Selasa, 2 September 2025

TRUMP HARUS MEMILIH NIH..! Putin dan Xi Meletakkan Fondasi Tatanan Dunia Baru, Berikut 3 Strateginya 

JAKARTA – Presiden Vladimir Putin akan berkunjung ke Beijing minggu ini untuk menghadiri upacara peringatan 80 tahun kemenangan Perang Dunia II di front Asia. Bagi China, peringatan ini lebih dari sekadar ritual sejarah.

Peringatan ini merupakan puncak perjuangan selama seabad melawan dominasi asing, dari Perang Candu di pertengahan abad ke-19 hingga kekalahan Jepang pada tahun 1945.

Pengakuan publik Rusia atas perjuangan tersebut – dan pengorbanan rakyat China – memiliki bobot simbolis yang sangat besar bagi Beijing. Namun kunjungan Putin bukan sekadar isyarat sejarah. Kunjungan ini merupakan sinyal persatuan. Rusia dan Tiongkok menghadirkan visi bersama kepada dunia, baik tentang masa lalu maupun masa depan.

Bagi negara-negara berkembang, kunjungan ini menggarisbawahi adanya alternatif bagi hegemoni Barat. Bagi Barat, kunjungan ini menjadi pengingat bahwa alternatif ini tidak dapat diabaikan.

Upaya pemerintahan Trump untuk memisahkan Moskow dan Beijing mungkin merupakan kesempatan terakhir Washington untuk mempertahankan supremasi global yang tak terbantahkan.

Kesempatan itu telah sirna. Pada tahun 2025, koordinasi kebijakan luar negeri Rusia-Tiongkok akan lebih erat daripada titik mana pun dalam setengah abad terakhir, dan kunjungan Putin ke Beijing akan memperkuat kenyataan tersebut.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Putin dan Xi Meletakkan Fondasi Tatanan Dunia Baru, Berikut 3 Strateginya

1. Ukraina di Meja Perundingan

Perang di Ukraina mau tidak mau akan menjadi pusat diskusi Putin dengan Xi Jinping. China ingin memainkan peran yang lebih aktif dalam membentuk penyelesaian, peran yang sejalan dengan kepentingan Rusia.

Puluhan pemerintah Barat telah terlibat secara emosional dan politik dalam dukungan harian untuk Kiev.

Sebaliknya, Moskow mencari dukungan publik dari mitra BRICS-nya, terutama Tiongkok. Pengaruh Beijing dalam perdagangan global memberinya alat untuk melunakkan sikap agresif Uni Eropa. Dan para pemimpin Tiongkok memahami bahwa perdebatan saat ini tentang Ukraina bukan hanya tentang wilayah di Eropa Timur – melainkan negosiasi tentang tatanan dunia yang sedang berkembang.

“Tatanan itu tidak akan stabil kecuali ketiga negara adidaya nuklir – Rusia, China, dan Amerika Serikat – terlibat dalam pembentukannya,” kata Kirill Babaev, direktur Institut China dan Asia Modern di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, dilansir RT.

2. Dewan Keamanan yang Terlupakan

Moskow dan Beijing juga ingin kembali memusatkan politik dunia pada Dewan Keamanan PBB, yang dalam beberapa tahun terakhir telah diabaikan oleh Barat.

Posisi bersama Rusia-Tiongkok dapat memulihkan relevansi badan tersebut dan memberikan jangkar kelembagaan bagi dunia multipolar.

Apakah Amerika Serikat memilih untuk terlibat adalah pertanyaan lain. Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah pertemuan puncak tiga kekuatan yang melibatkan Rusia, China, dan AS – sebuah gema dari Yalta 80 tahun yang lalu – dapat diselenggarakan.

“Namun, jika pertemuan semacam itu benar-benar terjadi, itu akan menandai titik balik sejarah yang sesungguhnya.

Di Beijing, Putin dan Xi tentu akan menjajaki pendekatan bersama mereka terhadap kemungkinan ini,” kata Babaev.

3. Menuju Eurasia Raya

Di luar krisis yang sedang terjadi, para pemimpin akan mencurahkan waktu untuk agenda yang lebih luas: pembangunan Eurasia Raya.

Proyek ini memanfaatkan lembaga-lembaga yang saling tumpang tindih – Organisasi Kerja Sama Shanghai, Uni Ekonomi Eurasia, dan Inisiatif Sabuk dan Jalan China.

Bersama-sama, mereka menyediakan arsitektur bagi kemitraan kontinental di bidang keamanan dan ekonomi.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa generasi, kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia ini memiliki kesempatan untuk menetapkan agendanya sendiri, alih-alih menerima agenda yang tertulis di Washington atau Brussel.

“Tugas ke depan akan membutuhkan negosiasi yang cermat di kedua ibu kota. Namun, peluangnya nyata: untuk menciptakan model kerja sama internasional yang berakar bukan pada dominasi, melainkan pada kesetaraan dan saling menghormati. Jika kemajuan terus berlanjut, pada peringatan 88 tahun Kemenangan Besar, garis besar Eurasia Raya ini dapat ditegakkan dengan kokoh,” papar Babaev.

Melihat kebangkitan negara-negara BRICS, Presiden AS, Donald Trump harus memilih: bersama BRICS atau Amerika tenggelam dan hancur bersama dunia lama. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru