Kamis, 21 September 2023

Tidak Ada Ampun Terhadap Penghujat Roh Kudus (2)

Oleh: Toga Tambunan *

PLATFORM kehidupan yang diwariskan Tuhan Yesus untuk seluruh umat manusia itu, melalui keturunan Israel di Palestina. Wilayah pemukiman 12 suku keturunan Israel itu, ribuan tahun sebelumnya disebut tanah Kanaan.

Nama Palestina muncul pengganti Kanaan ditetapkan Raja Hadrianus setelah berhasil menumpas pemberontakan Israel dari tahun 167 SM sampai 160 SM, pimpinan Yudas Makkabe. Untuk memunahkan energi Israel merdeka, untuk mencegah Israel berontak, Hadrianus menghapus sebutan Israel. Analisa Hadrianus bahwa identitas solid homogen sebutan Israel merupakan agregat emosi pemberontakan mereka. Maka dia hapus sebutan Israel, wilayah diganti sebutan dengan Palestina. Orangnya disebut Jahudi.

Sebelum Raja Hadrianus mengganti Israel, jadi Palestina, kerajaan keturunan Israel itu telah terbelah dua sejak wafatnya Raja Salomo oltahun 930 SM. Bahkan setelah mereka kembali dari Babilonia, 520–515 SM, tanah tempat terbuang selama 50 tahun sebelumnya, mereka bukannya bermaksud bersatu melainkan melanjutkan disintegrasi, membenarkan pendirian seperasi ego superioritas seperti sebelum ditawan terbuang ke Babilonia.

Masyarakat Samaria di Utara tetap beribadah di Bukit Gerizim. Masyarakat Yahudi yang berada di selatan beribadah di Yerusalem menggunakan bait Allah yang mereka dirikan kembali.

Konflik separasi rebutan kekuasaan diantara dua geng elit Kerajaan Salomo, Rehabeam versus Yerobeam. Kedua cucu Daud itu menyimpang dari keyakinan Daud, dan melakukan kekerasan kepada warganya. Kemegahan Kerajaan Salomo yang terjaya di zamannya runtuh; seyogianya pelajaran dasar bagi elit tiap bangsa dan negara.

Keyakinan formalitas mereka, pihak Samaritan maupun pihak Jahudi tetap pada Taurat. Lebih tepat disebut merujuk pada Taurat berhubung sudah banyak dimodifikasi terutama oleh pihak Yahudi yang menerbitkan Talmus aturan interaksi masyarakat yang praktis mendisfungsional setidaknya menyurutkan kebenaran Taurat. Pihak Samaritan seperti diuraikan Dr. Bambang Nurseeha mengubah kompisisi letak isi Taurat dengan mencantumkan Zabur Daud berada di bagian belakang, karena mereka bersikap sentimentil menganulir beribadah di bait Allah di Yerusalem, yang erat bertaut dengan Raja Daud.

Ajaran Epikurus bermahzab memuaskan keinginan jasmani unsur Helenisme kultur Yunani sudah lama merajai perspektif kerajaan Romawi dan berkembang tersebar luas hingga menduduki hierarki puncak penuntun ofensif perilaku moral warga Romawi termasuk di kalangan masyarakat Yahudi dan Samaritan.

Berfondasi Hellenisme Yunani itu, orang Samaritan maupun orang Jahudi pada umumnya terlebih lagi strata elit, para ulama dan Sanhendrin, kaum Saduki maupun Farise memproyeksikan hidupnya demi kepuasan jasmaniah semata, terlebih memuaskan nafsu makan, minuman, seks selayaknya naluri binatang liar dan nafsu berkuasa terhadap yang lain selain nafsu menimbun harta sebanyak mungkin.

Dengan pendekatan teori perkembangan masyarakat meninjau orang Israel dimasa itu sudah berada dalam kurun waktu periode zaman perbudakan. Silih berganti kerajaan penguasa budak menguasai menghisap mereka. Gonta ganti tatanan aturan pemerintahan, juga interaksi moralitas warga. Mereka berantakan.

