JAKARTA – Pemerintah Israel dilaporkan berencana untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Rafah ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza menjelang rencana invasi yang mungkin terjadi. Demikian menurut sebuah laporan yang mengutip para pejabat Amerika Serikat dan kelompok-kelompok kemanusiaan.
Washington secara terbuka telah menyuarakan penolakannya terhadap invasi Israel ke Rafah, yang diyakini menampung sekitar 1,2 juta warga Palestina yang mencari perlindungan dari bombardir Israel di Gaza.
Israel yakin para pejabat tinggi Hamas bersembunyi di bawah tanah di Rafah, yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Mesir.
Namun, tanpa rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengancam akan mengubah kebijakan dukungannya terhadap Israel.
Dilansir Al Arabiya, Sabtu (4/5/2024), mengutip para pejabat AS dan kelompok-kelompok kemanusiaan, media POLITICO melaporkan pada hari Jumat (3/5) waktu setempat, bahwa Israel memiliki rencana untuk memindahkan warga Palestina di Rafah ke al-Mawasi, yang merupakan sebidang tanah di sepanjang pantai selatan Gaza.
Militer Israel dilaporkan mengirimkan peta daerah tersebut kepada para pekerja kemanusiaan minggu ini, lapor POLITICO.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat, bahwa mereka belum melihat rencana komprehensif mengenai rencana Israel untuk melakukan invasi ke Rafah.
Israel juga dilaporkan mengatakan akan memulai invasi ke Rafah “segera” tanpa memberikan tanggal pastinya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tentaranya akan terus melakukan invasi dengan atau tanpa kesepakatan gencatan senjata.
AS, bersama dengan Mesir dan Qatar, telah bekerja keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang juga akan membebaskan para sandera yang ditahan oleh Hamas. (Web Warouw)