JAKARTA- Sejak hari ini, Senin (1/9) sampai akhir bulan ini, jamaah haji Indonesia sudah mulai diberangkatkan ke tanah suci. Selain persiapan khusus untuk menghadapi panasnya cuaca, MERS CoV dan Ebola yang sudah banyak dibicarakan, maka jamaah haji diminta melakukan 7 (tujuh) persiapan penting. Demikian Kepala, Badan Penelitian dan Pengembanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan kepada Bergelora.com di Jakarta, hari ini.
āPertama, para jemaah haji harus memeriksakan kesehatan mereka secara rinci ke dokter yang biasa dikunjungi atau dokter terdekat. Tujuannya adalah agar dapat dideteksi kemungkinan penyakit dan masih ada waktu untuk mengatasinya,ā jelasnya.
Persiapan kedua menurutnya adalah jika jemaah haji memang memiliki penyakit kronik dan memerlukan obat secara teratur, agar dapat membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci.
Selain itu, untuk persiapan ketiga, jika menurut dokter yang biasa menangani di tanah air seorang jemaah haji memiliki masalah kesehatan, maka agar tidak lupa meminta surat keterangan dokter. Ini untuk diserahkan ke dokter kloter nantinya.
āKalau dari sekarang sudah tahu siapa dokter kloter atau dokter rombongan bila ONH plus, maka dari sekarang bicarakan dengan dokter kloter rombongan tentang masalah kesehatan, dengan membawa surat dari dokter yang biasa merawat,ā ujarnya.
Persiapan keempat adalah dengan melakukan olahraga teratur seperti jalan kaki sebanyak 3-4 kali per minggu. Hal itu karena dalam perjalanan haji nantinya minimal ada empat rute jalan kaki yang cukup jauh, yaituĀ tawaf, sai,Ā jalan dari hotel/pondokan ke masjid, dan jalan dari kemah di Mina ke tempat melontarĀ jumroh.
āBelum lagi kegiatan jalan kaki lain, misalnya ziarah atau mungkin saja berbelanja. Jadi harus dibiasakan berolahraga,ā ujarnya.
Persiapan kelima menurutnya adalah jika jemaah haji berangkat bersama orangtua yang berusia lanjut.
āApalagi yang memang sudah sakit, maka harus melakukan persiapan lebih rinci seperti pengetahuan tentang menyewa kursi roda atau kemungkinan ikut safariĀ wukufĀ dan lainnya,ā jelasnya.
Persiapan keenam adalah untuk mulai mengenal dan mempelajari tentang fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di Arab Saudi pada musim haji.
āMulai dari petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), ataupun lokasi RS Arab Saudi,ā ujarnya.
Sedangkan persiapan ketujuh katanya adalah agar para jemaah haji juga dapat mempelajari situasi kesehatan atau wabah penyakit yang mungkin muncul di musim haji kali ini.
āAmat dianjurkan untuk mulai sekarang untuk menyediakan waktu membaca berbagai tulisan tentang situasi penyakit di Arab Saudi pada musim Haji,ā jelasnya. (Enrico N. Abdielli)