Kondisi terdisintegrasi dan pola pikir, moral, mentalitas, perilaku harian atau budaya Hellenis ofensif sedemikian rupa menjerumuskan Jahudi dan Samaritan dalam rimba kemelut jiwa mendekati putus asa atau mirip gejala paranoid, untuk sebutan sekarang.

Yesus menghadapi kondisi menantang itu, tatkala hadir di dunia untuk berkarya ditengah keturunan Israel, yang tadinya tunggal telah dipilih Allah menjadi contoh eksponen pelaksana programNya merestorasi manusia. Proses penggarapan Allah terhadap mereka, terus berlangsung. Tuntunan Yesus mereparasi kehidupan mereka menjadi percontohan Allah bagi seluruh umat manusia dengan bekal Alkitab berfungsi instrumen bagi perorangan, bangsa maupun negara memperbaharui kualitas kehidupan, dimasa kini dan nanti.

Hanya aliran Essene yang jumlah konstituennya sedikit, hidupnya sangat puritan, antitesa terhadap budaya pendominasi moral, kesadaran, kebiasaan lumrah masyarakat umumnya, di pihak Samaritan maupun di pihak Jahudi. Kaum Essene jadi duri baik bagi pihak Samaritan maupun pihak Jahudi; dibenci dikucilkan. Mereka menyingkir ke gurun, tinggal di gua dan beribadah di gua batu. Johanes pembaptis dan para pengikutnya, diperkirakan bagian kaum Essene.

Kerajaan Romawi mengijinkan mereka semua pihak bebas leluasa beribadah agamanya dan menyelenggarakan aturan sosialnya dipimpin Imam serta Sanhedrin asalkan tunduk tetap pada pemerintah Romawi, antara lain bayar pajak.

Kaisar Augustinus menunjuk Herodes Agung jadi Raja Judea dan Pontius Pilitus prokurator (jaksa). Sejarahwan lain mencatat Pontius Pilatus menjabat prefek ke-5 di propinsi Judea.

Yesus selagi masih berumur 12 tahun, orangtuanya Yusuf dan Maria sibuk kebingungan mencari diriNya. Teramat cemas. Selama tiga hari bertanya kesana kemari kepada tiap orang di jalanan, tetangga. Ternyata ditemukan berada ditengah banyak orang di bait Allah asyik
dialog dan ramai mendebat alim ulama di bait Allah. Para peserta dialog itu orang sudah berumur dan banyak sudah tua, sangat tercengang mendengar pertanyaan tajam dan pemikirannya yang luas serta mendalam dari Yesus. Siapa anak ini? Dari mana dan dimana tinggalnya? Orang banyak itu mendengar jawab-Nya sopan bermuatan tegas kepada Yusuf dan Maria, bapak dan ibunya yang tadinya amat cemas, lelah mencari: “ Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2:49) Rumah Bapa-ku. Siapa Dia dan Bapa-Nya? Jawaban itu mencitrakan karya Rohkudus bersamaNya yang tidak difahami alim ulama serta semua hadirin di ruangan itu, perkecualian Yusuf dan Maria. Saat itu umurNya baru menginjak 12 tahun.

Itulah salahsatu konten platform kehidupan diwariskan Yesus secara ringkas, salah satu tema pokok ajaranNya yang kelak diekspose luas dalam periode pelayananNya. Bahwa seperti Dirinya, selaku manusia itu, tempatnya sejati jiwa kita semestinya tetap berada sepanjang waktu di rumah dan bersama Bapa Surgawi selagi raga manusia entah apa pun profesi, pendidikan atau jabatannya beraktivitas di bumi. Secara selintas inheren dan inklusif Yesus mengutarakan pokok pikiran mengenai keseluruhan dimensi alfa dan omega keberadaan Allah, Bapa di Surga, proses kekalan Langit Baru Bumi Baru (LB3).

Jauh hari kemudian setelah Yesus naik ke Surga, materi LB3 itu, oleh Rohkudus via Rasul Petrus menegaskan: Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
(2 Petrus 3:13)

Siapa yang masuk LB3 itu, tertulis dalam Wahyu pasal 21 pada beberapa ayat :
3. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”

6 Firman-Nya lagi kepadaku: “Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.

8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”

27. Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Performa person yang diterima masuk ke Surga, terbuka seleksi persyaratannya, seperti tertulis diatas, tidak dirahasiakan atau samar-samar. Tidak ada diskriminasi macam apa pun.

Kembali ke penampilan kemuliaanNya pertama kali selagi masih berumur 12 tahun itu, yang belum definitif periode melayani bahkan belum dibaptis, sesungguhnya telah mendobrak keras muatan pola pikir hedonis manusia berpangkal pendirian Hellenisme. Orang banyak itu pasti terperanjat jawabannya.

Melawan arus banjir ofensif moral budaya epikurus – hellenisme itu, pada awal melayani Yesus bersabda keras: jangan mengumpul harta dibumi serta menegaskan tajam
Bukankah hidup zoe itu lebih penting dari hidup bios?

Apakah mahzab Epikurus berikut Hellenisme di zaman 3000-an tahun lalu itu sudah surut atau justru makin zombie di masa kini? Hellenisme membesar meraja lela itu, harus disadari.

Seketika keluar dari air sungai Jordan setelah dibaptis, hadir penampakan Rohkudus berupa burung merpati, mendemonstrasikan konten lain platformNya, yakni seseorang penerima ritual baptisan sebenarnya diisyaratkan sudah berkarakter seperti Yesus sebagaimana Johanes mengenalNya atau setidaknya minimum dipastikan akan berkemauan berjuang mencapai berkarakter seperti Yesus, tak bercacat tak bercela. Kepada tipikal seperti itu Rohkudus akan datang melingkupi bersangkutan sesaat dibaptis.

Sudahkah syarat itu, sekalipun yang minimum, telah dimiliki pemeluk ajaranNya?

Apabila sudah terlanjur dibaptis, layak berjuanglah mengejar postur jiwa tak bercacat tak bercela serupa standar Tuhan Yesus itu yakni kriteria diperintahkanNya, tertulis pada Mateus 5:48, Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Standar kriteria tersebut diungkap lagi oleh Rohkudus melalui banyak Rasul, diantaranya Rasul Petrus: Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia(2 Petrus 3:14)

Asalkan berkondisi atau berjuang mengkondisikan diri sedemikian rupa itulah, seseorang terhisap
pengundang Rohkudus ke kalbu sanubarinya. Rohkudus akan langsung melingkupi bersangkutan, sebagaimana terjadi pada Yesus. Ternyata Bapa di Surga sangat dekat dengan manusia, tidak ditentukan kepercayaannya. Agama itu faktor ikutan yang perlu diteliti sebelum diikuti. Ingat Abraham atau Ayub, apa agama mereka?

Peringatan yang sama disampaikan Rohkudus menginsyafkan murid-murid Yesus melalui Rasul Paulus: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Filipi 2:5a).

Di dalam 1 Korintus 2:16a, Paulus mengutip Yesaya 40:13 dan membuat pernyataan mengenai semua orang percaya: “Kami memiliki pikiran Kristus.”

Ambil salah satu contoh. Yesus mengatakan penyakit itu pun untuk jalan memuliakan Bapa di Surgawi. Sekaligus menyatakan segala penderitaan penimpa hidup itu sesungguhnya berkat Dapatkah kita memahaminya tanpa Rohkudus?

Pikiran Kristus diwariskan inilah yang kita sebut selaku platform kehidupan agar mudah ditautkan terhadap kemauan manusia dalam konteks literasi pengetahuan tehnologi kekinian. Itulah urgensi jadi murid Yesus, belajar platform warisanNya. Dalam kenyataannya, seseorang setelah dibaptis mengira dirinya sudah otomatis selamat masuk sorga. Tidak begitu, bung!

Rohkudus hadir dalam jiwa seseorang jika bersangkutan berkarakter tak bercacat tak bercela. Tidak suam-suam kuku. Camkan! (bersambung)

Selamat hari minggu.

Bekasi, 11 Juni 2023

*Penulis Toga Tambunan, evangelis gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,560PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru