DARWIN-AUSTRALIA “Kami rakyat Timor Barat dan Nusa Tenggara Timur tetangga terdekat Australia menyambut dengan sukacita kunjungan Presiden kami Joko Widodo ke Australia dan mendukung semua kerja sama bilateral antara kedua negara. Namun, kami meminta kerjasama antara Indonesia dan Australia harus didasarkan pada kebenaran dan kejujuran yang saling menguntungkan kedua negara demi kesejahteraan umum untuk kedua negara bertetangga ini”.
“Tidak sama seperti yang ada hingga hari ini di mana kami menjadi korban dari kerjasama kedua Negara hanya demi kepentingan Australia …. Untuk menandai hubungan baru dan lebih solid antara masyarakat Indonesia dan Australia kami mendesak Perdana Menteri Australia Mr Malcolm Turnbull untuk jujur mengakui kepada Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo atas kesediaan Pemerintah Australia untuk bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan rakyat Timor Barat dan Nusa Tenggara Timur untuk menuntaskan Kasus Petaka Tumpahan Minyak Montara 2009 di Laut Timor,” demikian Ketua Tim Advokasi Rakyat Korban Montara,Ferdi Tanoni yang saat ini sedang berada di Darwin kepada Pers Australia, Kamis (23/2).
Mantan agen Imigrasi Australia ini menandaskan sebuah catatan penting sebagai refleksi bagi Pemerintah Australia dan Indonesia yakni Pemerintah Federal Australia menolak dan mengabaikan untuk menerapkan Memorandum of Understanding (MoU) 1996 kedua negara tentang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak di Laut untuk menyelesaikan “Petaka Tumpahan Minyak Montara di Laut Timor pada tahun 2009.
Tapi, ironisnya Australia selalu berkeras terhadap Indonesia untuk bekerja sama untuk kepentingan dirinya dalam melaksanakan Memorandum of Understanding (MoU) 1974 tentang Hak-hak nelayan tradisional dan banyak kali tanpa sepengetahuan Indonesia, secara sepihak Australia menyalahi perairan Indonesia dan melakukan hal-hal kejam terhadap nelayan tradisional Indonesia di Laut Timor,tegas Ferdi.
Kepada Bergelora dilaporkan, Ferdi Tanoni yang pernah meraih penghargaan Civil Justice Award Australia pada tahun 2013 atas kegigihan nya membela hak,kepntingan dan kedaulatan NKRI di Laut Timor ini lebih lanjut mengatakan bahwa hari ini,sudah 7 tahun dan 6 bulan sejak 21 Agustus 2009 petaka Tumpahan minyak Montara di Laut Timor terjadi di perairan Australia dan mengirimkan polus minyak bercampur zat kimia yang sangat beracun dispersant jenis Corexit 9572 dan 9572 A ke perairan Indonesia dan menghancurkan sekitar 78.000 kilo meter persegi perairan Indonesia dan sejak itu telah pula mengorbankan lebih dari 100.000 masyarakat miskin dengan keluarga mereka yang tinggal di daerah pesisir Indonesia.
Ferdi Tanoni,Penulis Buku Skandal Laut Timor,sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta ini kemudian mengkritisi Pemerintah Federal Australia dengan mengatakan,Australia hanya duduk dan menonton saja petaka kemanusiaan yang maha dahsyat ini di pekarangan belakang Australia. …. Apakah tindakan Pemerintah Federal Australia ini sudah benar,jujur dan adil terhadap bangsa Indonesia.
Yang kami tuntut terhadap Australia adalah hak hak hidup,harga diri,martabat dan kedaulatan kami yang telah dirampas oleh Australia dengan menghancurkan ladang mata pencaharian kami di Laut Timor dan Laut Sawu,bukan kami meminta bantuan Australia.Walaupun tingkat kesejahteraan kami jauh sekali perbedaan nya dengan bangsa Australia,tetapi kami menolak untuk menjadi tukang minta-minta.
Ferdi Tanoni juga menyerukan kepada para pemimpin dan politisi Australia agar membuka mata dan telinga melihat pada fakta kebenaran ini sehingga mencerahkan hati dan pikiran mereka bahwa petaka tumpahan minyak Montara ini murni masalah KEMANUSIAAN dan LINGKUNGAN yang tidak ada hubungannya dengan politik dan atau diplomatik.
 “Mengakhiri jumpa persnya di Darwin, tidak lupa ia menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang Australia yang hingga saat ini masih berdiri kokoh BERDAMPINGAN dengan rakyat NTT untuk Menuntut dan mendapatkan suatu keadilan bagi masyrakat korban yang menderita”.
 Dia juga mendesak Pemerintah Federal Australia agar bertindak benar sebagai bagian dari TANGGUNG JAWAB AUSTRALIA dan berhentilah memberikan perlindungan kepada PTTEP sebua korporasi minyak dan gas asal Thailand yang telah menyengsarakan rakyat Indonesia.(Leo)
Â
Â
Â