Selasa, 1 Juli 2025

UNI EROPA FRUSTASI..! Israel Terus Serang Beirut, Jumlah Korban Tewas di Lebanon 2.000 Lebih

BEIRUT – Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa serangan Israel di wilayah Lebanon menewaskan lebih dari 2.000 orang. Sebagaimana diberitakan Al Jazeera pada Sabtu (5/10/2024), jumlah korban tewas itu termasuk 127 anak-anak dan 261 wanita.

Sedangkan perang di Gaza, setidaknya 41.802 orang tewas dan 96.844 terluka akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.

Di Israel, setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan oleh Hamas.

Dikutip dari AFP, Hizbullah telah terlibat dalam bentrokan yang sedang berlangsung dengan pasukan Israel di daerah perbatasan Lebanon.

Sebelumnya, Hizbullah yang didukung Iran tersebut mengatakan bahwa mereka memaksa tentara Israel untuk mundur ke sana.

“Tentara Israel memperbarui upaya untuk maju ke sekitar kotamadya di desa Adaysseh, dan anggota Hizbullah menghadapi bentrokan tersebut secara terus menerus,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Kelompok Lebanon yang didukung Iran itu juga mengatakan bahwa mereka menargetkan pasukan di daerah Yarun di Lebanon selatan dengan “serangan roket”, serta tentara di dua titik di seberang perbatasan dengan roket.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Beirut, Hizbullah dan Israel telah bertukar tembakan lintas batas hampir setiap hari selama hampir setahun, dengan kelompok itu mengatakan bahwa mereka bertindak untuk mendukung sekutu Palestina Hamas atas perang di Gaza.

Sementara Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan Hizbullah dalam upaya untuk membuat wilayah utara Israel aman agar para pengungsi bisa Kembali ke rumahnya.

Karena itu, Israel telah mengintensifkan pembomannya, dan minggu ini mengumumkan pasukannya telah memulai serangan darat ke beberapa wilayah di Lebanon selatan.

Uni Eropa Frustrasi

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan dari Brussel, Uni Eropa (UE) frustrasi tidak memiliki kendali atas situasi di Timur Tengah dan tidak dapat memengaruhi keputusan Israel untuk menyerang Iran. Financial Times melaporkan hal itu pada hari Jumat (4/10/2024), mengutip beberapa diplomat UE.

Awal pekan ini, Iran menembakkan ratusan rudal ke Israel sebagai balasan atas serangan Negara Zionis itu ke Lebanon dan pembunuhan para pemimpin Hamas dan Hizbullah serta seorang jenderal Iran yang berada di negara itu. Israel sejak itu bersumpah membalas sebagai tanggapan atas serangan itu “di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun” yang dipilihnya, dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim Iran membuat “kesalahan besar” dan “akan membayarnya.”

Pejabat Amerika Serikat (AS) dan UE telah meminta kedua belah pihak yang berkonflik untuk menahan diri, tetapi kekhawatiran telah berkembang bahwa Washington dan Brussels memiliki sedikit pengaruh atas pemerintah Israel. Seorang diplomat Eropa mengatakan kepada Financial Times bahwa Israel telah diminta berhenti menyerang infrastruktur minyak atau nuklir Iran tetapi tidak diberi jaminan Israel akan memenuhi permintaan itu.

Diplomat senior Uni Eropa lainnya juga mengatakan kepada media tersebut bahwa “sangat menyedihkan melihat betapa kecilnya pengaruh kita terhadap peristiwa ini” dan hal itu “menyuntikkan sedikit pesimisme, sedikit fatalisme ke dalam diskusi kita tentang hal itu.”

Pada Kamis, Politico juga melaporkan, mengutip dua pejabat Gedung Putih yang tidak disebutkan namanya, bahwa Presiden AS Joe Biden semakin frustrasi karena dia tidak dapat memengaruhi perilaku militer Israel dan percakapan teleponnya dengan Netanyahu “semakin berubah menjadi adu mulut.”

Majalah tersebut mengklaim mengingat ketidakmampuan Biden untuk mencegah “perang regional” di Timur Tengah, Washington terpaksa puas dengan “membatasi respons Israel” daripada mencegahnya sepenuhnya.

