Minggu, 27 April 2025

TETAP DI DARAT BUNG..! Bahlil Ancam Pengelola Masela: Mau Produksi Tidak, Jika Tidak Evaluasi


JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengancam akan mengevaluasi proyek gas abadi Blok Masela di Maluku jika tidak mulai berjalan tahun ini. Pasalnya Blok Masela telah ditemukan sejak 26 tahun yang lalu.

“Masela itu 26 tahun, dari saya masih aktivis. Barang ini sudah dipegang konsesinya. Enggak dijalankan,” katanya dalam acara Berita Satu Outlook 2025 di Hotel Westin Jakarta, Kamis (30/1).

“Aku udah bikin surat. ‘Kamu tahun ini enggak melakukan pekerjaan untuk produksi, ya mohon maaf atas nama undang-undang tidak menutup kemungkinan kita akan mengevaluasi untuk kebaikan investor, rakyat, bangsa, dan negara,” sambungnya.

Peringatan itu, sambung Bahli, disampaikan agar pengusaha tidak mengendalikan negara.

“Jangan pengusaha mengendalikan negara. Tapi negara yang harus mengendalikan pengusaha, dengan catatan negara juga enggak boleh zalim untuk pengusaha,” imbuhnya.

Sebelumnya, -Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan proyek gas abadi Blok Masela akan kembali berjalan pada 2025. Proyek ini digarap oleh Inpex Masela Ltd.

“Program dari Inpex dari Masela yang harapannya juga ingin segera berjalan dan direncanakan pada tahun depan mulai berjalan dan diharapkan selesai pada beberapa tahun ke depannya ,” katanya di Istana Kepresidenan usai bertemu delegasi Japan-Indonesia Association, Kamis (5/12).

Rosan mengatakan progres Blok Masela terbilang minim sejak ditemukan pertama kali. Karena itu, ia dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ditugaskan untuk mengawal langsung Blok Masela.

“Untuk bisa memastikan tantangan-tantangan yang ada itu bisa kita selesaikan dengan cepat. Karena ini sudah terlalu lama, sudah 20 tahun,” katanya.

Blok Masela terletak di Laut Arafura, Maluku dan memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km persegi dan berbatasan dengan negara tetangga, Australia.

Inpex pertama kali mendapatkan hak sebagai pengelola dan melakukan eksplorasi di Blok Masela pada 1998 silam. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya cadangan gas di Blok Masela resmi ditemukan baru pada 2000.

Dari 2000 sampai 2010, Inpex melakukan eksplorasi di blok abadi itu sendiri dengan kepemilikan saham 100 persen. Namun, pada 2011 Shell masuk sebagai mitra dengan kepemilikan saham 35 persen dan Inpex menjadi 65 persen.

Namun pada 2020, Shell menyatakan hengkang atau mundur sebagai mitra Inpex dalam pengelolaan Blok Masela.

Pada 2023, PT Pertamina (Persero) dan Petronas resmi mengambil alih hak pengelolaan Shell di Blok Masela.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani usai mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan petinggi perusahaan asal Jepang yang tergabung dalam Japan Indonesia Association (Japinda) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024) menyampaikan Inpex segera menggarap proyek ladang gas bumi Blok Masela, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.

“Program dari Inpex, Masela, yang harapannya juga ingin segera berjalan direncanakan mulai berjalan pada tahun depan. Tadi disampaikan dan kami harapkan selesai beberapa tahun ke depannya,” kata Rosan usai pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (5/12/2024).

Selain itu, menurut Rosan, Blok Masela ini bisa berproduksi pada 2030 mendatang. Untuk itu ia bersama Menteri Koordinator Bidang Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto diminta untuk mengawal ketat pengembangan proyek ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan proyek pengembangan blok Masela ini akan menelan biaya investasi mendekati US$ 21 miliar atau setara dengan Rp 333,1 triliun (kurs Rp 15.862/dolar AS).

Dalam hal ini menurutnya pihak Inpex sudah menyelesaikan seluruh dokumen perencanaan proyek alias front end engineering design. Sehingga rencana pengembangan blok Masela itu dapat dieksekusi dalam waktu dekat.

“Terkait dengan proyek oleh Inpex, rencana proyek Masela, karena proyek Masela itu investasinya bisa mendekati US$ 21 miliar dolar dan tahap yang sekarang dicapai adalah penyelesaian front end engineering design,” terang Airlangga.

Airlangga menambahkan perencanaan atau front end engineering design yang dimaksud sudah termasuk penambahan fasilitas Carbon Capture, Utilization, dan Storage (CCUS) maupun Carbon Capture Storage (CSS) untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan.

“Tentunya beberapa hal mereka tambahkan karena sekarang untuk proyek-proyek semacam itu diperlukan untuk melengkapi dengan Carbon Capture Storage maupun CCUS. Jadi itu masuk di dalam pengembangan proyek,” tegasnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru