Senin, 11 November 2024

10 November Dan Theys Eluay

Oleh: Elang P. Oasis Rubra*

Setiap rakyat Indonesia, hari 10 November 1945 diperingati sebagai hari pahlawan yang penuh romantik heroisme. Berbagai kisah kepahlawanan di kota Surabaya ramai dirayakan pada hari bersejarah itu. Pertempuran di Surabaya pada hari itu adalah pertempuran rakyat Surabaya yang sangat menentukan bagi kemerdekaan Indonesia. Penuh keberanian demi mempertahankan kemerdekaan yang belum genap 3 bulan dari proklamasi 17 Agustus 1945. Seluruh rakyat Indonesia tunduk hormat terhadap pertempuran sengit kompatriot yang menumpahkan darah demi Indonesia merdeka.

 

Namun di tanah Papua, tanggal 10 November bukan hanya peringatan terhadap perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan kolonial Belanda yang mendompleng tentara sekutu. Pada tanggal yang sama tahun 2003 rakyat Papua kehilangan seorang tokoh, pemimpin dan bapak bagi rakyat Papua. Theys Hiyo Eluay.

Hari Sabtu, tigabelas tahun yang lalu, tepatnya 10 November 2001, pukul 10.30 Waktu Papua (WP), Komandan Satgas Tribuana (Kopassus) Kolonel Inf. Hartomo datang  menjemput Theys Hiyo Eluay, pemimpin besar Papua, di rumahnya. Berselang setengah jam kemudian, Theys Hiyo Eluay berangkat dari rumah menuju Hotel Matoa untuk mengikuti rapat Presidium Dewan Papua. Namun pemimpin besar Papua ini tak pernah pulang ke rumahnya di Sentani.

Esok harinya, 11 November 2001, Theys Hiyo Eluay ditemukan sudah tak bernyawa dalam mobilnya di KM 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Tubuh Theys dalam posisi duduk terlentang dan kedua kakinya memanjang ke depan. Di bagian pusat perutnya ada bekas goresan merah lembab. Tak ada yang menyangkal, Theys meninggal karena dibunuh.

Dua tahun kemudian, para pelaku pembunuhan yang merupakan anggota Satgas Tribuana, dijatuhi hukuman dalam persidangan di Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti) Surabaya. Majelis hakim Mahkamah Militer Tinggi III Surabaya, pada tanggal 21 April 2003 menjatuhkan vonis bersalah pada tujuh prajurit Kopassus yang menjadi terdakwa kasus Theys Hiyo Eluay.

Empat terdakwa yang dijatuhi hukuman karena membunuh pemimpin besar Papua ini adalah bekas Komandan Satgas Tribuana X Letnan kolonel Inf. Hartomo, mantan Komandan Detasemen Markas I Mayor Inf. Donny Hutabarat, mantan Kepala Operasi Letnan Satu Inf. Agus Supriyanto dan Prajurit Kepala Achmad Zulfahmi.

Hukuman Ringan

Tiga terdakwa lain dijatuhi hukuman lebih ringan oleh majelis hakim yang diketuai Kolonel CHK. AM Yamini. Terdakwa Kapten Inf. Rinardo dan Sersan Satu Asrial dihukum tiga tahun penjara, sementara terdakwa Sersan Satu Lourensius diganjar dua tahun penjara.

Pembunuhan yang terjadi 13 tahun lalu bukan hanya menghilangkan nyawa Pemimpin Besar Papua, Theys Eluay saja.  Aristoteles Masoka yang saat itu berusia 23 tahun dan menjadi sopir untuk Pemimpin Besar Papua ini, juga hilang sejak saat itu dan tak diketahui keberadaannya hingga sekarang.

Hingga saat ini, tidak ada penjelasan mengapa bapak orang Papua itu harus dibunuh pada saat peringatan bersejarah terhadap perang suci rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda. Pembunuhan yang dilakukan justru diawal orde reformasi yang saat itu sedang membenahi demokrasi.

Setiap tanggal 10 November rakyat Papua ikut memperingati hari pahlawan sambil bertanya, mengapa Bapak Theis dibunuh bertepatan pada hari Pahlawan? Siapakah yang memerintahkan pembunuhan tersebut? Mengapa prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tentara rakyat itu dipakai untuk membunuh pemimpin rakyat Papua?

Hingga saat ini tidak pembunuhan Theys Hiyo Eluay masih tertutup kabut. Rekomendasi Komnasham terhadap misteri pembunuhan itu hingga saat ini tetap terselimuti kabut tebal. Tidak ada satupun Jenderalpun yang mengaku memerintahkan pembunuhan tersebut apalagi permohonan maaf pada keluarga Theys Hiyo Eluay dan rakyat Papua.

Hari Pahlawan 10 November adalah hari berkabung bagi rakyat Indonesia, khususnya bagi rakyat Papua. Mereka yang gugur dalam pertempuran di Surabaya dan Theys Hiyo Eluay yang gugur di tangan TNI, pada dasarnya memperjuangkan kemerdekaan,—kemerdekaan rakyat Indonesia dan rakyat Papua dari kolonialisme dan imperialisme. Pahlawan ada dihati setiap rakyat tak pernah mati digusur jaman.

 

*Penulis adalah Aktivis HAM untuk Papua

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru