JAKARTA – Gempa bumi kembali mengguncang wilayah Bogor pada Kamis malam, 10 April 2025, sekitar pukul 22.16 WIB. Guncangan gempa berlangsung selama beberapa detik dan dirasakan oleh warga di Bogor hingga Depok.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini merupakan jenis gempa dangkal dengan kedalaman hanya 5 kilometer.
“Episenter gempa berada di darat pada koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT, atau sekitar dua kilometer tenggara dari Kota Bogor,” jelas Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Daryono menambahkan bahwa gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki karakteristik geser mengiri (sinistral strike-slip), yang sejalan dengan sifat dari Sesar Citarik.
Apa Itu Sesar Citarik dan Bagaimana Sejarah Aktivitasnya?
Sesar Citarik merupakan salah satu sesar aktif di wilayah barat Pulau Jawa.
Menurut kajian Sidarto (2008), sesar ini memiliki arah lurusan Sungai Citarik, sehingga kemudian dinamai sesuai dengan nama sungai tersebut. Sesar ini telah aktif sejak periode Miosen Tengah, sekitar 15 juta tahun yang lalu.
Sesar Citarik membentang sepanjang sekitar 250 kilometer dari pantai tenggara Teluk Palabuhanratu, melewati Sungai Citarik, perbatasan Bekasi dan Jakarta, hingga ke Laut Jawa.
Jalur sesar ini dibagi menjadi tiga segmen, yaitu selatan, tengah, dan utara, dengan karakteristik seismik masing-masing.
Gunung Salak yang masih aktif hingga kini berada di segmen tengah sesar ini. Sesar Citarik juga menjadi penyebab gempa berkekuatan M5,0 yang mengguncang Kalapanunggal, Sukabumi, pada 10 Maret 2020.
Sesar Aktif Apa Saja yang Terdapat di Jawa Barat?
Selain Sesar Citarik, Jawa Barat memiliki sejumlah sesar aktif lain yang juga berpotensi memicu gempa bumi:
1. Sesar Garsela (Garut Selatan) membentang sepanjang 42 km dari selatan Garut hingga selatan Bandung. Terdiri dari dua segmen utama—Rakutai (19 km) dan Kencana (17 km)—Sesar Garsela memiliki karakteristik pergeseran mendatar dan aktivitas kegempaan yang cukup tinggi sejak tercatat oleh BMKG pada 2008.
2. Sesar Cimandiri dengan panjang sekitar 100 km, sesar ini membujur dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga Padalarang, Bandung Barat.
Sesar ini termasuk sesar tua dan dikenal sebagai penyebab gempa Cianjur pada 21 November 2022 dengan magnitudo 5.6 yang menelan lebih dari 600 korban jiwa dan puluhan ribu luka-luka.
3. Sesar Lembang berada di utara Kota Bandung, Sesar Lembang membentang sepanjang 30 km dan merupakan kelanjutan dari ujung utara Sesar Cimandiri. Jenis sesar ini dominan mendatar dan telah dipantau BMKG sejak 1963.
4. Sesar Baribis terletak di utara Jawa Barat, sesar ini membentang dari Purwakarta hingga perbukitan Baribis di Majalengka dengan jenis sesar naik.
Dalam sejarah, sesar ini tercatat pernah memicu gempa besar yang merusak Jakarta pada 1780 dan Majalengka pada 1990.
5. Sesar Cipamingkis berlokasi di Sukabumi bagian timur, dinyatakan aktif oleh BMKG dalam studi tahun 2022. Pada 2018, sesar ini memicu puluhan gempa kecil.
6. Sesar Cileunyi-Tanjungsari membentang dari Desa Tanjungsari, Sumedang ke arah timur laut hingga lembah Sungai Cipeles.
Dikenal memiliki laju geser 0,19-0,48 mm per tahun, sesar ini menjadi penyebab gempa Sumedang pada 31 Desember 2023 dengan magnitudo M4,8.
Kepada Bergelora.com.di Jakarta dilaporkan, melihat banyaknya sesar aktif di Jawa Barat, mitigasi bencana menjadi hal yang sangat penting. Masyarakat diimbau untuk mengenali lokasi tempat tinggal terhadap potensi gempa dan mengikuti simulasi evakuasi secara berkala.
Pemahaman tentang keberadaan dan karakteristik sesar aktif merupakan langkah awal yang krusial dalam upaya pengurangan risiko bencana di masa depan. (Web Warouw)