Selasa, 11 Februari 2025

Wolbachia dan Rekayasa Genetika: Kebohongan yang Menyesatkan

Oleh: Richard Claproth *

UNIVERSITAS Gadjah Mada (UGM) telah merilis pernyataan kontroversial secara konsisten mengenai penelitian mereka terkait nyamuk yang terinfeksi Wolbachia.

Profesor Utari, juru bicara dari UGM, dengan tegas menyatakan bahwa nyamuk tersebut bukan produk rekayasa genetika (genetic modification). Pernyataan ini selaras dengan klaim Kementerian Kesehatan yang juga menegaskan bahwa Wolbachia yang digunakan bukan hasil modifikasi genetika.

Namun, sebuah artikel yang dipublikasikan oleh Monash University, yang melibatkan Profesor Scott O’Neill, Profesor dan Direktur WMP (World Mosquito Program), menyajikan fakta kontradiktif.

Pada tanggal 11 April 2018, Lens Monash University merilis artikel tentang rekayasa genetika pada nyamuk dengan menyisipkan bakteri alami Wolbachia

Lens Monash University adalah platform publikasi daring yang dimiliki oleh Monash University. Lens ini menyediakan berbagai artikel, wawancara, dan konten ilmiah dalam berbagai bidang pengetahuan dan penelitian. Tujuannya adalah untuk berbagi pengetahuan, penelitian, dan gagasan dengan masyarakat umum serta komunitas akademis.

Artikel yang diacu dari Lens Monash University berjudul A breakthrough in reducing mosquito-spread diseases with Wolbachia,” yang dapat diunduh disini, memberikan kepastian bahwa penelitian di University of Queensland melibatkan rekayasa genetika.

Kesuksesan mikroinjeksi Wolbachia oleh Conor McMenamin, seperti diungkapkan oleh Profesor O’Neill, menegaskan manipulasi genetika pada bakteri ini.

“Ketika banyak orang membahas cara rekayasa genetika untuk mencegah penularan penyakit, fokus penelitian kami bergeser dari malaria ke demam berdarah, karena saya yakin ini akan memberikan hasil yang lebih baik.”

Selanjutnya Prof. O’Neill menyatakan, “Penting untuk dicatat bahwa kami berhasil memasukkan Wolbachia ke dalam telur nyamuk melalui mikroinjeksi dengan muatan rekayasa genetika. Proses ini memerlukan keahlian teknis tinggi dan merupakan titik balik dalam penelitian kami.”

Hal ini diakui oleh O;Neill sendiri ketika ia mengatakan bahwa Conor McMenamin berhasil melakukan mikroinjeksi Wolbachia yang mempersingkat umur ke dalam telur nyamuk betina menunjukkan bahwa ada manipulasi genetika yang dilakukan pada bakteri Wolbachia.

Proses ini melibatkan pembuatan jarum kaca khusus untuk memasukkan Wolbachia ke dalam telur sebelum telur tersebut berusia lebih dari satu jam dan sebelum sel-sel terbentuk.

Analogi yang diberikan oleh Profesor O’Neill mengenai meletakkan jarum ke dalam balon air memberikan gambaran bahwa proses ini memerlukan tingkat keahlian teknis yang tinggi.

Sebuah fakta menarik yang patut dipertimbangkan dalam perdebatan ini adalah bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Artikel yang dihasilkan oleh Monash University memberikan perspektif yang berbeda. Dalam konteks ini, menyisipkan muatan rekayasa genetika ke dalam Wolbachia untuk menghentikan penularan penyakit seperti malaria merupakan bentuk intervensi genetika pada organisme tersebut.

Meskipun Wolbachia sendiri adalah bakteri alami yang ada dalam populasi nyamuk, tindakan menambahkan muatan genetika ke dalamnya untuk mencapai tujuan tertentu adalah bentuk rekayasa genetika.

Pernyataan Scott O’Neill, mengafirmasi bahwa penggunaan Wolbachia dengan muatan rekayasa genetika untuk mengendalikan penularan penyakit merupakan suatu bentuk genetic engineering.

Hal di atas sekaligus mengungkap kebohongan Profesor Utari, yang menyesatkan publik dengan klaim bahwa penelitian UGM tidak melibatkan rekayasa genetika. Pernyataan Scott O’Neill memastikan bahwa muatan rekayasa genetika telah disisipkan ke dalam Wolbachia untuk mengendalikan penularan penyakit. Dengan demikian, klaim UGM dan Kementerian Kesehatan terbukti tidak benar.

Sebagai catatan, kebohongan kepada publik dapat dikenai hukuman pidana. Dengan fakta yang terungkap, penting bagi pihak yang terlibat untuk memberikan klarifikasi yang jujur dan transparan kepada masyarakat.

*Penulis Prof. Dr. Richard Claptroth dari Gerakan Sehat Untuk Rakyat Indonesia (Gesuri)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru