Jumat, 1 Agustus 2025

Visi Tiongkok Untuk Kerja Sama AI Global: Menjembatani Kesenjangan, Mendorong Kemajuan Bersama

Oleh: Zamir Ahmed Awan *

DI ERA di mana evolusi teknologi mendefinisikan ulang setiap aspek kehidupan kita, kecerdasan buatan (AI) menonjol sebagai kekuatan paling transformatif di abad ke-21. Dari layanan kesehatan dan pendidikan hingga manufaktur, pertanian, pemantauan iklim, dan keamanan nasional, AI telah menjadi pilar penting inovasi modern.

Menyadari kebutuhan mendesak untuk mendorong pengembangan teknologi canggih ini secara inklusif dan bertanggung jawab, Tiongkok telah mengambil langkah berani dan visioner dengan mengusulkan pembentukan Organisasi Kerja Sama Kecerdasan Buatan Global, yang berkantor pusat di Shanghai.

Inisiatif ini, yang masih dalam tahap awal namun menjanjikan, menandakan komitmen Tiongkok terhadap multilateralisme, kerja sama internasional, dan pengembangan teknologi yang berpusat pada manusia.

Inisiatif ini merespons langsung seruan yang semakin meningkat dari negara-negara berkembang untuk menjembatani kesenjangan digital dan kecerdasan, memastikan tidak ada negara yang tertinggal dalam revolusi AI.

Pada intinya, AI mengacu pada simulasi proses kecerdasan manusia oleh mesin, khususnya sistem komputer. Proses-proses ini meliputi pembelajaran (memperoleh informasi dan aturan penggunaannya), penalaran (menggunakan aturan untuk mencapai kesimpulan), dan koreksi diri. Teknologi AI seperti pembelajaran mesin, pemrosesan bahasa alami, robotika, dan visi komputer sedang mentransformasi industri, ekonomi, dan masyarakat dengan cepat.

Jejak AI Yang Semakin Meluas

Adopsi AI semakin pesat di seluruh dunia. Dari chatbot cerdas yang membantu layanan pelanggan hingga algoritma yang memprediksi pola iklim atau mendeteksi tanda-tanda awal penyakit, AI sedang membentuk kembali cara manusia berinteraksi dengan dunia.

Di bidang pertanian, solusi berbasis AI memantau kualitas tanah dan mengoptimalkan hasil panen.

Di bidang keuangan, algoritma dapat mendeteksi penipuan dalam hitungan milidetik.

Dalam manajemen bencana, AI membantu memprediksi banjir, kebakaran hutan, dan gempa bumi, yang berpotensi menyelamatkan banyak nyawa.

Lebih lanjut, AI telah memainkan peran penting dalam memerangi pandemi, mulai dari melacak mutasi virus hingga mengelola rantai pasokan untuk pasokan medis dan mendukung penelitian vaksin.

Potensi AI dalam meningkatkan akses pendidikan dan pembelajaran jarak jauh juga patut diperhatikan, terutama bagi komunitas kurang mampu dan terpencil.

Namun, di balik keunggulan yang belum pernah ada sebelumnya ini, muncul pula tantangan yang sama pentingnya. Tanpa upaya global yang terkoordinasi, AI berisiko memperparah ketimpangan yang ada, mengganggu pasar tenaga kerja, mengikis privasi, dan menjadi alat hegemoni digital.

Oleh karena itu, sekaranglah saatnya untuk bertindak secara bertanggung jawab dan kolektif.

Pendekatan Bijaksana Tiongkok

Usulan Tiongkok untuk Organisasi Kerja Sama AI Global merupakan respons proaktif dan bijaksana terhadap tantangan-tantangan yang muncul ini. Badan yang diusulkan ini bertujuan untuk berfungsi sebagai platform bagi dialog inklusif, inovasi kolaboratif, dan kerja sama praktis antarnegara.

Dengan memilih Shanghai sebagai kantor pusat yang diusulkan, Tiongkok bermaksud untuk memanfaatkan kecakapan teknologi dan kekuatan kelembagaannya di bidang AI guna membantu negara-negara lain, terutama dari belahan bumi selatan, untuk mengejar ketertinggalan dan berpartisipasi aktif dalam masa depan global yang digerakkan oleh AI.

Tiongkok telah menjadi pemimpin global dalam riset, pengembangan, dan penerapan AI. Mulai dari sistem pengenalan wajah hingga model bahasa berskala besar, kendaraan otonom, hingga layanan kesehatan berbasis AI, perusahaan dan lembaga riset Tiongkok berada di garda terdepan dalam kemajuan AI.

Lebih penting lagi, pendekatan Tiongkok berakar kuat pada filosofi kesejahteraan bersama, pembangunan damai, dan non-intervensi. Hal ini menjadikan inisiatif kerja sama AI-nya inklusif dan mendukung kepentingan global bersama.

Dengan memfasilitasi pengembangan kapasitas, memelihara ekosistem inovasi lokal, dan mentransfer pengetahuan serta keterampilan yang relevan,

Tiongkok membayangkan dunia di mana negara-negara berkembang mendapatkan manfaat yang setara dari hasil AI. Langkah ini juga berkontribusi langsung terhadap Agenda Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030, khususnya tujuan-tujuan terkait pendidikan berkualitas, inovasi industri, dan pengurangan ketimpangan.

Momen Bagi Negara-negara Selatan

Selama beberapa dekade, negara-negara berkembang tertinggal dalam kemajuan teknologi akibat kurangnya infrastruktur, investasi, dan akses. Kini, AI menghadirkan peluang untuk melampaui hambatan tradisional dan mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

Namun, hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama global, berbagi pengetahuan, dan penetapan norma-norma internasional yang mengutamakan kesetaraan, etika, dan keberlanjutan.

