JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menegaskan, Indonesia tetap akan berjuang dengan negosiasi untuk menyikapi tarif timbal balik impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS).
Prabowo juga menekankan bahwa Indonesia tidak akan menyerah dan meminta belas kasihan pihak lain dalam proses negosiasi. Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan di acara Gerakan Indonesia Menanam di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025).
“Kita tidak akan pernah menyerah. Kita tidak akan pernah berlutut, kita tidak akan pernah mengemis. Kita tidak akan pernah minta-minta (belas) kasian orang lain. Tidak perlu dikasihani. Bangsa Indonesia tidak perlu dikasihani,” tegas Prabowo dilansir YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (24/4/2025).
Keyakinan tersebut menurut Kepala Negara juga didasari kemampuan Indonesia yang akan menuju swasembada pangan. Sehingga Prabowo tetap yakin ke depannya ekonomi Indonesia tetap dalam kondisi baik.
Prabowo juga menekankan Indonesia tetap menghormati berapapun ketentuan tarif yang sebelumnya diumumkan oleh Presiden Donald Trump itu.
“Kita sekarang punya kemampuan. Kita akan menggerakkan ekonomi dengan kekuatan kita sendiri. Kita tidak akan memaki-maki negara lain. Kita dihantam tarif berapa-pun, berunding, akan negosiasi, kita hormati,” ungkap Prabowo.
“Tapi kita percaya kepada kekuatan kita sendiri. Kalaupun mereka tidak membuka pasar mereka kepada kita, kita akan survive, kita akan tambah kuat, kita akan berdiri di atas kaki kita sendiri,” lanjutnya.
Sebelumnya pada Selasa (22/4/2025), Presiden Prabowo juga sempat membicarakan persoalan tarif timbal balik saat bertemu dengan Wakil Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato Seri Ahmad Zahid bin Hamidi di Istana Merdeka, Jakarta.
Saat ditanya wartawan usai pertemuan, Presiden bilang ia masih menanti laporan hasil negosiasi dari tim yang berada di Amerika Serikat (AS). Saat ini tim negosiasi yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto masih dalam proses negosiasi di Washington DC.
“Ini saya belum bertemu pak Airlangga. Saya enggak tahu jam berapa dia datang, saya menunggu laporan beliau,” kata Prabowo pada Selasa.
Untuk diketahui sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengumumkan besaran tarif timbal balik impor untuk Indonesia sebesar 32 persen.
Namun, pemberlakuan tarif itu ditunda selama 90 hari untuk memberikan kesempatan negosiasi.
Surplus Perdagangan Indonesia dengan AS Justru Meningkat
Sebelumnya kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan surplus neraca dagang Indonesia masih disumbang paling banyak dari perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) di tengah gencarnya penerapan tarif resiprokal dari AS.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, perdagangan non-migas RI dengan AS pada Maret 2025 mencatatkan surplus sebesar 1,98 miliar dollar AS.
Sedangkan perdagangan migas mengalami defisit. Surplus dagang non-migas dengan AS itu naik dari Februari 2025 yang sebesar 1,57 miliar dollar AS maupun Maret 2024 yang sebesar 1,50 miliar dollar AS.
Adapun surplus disumbang oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (465 juta dollar AS), alas kaki (239,7 juta dollar AS), serta lemak dan minyak hewan nabati (238,7 juta dollar AS).
“Pada Maret 2025, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang pada kelompok non-migas dengan beberapa negara dan tiga terbesar di antaranya adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina,” kata Amalia dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (21/4/2025).
Negara kedua penyumbang surplus perdagangan terbesar Indonesia ialah India sebesar 1,04 miliar dollar AS.
Surplus dagang dengan India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral (456,2 juta dollar AS), lemak dan minyak hewani/nabati (257,5 juta dollar AS), serta besi dan baja (130,3 juta dollar AS).
Selanjutnya, diikuti oleh Filipina dengan surplus sebesar 714,1 juta dollar AS.
Surplus ini disumbang dari komoditas kendaraan dan bagiannya (238,4 juta dollar AS), bahan bakar mineral (173,7 juta dollar AS), serta lemak dan minyak hewan/nabati (88 juta dollar AS).
Di sisi lain, BPS juga mencatat tiga negara yang menyumbang defisit perdagangan dengan Indonesia pada Maret 2025, yaitu China, Australia, dan Thailand.
Defisit perdagangan non-migas dengan China mencapai 1,11 miliar dollar AS, terdiri dari impor sebesar 6,31 miliar dollar AS dan ekspor sebesar 5,19 miliar dollar AS.
“Defisit perdagangan dengan China terutama disumbang oleh mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (-1,44 miliar dollar AS), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (-1,30 miliar dollar AS), serta kendaraan dan bagiannya (-351,8 juta dollar AS),” ucapnya.
Kedua, perdagangan dengan Australia mengalami defisit 350 juta dollar AS, yang dikontribusikan oleh komoditas serealia (-103,7 juta dollar AS), terutama dari komoditas gandum, logam mulia dan perhiasan (-91,2 juta dollar AS), serta bahan bakar mineral (-83,4 juta dollar AS).
Ketiga, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai 195 juta dollar AS yang dikontribusikan oleh komoditas gula dan kembang gula (-96,5 juta dollar AS), plastik dan barang dari plastik (-68,7 juta dollar AS), serta mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (-68,5 juta dollar AS).
Secara keseluruhan, neraca dagang Indonesia mengalami surplus sebesar 4,33 miliar dollar AS. Nilai ini naik 1,23 miliar dollar AS dari surplus Februari 2025 sebesar 3,12 miliar dollar AS.
Surplus pada Maret dibentuk oleh nilai ekspor sebesar 23,25 miliar dollar AS dan nilai impor sebesar 18,92 miliar dollar AS.
Sementara itu, secara kumulatif atau selama Januari-Maret 2025, nilai neraca perdagangan RI mengalami surplus sebesar 10,92 miliar dollar AS.
Nilai ini mengalami kenaikan sekitar 3,51 miliar dollar AS dari periode yang sama 2024 sebesar 4,47 miliar dollar AS. (Enrico N. Abdielli)