JAKARTA- Hingga hari ini, pemahaman kalangan yang masih mapan menganggap perusahaan tambang emas Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia membawa misi suci dari Amerika. Sehingga, segala perangai dari PT Freeport Indonesia dalam menjalankan bisnisnya di Indoensia selama ini, tak terelakkan, adalah merupakan komunikasi politik yang mewakili kepentingan pemerintah dan rakyat Amerika. Demikian budayawan Burhan Rosyidi kepada Bergelora.com di Jakarta, Minggu (13/12)
Sementara itu menurut anggota Presidium Komite Kedaulatan Rakyat (KKR) ini, adalah sebuah realitas bahwa perangai PT Freeport Indonesia, di dalam menjalankan bisnisnya di Indoensia, dimata bangsa Indonesia tampak bersikap dominan dan memperlakukan secara eksploitatif dalam setiap kegiatan eksploitasi sumberdaya alam di Papua. Perangai yang senantiasa mengenyahkan kepentingan bangsa Indonesia dari kegiatan eksploitasi.
“Dengan demikian, perangai PT Freeport Indonesia dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia, pada dasarnya, adalah merupakan komunikasi politik Amerika yang di mata bangsa Indonesia menggambarkan bahwa USA adalah negara yang tidak beradab,” ujarnya.
Skandal Freeport sendiri menurutnya ada imbas dari pertarungan politik penguasa tambang Amerika dalam menghadapi pemilu Amerika yang akan datang. Freeport Mc Moran adalah satu pendukung utama dari kandidat presiden Amerika Serikat, Donald Trump dari Partai Republik yang akan berhadapan dengan istri mantan Presiden Bill Clinton Hillery Clinton dari Partai Demokrat.
“Dari rangkaian peristiswanya semakin jelas kaitan antara pertarungan di Amerika dengan rebutan saham di Indonesia. Dukungan Ketua dan Wakil Ketua DPR pada Donald Trump adalah rangkaian dari pertarungan tersebut. Kemudian diikuti dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika yang hanya ketemu Presiden Obama dan harus segera pulang. Terakhir adalah terbongkarnya skandal Freeport,” ujarnya.
Sementara itu menurutnya fenomena rebutan saham Freeport di Indonesia merupakan upaya Freeport untuk mendapatkan perpanjangan kontrak ekspolitasi di Papua sebelum 2019, karena kepentingan menaikkan nilai saham Freeport yang akan mendukung Donald Trump jadi Presiden Amerika. Skandal Freeport telah menyebabkan anjloknya harga saham perusahaan tambang emas Amerika itu.
“Setiap elit politik Indonesia yang berkuasa menggunakan kekuasaannya untuk memenuhi kebutuhan Freeport itu. Ada yang pakai MoU, ada yang pakai statement di media massa. Ada juga yang minta langsung. Pokoknya semua dilakukan untuk bisa dapat saham dari Freeport,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa sebenarnya kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika dan bertemu Presiden Obama beberapa waktu lalu seharusnya juga dijadwalkan bertemu dengan Freeport dan beberapa perusahaan tambang Amerika pendukung Partai Republik. Namun pertemuan yang diatur para lobbies yang mengabdi pada kepentingan korporasi yang seharusnya berlangsung di Salt Lake City itu batal.
“Rupanya Presiden Joko Widodo sudah mencium gerakan para lobbies ini dan Obama kabarnya juga menginginkan Jokowi tidak menghadiri pertemuan itu,” jelasnya.
Jadi saat ini Burhan Rosyidi, ada dua kepentingan dan kekuatan utama yang saling bertentangan secara diameteral yaitu kepentingan dan kekuatan pemerintahan Obama berhadapan dengan kepentingan dan kekuatan korporasi-korporasi pendukung Donald Trump yang dipimpin oleh Freeport
“Di Indonesia Freeport sudah lama memelihara kaki tangan dan kompradornya dikalangan penguasa politik baik di eksekutif maupun legislatif. Maka skandal Freeport di Indonesia adalah cermin buruk dari peradaban Amerika. Mendukung perpanjangan Freeport di Indonesia berarti mendukung Donald Trump untuk jadi Presiden Amerika Serikat, gampang toh!” ujarnya. ,” ujarnya. (Web Warouw)