Organisasi Kerja Sama AI Global yang diusulkan Tiongkok dapat menjadi mercusuar harapan dan mekanisme pemberdayaan bagi negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Melalui platform ini, Tiongkok berupaya bekerja sama dengan negara-negara tersebut untuk mengembangkan ekosistem AI mereka sesuai dengan realitas lokal, kepekaan budaya, dan prioritas nasional.

Badan yang diusulkan ini juga akan mendorong penyelarasan strategi tata kelola, agenda pembangunan, dan standar teknis antarnegara.

Di saat yang sama, badan ini mengakui bahwa tidak ada pendekatan yang seragam. Penghormatan terhadap keberagaman dalam model tata kelola dan kebijakan nasional tertanam dalam proposal ini, yang menunjukkan filosofi diplomatik Tiongkok yang matang dan pragmatis.

Tata Kelola AI Untuk Kebaikan Bersama

Mungkin salah satu komponen terpenting dari proposal Tiongkok adalah penekanannya pada pengembangan kerangka kerja yang disepakati secara global untuk tata kelola AI. Seiring sistem AI menjadi semakin otonom dan berpengaruh, pertanyaan tentang etika, akuntabilitas, dan keamanan menjadi sangat penting. Siapa yang bertanggung jawab ketika sistem AI menyebabkan kerugian? Bagaimana kita dapat mencegah AI dijadikan senjata? Perlindungan apa yang harus diterapkan untuk memastikan privasi data dan martabat manusia?

Ini bukanlah pertanyaan yang dapat dijawab oleh satu negara saja. Pertanyaan-pertanyaan ini membutuhkan musyawarah global, saling pengertian, dan tindakan kolektif.

Inisiatif Tiongkok menawarkan peluang untuk mendorong konsensus mengenai isu-isu vital ini, yang dipandu oleh prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan inklusivitas.

Sebuah Keharusan Legislatif

Seiring AI terus memengaruhi semua dimensi masyarakat manusia, pembentukan kerangka legislatif dan etika yang dapat mengimbangi perkembangannya menjadi sangat penting. Kerja sama internasional harus melampaui pertukaran teknologi dan mencapai harmonisasi regulasi.

Seruan Tiongkok untuk kerja sama dapat memfasilitasi pengembangan norma-norma internasional yang melindungi pengguna, menjaga hak asasi, dan mengarahkan inovasi AI menuju tujuan yang bermanfaat secara sosial.

Semakin diakui bahwa AI yang tidak diatur dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan, bias algoritmik, penyalahgunaan pengawasan, dan bahkan senjata otonom. Untuk mencegah hal tersebut, komunitas internasional harus bersatu dalam nilai-nilai dan tujuan bersama. Organisasi yang diusulkan dapat berfungsi sebagai forum tempat aturan dan prinsip-prinsip ini dikembangkan dan disepakati.

Seruan Untuk Optimisme Dan Persatuan

Dengan mengusulkan platform kerja sama global ini, Tiongkok tidak mencari dominasi, melainkan kemitraan. Tiongkok tidak menegaskan superioritas, melainkan menawarkan solidaritas. Hal ini sejalan dengan visi globalnya yang lebih luas — sebuah komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia. Hal ini selaras dengan cita-cita pembangunan damai, saling menghormati, dan kerja sama yang saling menguntungkan yang telah lama menjadi ciri khas pendekatan Tiongkok dalam hubungan internasional.

Di saat dunia menghadapi perpecahan, ketidakpercayaan, dan ketidakpastian yang mendalam, seruan Tiongkok untuk kerja sama AI menghadirkan jalan ke depan yang positif, konstruktif, dan sangat dibutuhkan. Ini adalah seruan untuk mengganti persaingan dengan kolaborasi, kecurigaan dengan solidaritas, dan eksklusi dengan inklusi.

Memanfaatkan Kesempatan

AI, jika dikelola dengan bijak dan didistribusikan secara merata, memiliki kekuatan untuk mengubah dunia kita menjadi lebih baik. AI dapat mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan, menyembuhkan penyakit, memerangi perubahan iklim, dan menciptakan peluang baru menuju kesejahteraan.

Namun, ini membutuhkan lebih dari sekadar inovasi—ini membutuhkan visi, tanggung jawab, dan persatuan.

Usulan Tiongkok untuk Organisasi Kerja Sama 

Kecerdasan Buatan Global merupakan langkah berani dan terpuji dalam membangun masa depan tersebut. Usulan ini mencerminkan kedewasaan, visi ke depan, dan kepemimpinan moral yang sangat dibutuhkan dunia.

Marilah kita akui inisiatif ini bukan sekadar usulan Tiongkok, tetapi sebagai peluang global — peluang untuk bekerja bersama lintas batas, keyakinan, dan latar belakang guna membentuk masa depan di mana AI melayani kemanusiaan, bukan sebaliknya.

Dunia kini harus merespons dengan keterbukaan, antusiasme, dan tujuan bersama. Karena di era mesin cerdas, hanya kerja sama cerdas yang dapat benar-benar menjamin perdamaian, kesejahteraan, dan martabat bagi semua.

*Penulis: Zamir Ahmed Awan adalah ketua pendiri Global Silk Route Research Alliance (GSRRA). Ia adalah seorang sinolog dan mantan diplomat. Ia juga seorang Peneliti di Global South Economic and Trade Cooperation Research Center dan peneliti non-residen di Center for China and Globalization (CCG). 

Email: [email protected].

Artikel ini diterjemahkan Bergelora dari People’s Daily Online dari artikel berjudul ‘China’s Vision For Global AI Cooperation: Bridging Divides, Fostering Shared Progress’

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru