersama-sama dengan semangat tinggi dan militansi yang tinggi membangun negara ini bersama-sama.
“Kita ingin yang tadi sudah meninggalkan kita tadi, Singapura Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand, dengan semangat yang tinggi bisa kita lampai semuanya. Kita berada di depan mereka,” seru Presiden Jokowi.
Hadapi Tantangan
Kepada Bergelora.com dilaporkan, sebagai negara yang sangat besar, yang memerlukan waktu terbang 9 jam 15 menit dari ujung Barat sampai ujung Timur, ditambah dengan banyaknya perbedaan, Indonesia pasti menghadapi tantangan atau ancaman yang sangat besar.
“Oleh karena itu, semua rakyat di negeri ini harus produktif, harus memiliki etos kerja yang baik, dan tidak gampang menyerah,” kata Presiden Jokowi Widodo.
Di dalam negeri, lanjut Presiden, tantangan yang sekarang ini dihadapi adalah radikalisme, intoleransi, terorisme, korupsi saat ini maupun ke depan, kemiskinan, dan kesenjangan.
Sementara tantang dari luar adalah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, juga revolusi industri 4.0 yang akan menjadi tantangan kalau tidak mempersiapkan diri dan tidak bisa mengikuti.
“Kita harus tahu artificial intelijen, kita harus tahu, internet of thing kita harus tahu, big data kita harus mengerti. Karena revolusi industri 4.0, McKinsey Global Institute mengatakan bahwa perubahan revolusi industri 4.0 ini perubahannya 3.000 kali lebih cepat dari revolusi industri,” ujar Presiden.
Harus Produktif
Apa yang dibutuhkan dengan situasi-situasi seperti ini? Menurut Presiden Jokowi produktivitas itu penting sekali.
“Semua manusia yang ada di negara kita ini harus produktif, harus menghasilkan. Sehingga semua rakyat, kita semuanya, harus memiliki sebuah etos kerja yang baik, memiliki elan, memiliki semangat juang hidup yang tinggi, tidak gampang menyerah, tidak gampang putus asa, melihat tantangan tidak grogi, melihat hambatan tidak grogi, menghadapi cobaan tidak ragu,” tutur Presiden.
Jangan sampai, lanjut Presiden, pesimis, gampang pesimis, gampang ragu, gampang takut menghadapi tantangan, menghadapi cobaan, menghadapi ujian.
“Sekali lagi, etos kerja, elan ini harus terus kita dorong agar seluruh rakyat, seluruh masyarakat, terutama anak muda ini memiliki,” tegas Presiden Jokowi.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, kuliah umum pada Angkatan ke-2 Pendidikan Bela Negara Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu dihadiri oleh Menko Polhukam Wiranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan Ketua Partai Nasdem Surya Paloh. (Calvin G. Eben-Haezer)