JAKARTA- Indonesia pada awal Mei 2024 mendatang akan memiliki kilang minyak terbesar baru dengan kapasitas olahan 360 ribu barel per hari (bph).
Kilang minyak terbesar ini yaitu Kilang Balikpapan dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau ekspansi dari kilang yang sudah beroperasi saat ini. Proyek RDMP Kilang Balikpapan ini meningkatkan kapasitas kilang sebesar 100 ribu bph dari saat ini 260 ribu bph menjadi 360 ribu bph.
Dengan kapasitas olahan 360 ribu bph tersebut, artinya Kilang Balikpapan ini akan menjadi kilang terbesar baru yang beroperasi di Tanah Air. Sebelumnya, kilang minyak dengan kapasitas terbesar diemban oleh Kilang Cilacap, Jawa Tengah, dengan kapasitas 345 ribu bph.
Dari kapasitas olahan minyak mentah tersebut, kilang ini akan memproduksi 319 ribu barel BBM per hari, produk LPG dan juga petrokimia seperti propylene yang merupakan bahan baku plastik.
Lantas, siapakah pemilik RDMP Kilang Balikpapan ini?
Proyek RDMP Kilang Balikpapan ini dikelola oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (PT KPB). Adapun saham PT KPB sebesar 99,997% dimiliki oleh PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI), Subholding Refining & Petrochemical PT Pertamina (Persero) yang dibentuk sebagai strategic holding company dalam bidang investasi dan usaha bisnis Pertamina terkait mega proyek kilang pengolahan dan petrokimia, terutama dalam menjalankan skema kerja sama dan untuk strategi pendanaan proyek.
Sementara sebesar 0,003% saham dimiliki oleh PT Pertamina Pedeve Indonesia, yang juga Anak Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang penyertaan modal anak perusahaan atau afiliasi PT Pertamina (Persero).
PT KPB didirikan untuk melaksanakan pengembangan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan & Lawe-Lawe dan menjalankan bisnis pengolahan kilang Refinery Unit (RU) V Balikpapan, Kalimantan Timur.
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, saat ini Kilang Balikpapan tengah berhenti sementara untuk mengintegrasikan unit kilang existing dengan unit kilang baru hasil pelaksanaan proyek RDMP. Penghentian sementara ini dinamakan Turn Around (TA) Revamp. Proyek TA Revamp Crude Distillation Unit (CDU) ini ditargetkan selesai awal Mei 2024.
“Kami semua mendoakan dan support penuh agar proses pengerjaan revamping, yang merupakan milestone penting dari proyek RDMP ini untuk menambah kapasitas, berjalan dengan lancar,” kata Nicke dalam keterangan resmi belum lama ini.
Dia menambahkan tidak mudah membangun proyek sebesar dan sekompleks ini. Namun, Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional serta seluruh tim yang terlibat telah membuktikan bahwa melalui komitmen penuh dan dengan kerjasama yang kuat mampu mengatasi menjawab tantangan yang ada.
“Kami berkomitmen menyelesaikan proyek ini karena sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Proyek ini akan memberikan nilai tambah yang besar untuk perekonomian Indonesia. Pertamina bangga memiliki proyek sebesar ini” ungkap Nicke.
Perlu diketahui, proyek RDMP Kilang Balikpapan ini diperkirakan memakan investasi hingga US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 108 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Taufik Aditiyawarman menjelaskan, selain meningkatkan kapasitas kilang minyak, ini juga akan meningkatkan kualitas BBM setara standar Euro 5.
Dengan standar Euro 5, maka konten sulfur akan berkurang hingga 99% dari awalnya sebanyak 2.500 ppm menjadi 10 ppm.
“Kemudian ujungnya memang di 2025. Sehingga nanti produk dari Kilang Balikpapan itu akan memenuhi kualitas Euro 5. Artinya 10 ppm sulfurnya,” kata Taufik dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia belum lama ini.
Pada tahun 2024 ini, Taufik menargetkan dua milestone atau tonggak pencapaian besar mega proyek RDMP Balikpapan tuntas. Kedua milestone tersebut di antaranya, peningkatan kapasitas kilang atau revamping CDU.
“Nah itu Insya Allah nanti di akhir April ini selesai, sehingga mulai bulan Mei kita bisa mulai ada tambahan produksi,” kata Taufik.
Milestone berikutnya yakni pembangunan unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) untuk meningkatkan profitabilitas kilang melalui pengolahan residu menjadi produk bernilai tinggi di Kilang Balikpapan. Adapun proyek ini diharapkan mulai beroperasi pada tahun ini.
“Artinya semua proses kita processing lagi baik itu untuk gasoline maupun untuk gas oil, serta ada LPG dan polipropilen. Nah itu yang milestone kedua,” katanya. (Calvin G. Eben-Haezer)