JAKARTA- Lembaga kesehatan dunia, WHO akui tidak lagi miliki data jumlah kasus covid-19 sebenarnya dan kemanjuran vaksin telah berkurang . WHO mewanti-wanti lonjakan kasus COVID-19 dunia yang kembali terjadi.
Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ada peningkatan kasus sebesar 30 persen dalam dua pekan terakhir. Hal ini diakibatkan karena merebaknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
“Lonjakan sebagian besar kasus COVID-19 tercatat di Eropa hingga Amerika Serikat,” kata Tedros, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (9/7/2022).
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, dia juga menyoroti temuan baru subvarian Omicron baru yakni BA.2.75, galur subvarian BA.2 yang sebelumnya memicu gelombang baru COVID-19 di banyak negara. Subvarian ini banyak diidentifikasi di India.
“Dunia sedang menghadapi banyak tantangan, dua setengah tahun setelah virus baru muncul di Wuhan, China,” sambungnya.
Tak hanya itu, Tedros juga menyesali gagalnya testing COVID-19 secara masif yang mengakibatkan WHO tidak mempunyai data yang jelas terkait jumlah kasus sebenarnya.
“Testing COVID-19 telah gagal dilakukan secara masif di seluruh dunia, sehingga WHO kini tidak memiliki gambaran yang jelas tentang jumlah kasus sebenarnya. Pengobatan antivirus oral baru juga tidak menjangkau negara berpenghasilan rendah dan menengah,” ungkapnya.
Kemanjuran Vaksin Berkurang
Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan Tedros lantas mengingatkan efektivitas vaksin nantinya akan berkurang. Sehingga dia mengimbau pentingnya vaksinasi booster lantaran terbukti sangat sangat efektif mencegah kasus rawat inap hingga kematian.
“Penurunan kekebalan menggarisbawahi pentingnya booster, terutama untuk yang paling berisiko,” bebernya.
Di sisi lain, masyarakat juga dihadapi dengan risiko Long COVID, efek gejala Corona berkepanjangan. Sehingga dia meminta masyarakat senantiasa waspada dan menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara masif.
“Protokol kesehatan penting untuk menghindari terpapar virus dan risiko efek jangka panjang COVID-19,” pungkasnya. (Enrico N. Abdielli)