Minggu, 20 Juli 2025

TANGKAP MAFIA MIGAS SEGERA..! Bahlil Pilih Impor dari AS: Ada Unsur Kesengajaan By Design Bikin RI Impor Minyak Terus

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terang-terangan menyebut bahwa Indonesia sengaja dibuat ketergantungan pada impor minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Hal ini terutama karena produksi terangkut (lifting) minyak RI yang turun terus.

Bahkan, kondisi pasokan lifting dan konsumsi minyak RI berkebalikan dibandingkan kondisi pada 1997 lalu.

Dia memaparkan, pada 1996-1997 Indonesia bisa memproduksi sebesar 1,5-1,6 juta barel per hari (bph) minyak. Saat itu konsumsi BBM Indonesia “hanya” 500.000 bph, sehingga Indonesia masih bisa mengekspor 1 juta bph.

Namun kini, produksi minyak RI hanya 580.000 mph, sementara kebutuhan BBM mencapai 1,6 juta bph. Akibatnya, Indonesia harus mengimpor BBM sekitar 1 juta bph.

“Pertanyaan berikut adalah apakah penurunan lifting karena penurunan SDA atau masih ada atau sengaja diturunkan agar impor terus? Bapak Ibu, saya katakan demi Allah menurut saya ini ada unsur kesengajaan by design dan untuk mengamankan perintah Pak Prabowo dan untuk Ibu Pertiwi, sejengkal pun saya tidak mundur menghadapi orang-orang seperti ini sedikit pun,” tuturnya dalam acara 2025 Energy & Mineral Forum di Kempinski, Jakarta, Senin (26/5/2025).

“Kenapa saya katakan by design? saya bukan sarjana ITB, saya bukan ahli minyak dan gas, punya bisnis minyak tapi saya diajarkan di satu perguruan tinggi Kawah Candradimuka yang di Google ga ada, saya belajar di Hipmi, setiap ada masalah ada peluang saya pelajari apakah benar kita gak bisa naikkan lifting kita,” tuturnya.

Dia menyebut, Indonesia memiliki hampir 40.000 sumur minyak dan gas bumi (migas), di mana yang produktif tidak lebih dari 20.000 sumur, dan selebihnya tidak produktif.

Pilih Impor Migas dari AS

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, anehnya, sebelumnya, pemerintah sudah bulat akan menambah volume impor minyak dan gas dari Amerika Serikat (AS). Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pun meminta PT Pertamina (Persero) untuk melaksanakannya.

Menurutnya, tak ada alasan untuk Pertamina tidak mengimpor migas dari AS meskipun jarak pengirimannya jauh.

Enggak ada alasan, LPG kita juga kan impor dari Amerika,” ujar Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Ia mengatakan, selama ini sekitar 50 persen impor LPG Indonesia berasal dari AS. Maka dari itu, meskipun jarak pengirimannya jauh tetap memungkinkan untuk membeli produk migas dari negara tersebut.

“Dari total impor LPG nasional itu 50 persen lebih kan dari Amerika. Jadi enggak ada soal,” ucap Bahlil.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan pengalihan impor migas dari negara lain ke AS akan menghadapi berbagai tantangan teknis dan risiko. Seperti pengiriman migas dari AS memerlukan waktu sekitar 40 hari, lebih lama dibandingkan pengiriman dari Timur Tengah atau negara Asia.

“Apabila terjadi kendala faktor cuaca seperti badai ataupun kabut, maka akan berdampak langsung pada ketahanan stok nasional,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (22/5/2025).

Pertamina pun tengah melakukan kajian menyeluruh terkait rencana peningkatan volume impor migas dari AS, mencakup aspek teknis, komersial, dan risiko operasional.

Selain itu, Simon juga meminta adanya dukungan pemerintah berupa payung hukum, baik melalui peraturan presiden maupun peraturan menteri, sebagai dasar pelaksanaan kerja sama suplai energi bagi Pertamina.

“Komitmen kerjasama secara G2G antara pemerintah Indonesia dan pemerintah AS akan memberikan kepastian politik dan regulasi, dan selanjutnya dapat diturunkan ke dalam bentuk kerja sama business to business di level teknis dan operasional antar perusahaan,” pungkas Simon. (Web Warouw)

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru