Kamis, 12 September 2024

TNI Bantah Ada Anggota Terlibat Penyelundupan Senjata di Bandara Sudan

JAKARTA-   Tidak ada keterlibatan anggota TNI pasukan penjaga perdamaian yang tergabung dalam Satgas Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid (United Nations Mission In Darfur) yang ditahan di Bandara Al Fashir, Darfur Sudan, karena terlibat mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi pada saat kembali ke Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto, S.IP. saat konferensi pers dengan media massa, bertempat di Balai Wartawan Puspen TNI, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (23/1).

“Di Sudan ada dua penugasan misi perdamaian dibawah bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Pertama dari TNI yaitu Satgas Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid dan kedua dari Kepolisian RI yaitu Satgas FPU (Formed Police Unit),” jelas Kapuspen TNI.

Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto menyampaikan bahwa, telah melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan Komandan PMPP (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian) TNI Brigjen TNI Marzuki yang saat ini berada di New York, Komandan Sektor Unamid Brigjen TNI Nur Alamsyah yang berada di Sudan dan Komandan Satgas Batalyon Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid di Darfur Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto.

“Mereka mengatakan bahwa kejadian tersebut memang ada, tetapi tidak melibatkan satupun personel Satgas Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid. Sampai saat ini masih melaksanakan tugas di Sudan sampai bulan Maret 2017 yang akan datang,” ujar Mayjen TNI Wuryanto.

Terkait beredarnya pemberitaan di media sosial tentang adanya anggota pasukan penjaga perdamaian Indonesia yang ditangkap di Bandara Al Fashir, Jumat (20/1) di Sudan, yang diduga mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi pada saat akan kembali ke Indonesia setelah selesai melaksanakan penugasan, Kapuspen TNI Mayjen TNI Wuryanto menegaskan bahwasanya berita tersebut tidak benar.

“Supaya seluruh masyarakat mengetahui bahwa tidak ada keterlibatan anggota TNI, dalam hal ini anggota Satgas Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid yang ditahan karena terlibat dalam upaya penyelundupan senjata dan amunisi ke Indonesia,” tegasnya.

Lebih lanjut Mayjen TNI Wuryanto menyatakan bahwa, kejadian di Bandara Al Fashir saat pemeriksaan X-Ray diketahui ada benda-benda yang mencurigakan, setelah dibuka memang ada senjata berikut amunisi dan masih dalam penyelidikan. “Kejadian itu ada, tetapi tidak melibatkan satupun anggota pasukan perdamaian Satgas Kontingen Garuda XXXV-B/Unamid dari TNI. TNI sendiri membuktikan tidak ada keterlibatan itu, karena  personel Satgas Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid sampai saat ini masih melaksanakan penugasan di Darfur Sudan,” pungkas Kapuspen TNI.

Kecurigaan Kemlu

Sementara itu Jurubicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir mencurigai pemberitaan keterlibatan penyelundupan senjata oleh pasukan perdamaian Indonesia di Sudan itu.

“Terkait permasalahan di Sudan,  kita sudah mendapatkan informasi mengenai kejadian tersebut. Terdapat beberapa kejanggalan dari informasi awal yang diterima. Pihak PBB sedang melakukan investigasi,” jelasnya.

Ia menyampaikan untuk itu juga Tim dari Polri segera berangkat untuk memberikan bantuan hukum dan kejelasan dari permasalahan itu.

“Informasi awal yang kita terima dari pasukan Polisi Indonesia bahwa barang tersebut bukan miliki Pasukan Polisi Indonesia. Duta Besar RI di Khartoum sudah koordinasi untuk memberikan pendampingan kepada pasukan polisi Indonesia,” jelasnya.

Laporan dari Sudan

Sebelumnya www.sudantribune.com melaporkan, Pemerintah di Darfur Utara menyebutkan pasukan Indonesia yang tergabung dalam misi menjaga perdamaian campuran di Darfur (UNAMID) ditangkap pada Jumat (20/1) waktu setempat di bandara Al Fashir, Sudan. Mereka mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi yang disamarkan, seperti mineral berharga.

The Sudanese Media Centre menyebutkan berbagai senjata dan amunisi yang diselundupkan meliputi 29 senapan Kalashnikov, 4 senapan, 6 senapan GM3 dan 61 berbagai jenis pistol, dan juga berbagai amunisi dalam jumlah besar.

UNAMID dikabarkan meluncurkan penyelidikan setelah mengetahui insiden itu. Kekuatan UNAMID Indonesia itu berangkat setelah menyelesaikan layanan dalam kerangka perubahan rutinitas. Menurut pers Indonesia pada pekan lalu, Polri mengerahkan gugus tugas yang terdiri dari 140 personel untuk Darfur, sebagai bagian dari misi menjaga perdamaian untuk menggantikan tim sebelumnya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Misi campuran telah dikerahkan di Darfur sejak Desember 2007 dengan mandat untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil di wilayah Sudan barat itu. Ini adalah pasukan penjaga perdamaian internasional terbesar kedua dunia dengan anggaran tahunan 1,35 miliar dollar dengan hampir 20 ribu tentara.

Kepada Bergelora.com dilaporkan,  Sudan, Uni Afrika dan PBB sejak dua tahun telah menyelenggarakan pembicaraan untuk mengeluarkan UNAMID dari Sudan Barat. Situasi keamanan stabil dan pemerintah telah berusaha membatasi kekerasan suku. Di mana sudah sukses dengan banyak orang pengungsi internal (IDP) yang memilih untuk kembali ke rumah asal mereka. (Kolonel Inf Bedali Harefa/Lia)

 

 

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru