Judul asli tulisan inj adalah ADA APA DI COWRA AADC 13/11/21? Ditulis oleh Frans Simarmata, salah seorang diaspora Indonesia di Australia dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November. Untuk mengenang para pejuang Indonesia yang ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Digul kemudian ke Corwa, 200 km dari Canberra, Australia. Penulis mengirim tulisan untuk pwmbaca Bergelora.com untuk mengenang perjuangan mereka yang tetap dikenang oleh para diaspora di Australia. (Redaksi)
Oleh: Frans Simarmata
COWRA- Hujan dan cuaca yang kurang bersahabat beberapa hari kemarin, rupanya tidak menyurutkan semangat para peserta kunjungan ke Cowra, New South Wales, Australia, Sabtu 13 November 2021 lalu.
Juga keharusan untuk bangun subuh, karena keberangkatan dijadwalkan pada jam 5 pagi untuk bisa tiba di Cowra dan pelaksanaan acara pada jam 10 pagi, tidak membuat wakil-wakil dari Komunitas/organisasi dan diaspora Indonesia di Sydney dan sekitarnya, membatalkan keikutsertaan mereka memperingati Hari Pahlawan tahun ini, di suatu kota kecil di Australia, yang menjadi saksi bisu sejarah Indonesia di Australia.
Selama perjalanan, mulai banyak pertanyaan dari para peserta yang mayoritas adalah anak-anak muda, youth groups dan mahasiswa dan lainnya, apakah kunjungan ini sekedar melihat makam-makam para tahanan Indonesia dari Boven Digul dan reruntuhan barak tahanan mereka? Ada banyak keingintahuan dari mereka.
Apa sebenarnya yang terjadi di sana? Ada apa di Cowra tahun 1942 itu?
Bagi kebanyakan komunitas Indonesia di Australia, ada penggalan sejarah yang tidak banyak diketahui. Belum lagi peran Australia mendukung Indoensia, bahkan sebelum Indonesia merdeka di Agustus 1945.
Bagi mereka yang hadir langsung di depan 13 makam pejuang kemerdekaan Indonesia, terlepas kontroversi mereka, dapat merasakan suasana yang berbeda saat kita mengenang para pendahulu kita. Apalagi di tempat yang jauh dari tanah air. Ada banyak perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata, saat hadir dan melihat langsung.
Hujan yang membasahi komplek pemakaman tersebut, membuat suasana menjadi lebih berkesan, ditambah dengan kehadiran pihak lainnya, Perwakilan Indonesia di Sydney, mayor dan perwakilan dari Cowra Shire Council dan perwakilan Diaspora Indonesia lainnya yang khusus datang dari Melbourne, Victoria.
Apalagi dengan rombongan Perwakilan Indonesia di Canberra, yang beberapa diantaranya dengan seragam dinas/PDU TNI dari berbagai Angkatan, melengkapi kehadiran para peserta ziarah ini dari berbagai kelompok organisasi Indonesia.
Mayor Cowra Council, Cr Bill West sangat menghargai inisiatif komunitas Indonesia ini, setelah absen diadakan beberapa tahun dan berharap akan menjadi legacy dan wujud persahabatan antara Cowra dan Komunitas Indonesia kedepannya. Sementara mewakili Pemerintah Indonesia, Konsul Jendral RI di Sydney Vedi Kurnia Buana, mengharapkan dengan kehadiran wakil-wakil Indonesia di Australia, dapat mengetahui bagian sejarah Indonesia di tanah rantau ini dan menyebarluaskan ke teman dan warga lainnya.
Acara yang ditutup dengan peletakan karangan bunga dan tabur bunga di pusara mereka yang telah wafat di Cowra, sembari diiringi musik instrumental biola dari seorang generasi muda yang ikut hadir, memberikan kesan yang lebih mendalam.
Kibaran bendera-bendera, baik Indonesia dan Australia juga menebalkan semangat nasionalisme dan tidak melupakan apa yang kita capai saat ini, juga atas jasa dan perjuangan para pendahulu kita.
Setelah itu, dilanjutkan dengan mengunjungi Prisoners of Wars campsite, yang hanya berjarak beberapa menit saja dari kompleks makam, untuk melihat sendiri bukti sejarah Indonesia lainnya.
Di sana para peserta mendapat informasi dari dua nara sumber, Lawrence Ryan dari Cowra Council dan Anthony Liem, seorang pegiat sejarah Indonesia & Australia.
Ditunjukkan pula beberapa bukti sejarah, yang memperkuat cerita-cerita tentang para tawanan tersebut. Salah satunya, tentang penyebab kenapa mereka meninggal dunia. Kenapa dipilih figur seorang Ibu menggendong anaknya dalam panel peringatan kompleks ini? Sementara panel lainnya, jelas mengambil figur dalam seragam militer mereka.
Sebelum kembali ke Sydney, semua yang hadir diundang mengunjungi Australia’s World Peace Bell di kompleks Cowra Civic Square, yang merupakan replika serupa tahun 1954 di kompleks PBB New York. Sebagai bukti kontribusi kota Cowra untuk perdamaian dunia dan kerjasama internasional antara bangsa-bangsa. Tidak lupa semua yang hadir berkesempatan membunyikan bel ini, yang aslinya merupakan leburan dari koin-koin sumbangan 106 negara anggota PBB.
Perjalanan ke Cowra ini diakhiri dengan melihat hologram dan bertukar kenangan antara kedua belah pihak, Cowra dan komunitas Indonesia.
Apa selanjutnya dari Kunjungan ke Cowra ini?
Ini bukan akhir, tetapi diharapkan menjadi awal hal yang lebih besar bagi Komunitas Indonesia, terutama yang ada di tanah perantauan ini.
Kita berharap dengan meraka melihat sendiri apa yang terjadi di Cowra, menjawab keingintahuan para generasi yang lebih muda ini. Ada banyak hal yang belum terungkap dan menjadi homeworks kita semua.
Mereka bisa melihat fakta sejarah yang mungkin selama ini gelap bagi mereka. Juga menyadari sejarah panjang hubungan kedua negara, Indonesia dan Australia. Semoga mereka bisa juga melengkapi keping puzzles yang terserak, untuk menjadi suatu gambar utuh dan bisa jadi referensi bersama.
Beruntung pula, Diaspora Indonesia di Australia, Indonesian Diaspora in Australia dan Diaspora RI juga mendukung pengungkapan fakta sejarah ini dengan rencana eksibisi/pameran di Melbourne dan ke Indonesia tahun depan.
Ada banyak ide, rencana kerjasama dan kesepakatan yang dicapai kedua belah pihak, termasuk dengan Perwakilan Pemerintah Indonesia di Australia.
Kita berharap semoga perjalanan kemarin, laksana menanam bibit hari ini dan akan menuai hasil panen di kemudian hari. Kalaupun tidak, setidaknya mereka bisa menjawab AADC, Ada Apa di Cowra di tahun 1942 itu.
Sebagai penutup, ada baiknya kita merenungi kembali kutipan/plakat di depan 13 makam di Cowra:
Di sini disemayamkan Perintis Kemerdekaan beserta putra-putrinya – Korban pembuangan Boven Digul – yang telah berjuang demi Kemerdekaan Indonesia.
“Here lies the remains of Indonesian Freedom Fighters and their offspring – Victims of exile from Boven Digul – Who Fought for Indonesia’s Independence.”