Menurut seorang diplomat Amerika yang berbicara kepada Financial Times, pejabat AS dan Israel sudah membahas potensi serangan terhadap target militer dan infrastruktur energi Iran, tetapi Washington tidak berharap berpartisipasi dalam serangan ini.

Pejabat itu menambahkan Israel bermaksud mengirim “sinyal kuat ke Iran” dan mengakhiri konflik tetapi mencatat belum ada keputusan akhir yang dibuat pemerintah Israel.

Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam telah memperingatkan jika Israel memutuskan menanggapi serangan hari Selasa maka serangan Teheran berikutnya akan “lebih merusak.”

Gempur Habis-Perintahkan Evakuasi

Sebelumnya dilaporkan, Israel masih terus menggempur wilayah Lebanon. Hal ini dilakukan untuk menumpas milisi Syiah pro-Iran di negara itu, Hizbullah.

Mengutip The Guardian, Kamis (3/10/2024), Israel memerintahkan warga yang tinggal di wilayah Nabatieh, Ibu Kota provinsi di Lebanon Selatan, dan beberapa kota dan desa di utara Sungai Litani. Diketahui, daerah tersebut berada di tepi utara zona perbatasan yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB setelah perang tahun 2006.

Nantinya, para pengungsi dari kedua wilayah tersebut akan bergabung dengan lebih dari satu juta orang yang telah mengungsi, yang selanjutnya akan membebani sumber daya pemerintah Lebanon yang terbatas akibat krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang berkepanjangan.

Perintah evakuasi muncul di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah utara saat Hizbullah meluncurkan hampir 200 rudal dan pesawat tak berawak ke Israel utara dalam kurun waktu satu hari, salah satu jumlah tertinggi dalam beberapa hari terakhir.

Selain di perbatasan, Israel juga melanjutkan serangan udaranya terhadap Hizbullah di Beirut. Beberapa serangan udara terdengar di ibu kota tersebut sejak Kamis sore hingga larut malam, dengan satu serangan dilaporkan menghantam kantor departemen media Hizbullah di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.

Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Israel telah melancarkan 11 serangan berturut-turut terhadap benteng kelompok tersebut di Beirut. Menurut media Israel, Hachem Safieddine, calon pemimpin Hizbullah berikutnya, menjadi target serangan udara di Dahiyeh.

Sebelumnya, Hizbullah mengatakan tujuh paramedis dan petugas penyelamat dari divisi medisnya, Komite Kesehatan Islam, tewas dalam serangan di kantornya di Bashoura. Kementerian kesehatan mengatakan 14 lainnya terluka.

Palang Merah Lebanon mengatakan serangan Israel melukai empat paramedisnya saat mereka mengevakuasi orang-orang yang terluka dari selatan. Belum ada komentar langsung dari militer Israel.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menggambarkan situasi yang mengerikan bagi para medis yang merawat korban. Pasalnya, ada tiga fasilitas kesehatan yang sudah ditutup di wilayah Lebanon Selatan.

“WHO menyerukan deeskalasi konflik, agar perawatan kesehatan dilindungi dan tidak diserang, agar rute akses diamankan dan pasokan dikirim. Dan untuk gencatan senjata, solusi politik, dan perdamaian. Obat terbaik adalah perdamaian,” ucapnya.

Israel memutuskan untuk meluncurkan kampanye militer besar-besaran untuk menumpas Hizbullah pada pekan lalu. Hal ini menyusul serangan massal terhadap pager dan walkie talkie milik kelompok itu dengan mengubah alat komunikasi tersebut menjadi peledak, menewaskan 37 orang.

Sebelumnya, Israel dan Hizbullah sendiri sudah terlibat serangan lintas batas sejak Oktober tahun lalu. Hizbullah memulai serangan sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Palestina, Hamas, dan warga Jalur Gaza yang terus menerus mendapatkan serangan dari Negeri Zionis.

Pada Jumat pekan lalu, sebuah serangan Israel berhasil mengenai pemimpin tertinggi Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah. Ia tewas setelah sebuah bom seberat 2.000 pon dijatuhkan oleh pesawat militer Israel ke sebuah titik yang merupakan bunker dari tokoh tersebut. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru