Senin, 28 April 2025

Swasono: Ekonomi Ambruk, Indonesia Dalam Cengkeraman Imperialisme

JAKARTA- Pemerintahan Joko Widodo diminta untuk waspada karena walaupun ekonomi bertumbuh namun masyarakat tidak merasakan langsung pertumbuhan yang selama ini diklaim oleh pemerintah. Bila ekonomi nasional ambruk atau diambrukkan, Indonesia pasti akan makin dicengkeram oleh kapitalis barat dan imperialis utara Demikian Guru Besar Universitas Indonesia, Prof Sri Edi Swasono kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (22/6).

 

“Tapi musti diingat pula, apakah  ekonomi nasional tumbuh 4,7% atau 5,4% atau, 4,21%, pertumbuhan itu toh tidak banyak dinikmati si miskin. Gini Ratio telah makin besar 0,46),  gap kaya miskin makin menganga, dayabeli rakyat menurun karena inflasi di sektor  kebutuhan-pokok rakyat miskin meninggi, ini perlu lebih diwaspadai,” ujarnya.

Turunnya daya beli masyarakat menurutnya akan memukul sektor produksi masyarakat karena ketidak sinambungan antara ekonomi besar dan ekonomi rakyat.

“Yang perlu diwaspadai juga adalah turunnya dayabeli rakyat itu akan memukul sektor produksi ekonomi rakyat karena ada semacam  dualisme ekonomi yaitu ekonomi besar berupa korporasi versus ekonomi rakyat di grass-roots  yang satu sama lain belum nyambung belum terintegrasi,” ujarnya

Ia mengingatkan sekali lagi bahwa pasar bebas yang berlaku di Indonesia saat ini telah memperdalam pembentukan gap ekonomi antara kaum kaya dan kaum miskin.

“Si kaya dan si miskin  punya pola produksi dan pola-konsumsi sendiri. Pasar bebas dalam senjang dengan Gini Ratio tinggi telah merintis terbentuknya semacam  economic ‘enclaves’ (cekungan-red) ini,” jelasnya

Masing-masing  antara kaum kaya dan kaum miskin menurutnya mempunyai daya dan pola suvival sendiri-sendiri. Bisa saja ekonomi besar ambruk, tetapi ekonomi rakyat di tingkat ‘subsistant’ lebih bisa menyesuaikan diri.

“Masyarakat bawah bisa survive tanpa BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia-red) atau Obligasi Rekap atau policy gereric (kebijakan turunan-red) yang itu-itu juga.  Meskipun survival ekonomi rakyat bawah ini berbau mekanisme  ‘shared poverty’ (berbagi kemiskinan-red) dan ‘mutual social responsibility’ (tanggung jawab bersama) betapapun fragile (rentan-red),” ujarnya.

Namun menurutnya, aspirasi rakyat telah terlanjur tinggi oleh janji-janji kampanye. Maka tidak seperti 1997-1998, fragilitas suasana batin rakyat lebih tak terduga.

“Bakal muncul ‘frustration gap’ (jurang frustasi-red) antara aspirasi dan realitas yang tinggi. Ini peka sosial-ekonomi dan  sosial-politik. Bila ekonomi nasional ambruk atau diambrukkan, Indonesia pasti akan makin dicengkeram oleh kapitalis barat dan imperialis utara dan semakin terdikte-dikte lagi,” ujarnya

Sebelumnya di Sri Edi Swasono melaporkan bahwa Kinerja ekonomi pada triwulan pertama 2015 mengecewakan pemerintah karena pertumbuhannya hanya mencapai angka 4,7%  dari tahun lalu seperti dirilis Badan Pusat Statistik pada 5 Mei lalu, lebih lambat 0,8% poin dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Seperti dikhawatirkan, kinerja kuartal pertama bisa mengerek turun pertumbuhan kuartal kedua sehingga semakin jauh dari target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok di angka 5,4%.

Survei yang dilakukan Bloomberg pada 22-27 Mei menunjukkan pesimisme itu, dengan 29 ekonom yang diwawancarai memberi estimasi rata-rata 4,21% untuk pertumbuhan produk domestik bruto kuartal kedua ini.  (Calvin G. Eben-Haezer)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru