JAKARTA — Keluarga mendiang Prada Lucky Chepril Saputra Namo, menuntut agar para pelaku atau senior di TNI AD yang melakukan pembunuhan dihukum mati. Keluarga juga meminta TNI tidak melindungi para pelaku.
“Saya hanya minta kasus ini diusut tuntas, terus dia punya pelaku dihukum mati, jangan dilindungi. Karena adik sudah tidak ada lagi,” kata kakak Prada Lucky, Lusi Namo kepada wartawan usai mengikuti upacara pemakaman secara militer di TPU Kapadala Kupang, Sabtu (9/8) sore.
“Berharap pelaku tidak dilindungi mau dia pangkat tinggi atau apa saja,” imbuhnya.
Dia mengatakan, apapun kesalahan yang dilakukan Prada Lucky seharusnya hanya mendapat pelatihan bukan harus penghilangan nyawa. Ia pun meminta 20 orang pelaku tidak dilindungi.
“Saya hanya minta diusut tuntas, jangan dilindungi 20 orang (pelaku) itu apalagi (pelaku) yang pangkatnya paling tinggi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Staf Brigif 21 Komodo, Letkol Inf. Bayu Sigit Dwi Untoro mengatakan saat ini kasus tersebut dalam proses dan telah diserahkan kepada Polisi Militer Angkatan Darat.
“Semua masih dalam proses, semua sudah kita serahkan ke Denpom yang melakukan kegiatan penyelidikan,” kata Letkol Bayu Sigit usai memimpin upacara militer pemakaman Prada Lucky.
Dia juga meminta agar semua pihak bisa bersabar karena proses penyelidikan sedang berjalan dan membutuhkan waktu untuk mengungkap kasus kematian Prada Lucky agar diselesaikan dengan tuntas.

Ribuan Pelayat Prada Lucky
Kepada Bergelora.com di Jakarta Senin (11/8) dilaporkan, ribuan pelayat mengikuti ibadah pemakaman Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI yang tewas diduga akibat dianiaya oleh senior-seniornya di asrama Batalyon Teritorial Pembanginan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) Nagekeo, Kupang.
Para pelayat mulai berdatangan sekitar pukul 10.00 wita. Ada yang langsung masuk ke rumah duka untuk memberi penghormatan terakhir dan menemui keluarga dan kedua orang tua Prada Lucky.
Di dalam rumah duka, ayah dan ibu Prada Lucky yakni Serma Kristian Namo dan Sepriana Paulina Mirpey pun menerima salam jabatan dari pelayat.
Beberapa pelayat tak dapat menahan air mata dan menangis di samping peti jenazah.
Begitupun dengan tante dan nenek dari Prada Lucky yakni Meiske Namo dan Yo Suprapto terus meneteskan air mata. Kakak dari Prada Lucky, Lusi Namo juga tak henti-hentinya mengusap peti jenazah Prada Lucky.
Ibadah pemakaman yang dipimpin Pdt. Lenny Walungguru dimulai tepat pukul 12.00 wita.
Sebelumnya Meiske Namo, tante dari Prada Lucky menuntut keadilan atas kematiannya Prada Prada Lucky Chepril Saputra Namo yang diduga mengalami penyiksaan oleh para seniornya.
“Sampai kapanpun kami akan tetap menuntut keadilan atas anak kami ini sudah mati,” kata Meiske Namo, tanta kandung dari Prada Lucky di rumah duka Sabtu (9/8) menjelang ibadah pemakaman.
Menurutnya pihak TNI harus jujur mengungkap penyebab kematian Prada Lucky dan diungkap seterang-terangnya kasus tersebut.
Begitupun dengan para pelaku yang ikut menganiaya harus berani jujur untuk mengungkap semua fakta peristiwa penganiayaan hingga menewaskan Prada Lucky.
Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23) prajurit TNI Angkatan Darat yang bertugas di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) Nagekeo tewas diduga akibat alami penyiksaan yang dilakukan oleh seniornya di dalam asrama batalyon.
Prada Lucky yang baru menjadi anggota TNI selama dua bulan, meninggal dunia pada Rabu (6/8). Dia sempat menjalani perawatan selama empat hari di Intesive Care Unit RSUD Aeramo, Nagekeo.
Jenazahnya kemudian dibawa pulang ke Kupang setelah dijemput oleh orangtua kandungnya yakni Serma Kristian Namo dan Ibunya Sepriana Paulina Mirpey pada Kamis (7/8). (Web Warouw)