PEKANBARU – Ketentuan mengenakan jilbab bagi siswi-siswi Kristen SMP Negeri 1 Peranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau dan kelas jauh Napal terus berlangsung. Beberapa waktu lalu netralitas.com telah memberitakan terkait pemberlakuan siswi Kristen berjilab dan para orangtua siswi tersebut telah melakukan pengaduan keberatan kepada pihak sekolah atas ketentuan tersebut.
Siswi SMP Negeri 1 Kelas jauh Napal memang sudah tidak menggunakan jilbab, tetapi untuk siswi SMP Negeri 1 Peranap yang beragama Kristen masih diwajibkan berjilbab. Netralitas.com melakukan konfirmasi kepada pihak sekolah SMP Negeri 1 Peranap, namun guru-guru mengatakan Kepala Sekolah sedang tidak ada di tempat.
Seorang guru yang mengaku mengajar mata pelajaran Tata Negara lalu diutus Kepala Sekolah memberi klarifikasi kepada netralitas.com dan dimuat lagi oleh Bergelora.com. Juanaidi, SPd Rabu (11/1) mengatakan Kepala Sekolah tidak ada ditempat.
Junaidi, SPd berkeberatan dengan pemberitaan netralitas.com terkait siswi Kristen yang berpakaian jilab. “Untuk apa kamu beritakan isu SARA, kita kan semua damai, siswi di SMP Negeri 1 Peranap tidak lagi berjilbab. Saya guru Tata Negara dan baru mutasi dari Rengat dan ditempatkan di SMP Negeri 1 Peranap,” sambil menghardik.
Junaidi, SPd bahkan mengaku sebagai seorang intel Presiden Jokowi khususnya di Propinsi Riau. “Saya Intel Presiden Jokowi, kamu tidak perlu liput masalah jilbab, coba kamu liput profil dari sekolah ini supaya turun dana untuk renovasinya, biar kita berduit. Sekolah ini kan sudah 50 tahun tapi belum juga dana dikucurkan,” katanya.
Sementara itu siswi-siswi SMP Negeri 1 Peranap menegaskan bahwa pernyataan Junaidi, SPd itu merupakan kebohongan. Junaidi adalah seorang guru PPKN dan bukan guru Tata Negara. Ia juga sudah lama menjadi pengajar di SMP Negeri 1 Peranap.
Tri Kritina Sihombing, Intan Deita Situmorang, Marintan Sinaga dan Emelia Angely adalah siswi SMP Negeri 1 Peranap menyangkal pernyataan Junaidi, SPd bahwa siswi beragama Kristen di SMP Negeri 1 Peranap tidak lagi berjilbab. Siswi-siswi masih disuruh menggunakan jilbab.
Emelia Angely menjelaskan, bahwa dirinya dan siswi Kristen tetap berjilab. “Kami masih tetap berjilbab dan tidak ada intruksi kepala sekolah supaya kami lepas jilbab,” tegasnya.
Ia menambahkan siswi-siswi Kristen sangat heran mengapa mereka diwajibkan memakai jilbab di sekolah negeri. “SMP Negeri 1 Peranap adalah sekolah negara, dan negara mengakui 6 agama, Islam, Katholik, Protestan, Budha, Hindu dan Konghucu. Seharusnya kita semua harus saling menghargai. Kita ini hidup di negara yang menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika dan kami jangan disuruh berjilbab. Bapak Junaidi itu bukan guru Tata Negara tapi ia guru PPKN,” kata Emelia Angely kelas 9/3 kepada netralitas.com.
Sementara orangtua Emelia Angely, Ny Pdt Siburian sangat keberatan putrinya disuruh memakai jilbab. Kewajiban bagi sisiwi Kristen berjilbab disebut seperti manusia yang hidup tak merdeka di negara yang sudah merdeka. “Jujur saja, saya sangat keberatan anak saya disuruh berjilbab karena anak saya Kristen. Anak saya tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah, saya tidak permasalahkan, tapi kalau soal jilbab saya keberatan sekali, sebab ini negara Pancasila. Ini bukan di Arab,” katanya. (Web Warouw)