Pemberontakan sekelompok teroris di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, yang berujung pada pembunuhan petugas kepolisian secara sadis menunjukkan ancaman secara nyata pada rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia. Netizen Denny Siregar menyorotinya dan dimuat Bergelora.com. (Redaksi)
Oleh: Denny Siregar
KETIKA mendengar awal berita bahwa kelompok teroris di Mako Brimob memegang senjata dan menyandera polisi yang bertugas, saya sudah bisa membayangkan apa yang terjadi.
Belajar dari Suriah, kelompok militan ini sangat mudah membunuh seseorang karena dia dianggap kafir. Khusus untuk Indonesia, aparat keamanan terutama polisi, sudah halal darahnya bagi mereka.
Dan ketika halal, maka para teroris akan berpesta pora dan berebut untuk membunuhnya, karena – bagi mereka – dengan membunuh musuhnya “yang thogut dan kafir”, surga sudah ada di hadapannya..
Jadi bayangkan, ketika kita berada pada posisi-polisi yang disandera dan kelompok teroris yang memegang senjata, jangan bayangkan untuk mendapatkan ampunan – apalagi atas nama HAM. Mereka akan membabat habis tanpa sedikitpun belas kasih karena mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan benar..
Sudah pasti akan ada penyiksaan dulu sebelum dihabisi. Itu ritual dan hiburan bagi mereka. Selain itu, masing-masing diantara mereka berebut gelar siapa yang paling terkejam diantara mereka sendiri. Pangkat-pangkat itu penting, selain untuk meraih nama besar, juga sebagai alat untuk mengatur barisan.
Kalau mau tahu hukum rimba, hiduplah bersama mereka. Kamu yang makan mereka atau mereka yang makan kamu. Itu hukumnya.
Karena itu, mengumpulkan hewan-hewan ini dalam satu blok sel sejatinya bukanlah hal yang bagus. Para teroris ini seperti Raptor, mereka berburu mangsa secara berkelompok. Dan mereka menjadi tidak efektif ketika sendirian.
Sejatinya mereka itu penakut, tetapi ketika bersatu dalam sebuah entitas, mereka menjadi buas. Persis seperti seorang bocah yang kehilangan kepercayaan diri ketika sendiri, tapi ketika bergabung dalam sebuah kelompok besar – supporter sepakbola atau geng motor misalnya – dia bisa menjadi sangat kejam hanya karena ingin menunjukkan siapa dia kepada kelompoknya.
Seharusnya ada sel-sel khusus dimana mereka akan terpisah dari barisannya. Atau dicampur dengan tahanan lain dengan perkara kriminal yang jauh lebih beringas supaya mendapat pelajaran.
Pada intinya, kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua bisa memberi pelajaran kepada kita, bahwa kelompok teroris ini, bermula dari pemahaman agama yang keras. Mereka adalah buah dari provokasi, dakwah yang mengajarkan membenci dan pandangan sempit akan keberagaman.
Mereka sejatinya ada disekitar kita, menjadi tetangga kita bahkan saudara kita. Kita bisa mencium bau kekerasannya, tetapi terlalu takut untuk melawannya.
Jangan sampai mereka membesar, karena apa yang dialami oleh almarhum 5 polisi yang disandera dan disiksa secara sadis, akan juga terjadi pada kita jika kita abai dan tidak mampu menjaga diri.
Turut berduka cita kepada mereka yang gugur dalam tugas. Dan selamat berfikir untuk kita yang mendapat pelajaran dari hilangnya nyawa seseorang.