YOGYAKARTA- Ada-ada saja. Lagu “Darah Juang” dilarang dinyanyikan. Lagu karya Budayawan John Marhasak Tobing yang paling popular dikalangan demonstran mahasiswa dan pemuda dalam melawan kediktaktoran rezim Soeharto ini rupanya masih menakutkan bagi para pengikut Soeharto. Pelarangan ini dikuti bergelora.com dari ekspresiononline.com Sabtu (10/9).
Situs ekspresiononline.com melaporkan Birokrat Universitas Negeri Yogyakarta melarang lagu “Darah Juang” dinyanyikan pada momen Ospek, 22 sampai dengan 26 Agustus lalu. Hal ini dibenarkan ketua panitia Ospek UNY 2016, Nurdiyansyah Prabowo.
“Birokrat tidak memperbolehkan lagu ‘Darah Juang’ dengan alasan lagu tersebut masih membawa nuansa masa lalu terkait demonstrasi mahasiswa,” tuturnya, Minggu (4/9).
Selain Nurdiyansyah, Ketua BEM UNY 2016, Zaky Mubarok, juga mengiakan larangan tersebut.
“Ya, jadi ada beberapa lagu yang tidak boleh dinyanyikan, seperti lagu ‘Darah Juang’, ‘Buruh Tani’ dan ‘Risalah Mahasiswa’,” tuturnya, Senin (5/9). Zaky menambahkan bahwa alasan pelarangan lagu-lagu di atas dikarenakan makna dari lagu tersebut mengarah ke provokasi.
“Untuk lagu ‘Buruh Tani’ sejak tahun kemarin memang dilarang, karena menurut pihak pimpinan, lagu ‘Buruh Tani’ cenderung mengarah ke PKI,” tambahnya.
Menurut Nurdiyansyah, larangan tersebut atas pertimbangan salah satu staf WR III bidang seni pada forum yang dilaksanakan sebelum Ospek. Forum tersebut juga dihadiri ketua BEM UNY, ketua panitia Display UKM, dan ketua Forum Komunikasi UKM.
Dalam forum tersebut Nurdiyansyah mencoba menyampaikan bahwa makna lagu “Darah Juang” tidak melulu tentang demonstrasi mahasiswa, tidak seperti yang dipikirkan pihak birokrat.
“Kalau saya inginnya lagu tersebut tetap ditunjukkan ke Maba untuk menambah semangat juang mahasiswa di kampus,” Katanya.
Sementara itu, Ilmawan Mustaqim, salah satu staf WR III, menolak memberikan keterangan terkait larangan tersebut. Ilmawan beralasan semua yang menyangkut Ospek harus ditanyakan langsung kepada WR III sebagai penanggung jawab Ospek.
“Intinya semua yang terkait Ospek langsung kepada pimpinan, Bapak WR III,” ujarnya.
Saat dimintai keterangannya oleh reporter Ekspresi, WR III Sumaryanto justru belum mengetahui jelas tentang lagu “Darah Juang”.
“Pada dasarnya itu boleh, tapi saya harus baca dulu ‘Darah Juang’ seperti apa,” tutur Sumaryanto di ruangannya, Selasa (6/9). Namun, Sumaryanto juga mengatakan bahwa lagu “Buruh Tani” sebagai lagu yang dilarang dinyanyikan.
Link lagu “Darah Juang” yang dinyanyikan John Tobing bisa didengar di : https://www.youtube.com/watch?v=mquySD7MC4c
Dibawah ini lirik lagu darah juang :
Darah Juang
Di sini negeri kami,
Tempat padi terhampar,
Samuderanya kaya raya,
Negeri kami subur Tuhan
Di negeri permai ini,
Berjuta rakyat bersimbah luka,
Anak kurus tak sekolah,
Pemuda desa tak kerja,
Reff:
Mereka dirampas haknya,
Tergusur dan lapar,
Bunda relakan darah juang kami,
Tuk membebaskan rakyat,
Padamu kami berbakti,
Padamu kami mengabdi!
“Darah Juang” tidak hanya populer dikalangan aktivis mahasiswa saja tapi juga keberbagai lapisan masyarakat. Dalam sebuah wawancara, John Tobing mengatakan, lagu itu diciptakan menjelang kongres pertama Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY) pada tahun 1991 yang merupakan himpunan dari kelompok mahasiswa pro demokrasi dari berbagai kampus. Lirik yang awalnya merupakan coretan dari Dadang Juliantara, mengalami perubahan dan penambahan dari para aktivis masa itu. Sebutlah Budiman Sudjatmiko (sekarang politisi PDIP), Satya Nugroho, (almarhum) Andi Munajat dan Raharjo Waluyo Jati. Lagi ini sampai hari ini tetap diingat sebagai pembakar semangat menjatuhkan rezim Soeharto dan melawan ketidakadilan. (Hari Subagyo)