PALANGKARAYA – Pengamat politik Universitas Tanjungpura, Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Syarif Usmulyadi Alqadrie, menilai, kasus zina Bupati Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, Ahmad Yantenglie (43 tahun), lebih serius dari yang pernah menimpa Bupati Garut, Provinsi Jawa Barat, Aceng Hulik Fikri tahun 2013.
Masalahnya kemudian, pasca demonstrasi warga Jumat, 6 Januari 2017 dan Senin, 9 Januari 2017, DPRD Kabupaten Katingan, masih terlihat tidak percaya diri. Ini terlihat pasca 23 dari 25 anggota DPRD Kabupaten Katingan menandatangani surat pernyataan membentuk Panitia Khusus (Pansus), Senin, 9 Januari 2017, masih ditindaklanjuti konsultasi ke Kementerian Dalam Negeri, Mahkamah Agung dan DPRD Kabupaten Garut.
“Mestinya cukup konsultasi dengan Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran dan Kepala Polisi Daerah Kalimantan Tengah Brigjen Pol Anang Revandoko,” kata Syarif Usmulyadi Alqadrie di Pontianak, Kamis (12/1).
Syarif Usmulyadi Alqadrie, mengatakan, kalau kasus Bupati Garut Aceng Fikri yang mulai mencuat pasca nikah siri dengan Fany Oktora (18 tahun) di Kantor Urusan Agama (KUA) Copong, Garut, 14 Juli 2012, baru sebatas moral. Kalau Bupati Katingan, Ahmad Yantenglie, kasus moral yang berimplikasi status hukum.
“Aceng Fikri tahun 2013 baru sebatas tindakan sepihak menceraikan Fany Oktora lewat pesanan singkat setelah empat hari nikah siri, tapi Ahmad Yantenglie, kasus moral yang kemudian menyebabkannya berstatus tersangka akibat berhubungan intim dengan Farida Yeni (34 tahun), dari Polisi Daerah Kalimantan Tengah terhitung Jumat, 6 Januari 2017,” kata Syarif Usmulyadi Alqadrie.
Atas pertimbangan itu, ujar Syarif Usmulyadi Alqadrie, pertimbangan politik untuk pemakzulan atau pelengseran Bupati Katingan, Ahmad Yantenglie, sangat kuat dibanding Bupati Garut tahun 2013.
Syarif Usmulyadi Alqadrie, mengingatkan DPRD Kabupten Katingan, untuk tidak terkesan mengulur waktu di dalam melengserkan Bupati Katingan yang mestinya menghabisi masa jabatan periode pertama tahun 2018 mendatang.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, kasus menimpa Bupati Katingan, diharapkan menjadi pelajaran sangat berharga bagi pejabat publik. Di balik sukses karir politik seorang pria, ada wanita hebat di dibelakangnya. Tapi di balik terpuruknya karir politik seseorang pria, akibat seorang perempuan perusak di belakang.
Syarif Usmulyadi Alqdrie, mengingatkan kamu lelaki, jangan mempermainkan perempuan hanya untuk melampiaskan nafsu libido. Apalagi Farida Yeni, Pegawai Negeri Sipil Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan, masih terikat perkawinan sah dengan seorang anggota Polri, Aiptu Sulis Heri, anggota Polres Kotawaringin Timur.
“Berani-beraninya menzinahi istri polisi di rumah kos di Jalan Nangka, Kelurahan Kasongan Lama Kecamatan Kasongan Hilir, Kota Kasongan, Ibu Kota Kabupaten Katingan, pukul 02.00 WITA, Kamis, 5 Januari 2017. Itu namanya cari penyakit yang berimplikasi membunuh karir politik sendiri,” kata Syarif Usmulyadi Alqadrie. (Aju)