JAKARTA- Kkejadian infeksi baru HIV turun 35% sejak tahun 2000, dan kematian sehubungan AIDS di dunia juga turun 24%. Sejauh ini sudah 34 juta orang di dunia yang meninggal sehubungan dengan HIV. Pada tahun 2014, 1,2 juta orang meninggal karena AIDS. Hal ini disampaikan oleh Regional Coordinator, WHO South East Asia Regional Office, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE kepada Bergelora.com di Jakarta, Senin (30/11) menjelang peringatan hari AIDS sedunia, 1 Desember 2015.
“Pada tahun 2014, ada 36,9 juta ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di dunia. Sebanyak 150 juta orang di 129 negara menjalani pelayanan testing HIV. Sebanyak 14,9 juta orang yang mendapat ART (obat antiretroviral), dan angkanya naik jadi 16 juta di akhir 2015 ini,” ujarnya.
Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan ini menjelaskan target Sustainable Development Goal’s (SDG) antara lain adalah menghentikan epidemi HIV/AIDS di dunia pada 2030.
Untuk itu juga ia menjelaskan tiga peran ART dalam pencegahan terjadinya infeksi HIV di dunia yaitu sambil diobati maka ART juga berfungsi sebagai pencegahan bagi mereka yang dalam terapi Pre exposure Prophylaxis (PrEP) dan Post exposure Prophylaxis (PEP)
Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan ini juga menjelaskan beberapa rekomendasi WHO untuk penanggulangan HIV/AIDS di dunia.
“Cara inovatif adalah melakukan Test HIV. Pendekatan pemberian obat yang sedapat mungkin disesuaikan dengan beragamnya mereka yang membutuhkan ART. Memberikan pilihan opsi pencegahan yang lebih beragam,” ujarnya.
Di Denpasar, Bali, dilaporkan seorang miskin penderita HIV/AIDS perbulan harus mencari dana Rp 300.000 untuk pemeriksaan diri setiap dua minggu sekali di sebuah rumah sakit pemerintah.
“Sebulan dia harus memiliki dana Rp 600.000. Pemerintah setempat sudah mengisolasinya dari masyarakat,” lapor seorang relawan DKR dari Denpasar.
Relawan itu menjelaskan, pasien miskin ini tidak bisa mengurus kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jamianan Sosial) Kesehatan karena tidak bisa memiliki KTP dan Kartu Keluarga setempat. Saat ini penderita HIV/AIDS ini menjadi tanggungan sebuah gereja kecil di Denpasar, Bali. (Web/Sisca)