Sabtu, 12 Juli 2025

PERIH…! Romo Benny Susetyo: Kegaduhan Politik Melukai Kedaulatan Rakyat

Sarasehan Kebangsaan dengan Tema Gembira Menyambut Pelantikan Presiden-Wapres Terpilih sebagai bagian dari Pesta Demokrasi. Acara ini diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (15/10). (Ist)

JAKARTA- Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menghadiri acara Sarahsehan Kebangsaan dengan Tema Gembira Menyambut Pelantikan Presiden-Wapres Terpilih sebagai bagian dari Pesta Demokrasi. Acara ini diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Selasa (15/10).

Acara yang di selenggarakan oleh Forum Pejuang NKRI ini juga di hadiri oleh Akbar Tanjung (Ketua DPR-RI 1999-2004), Bang Acu (Tokoh Betawi), dan Apolo Safanpo (Rektor Universitas Cendrawasih).

Dalam penjelasannya Romo Benny menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia harus berjiwa satria dan harus mau berjuang mengakhiri kegaduhan politik. Kegaduhan yang terjadi jelang pelantikan presiden ini merupakan sebuah aksi yang melukai kedaulatan rakyat Republik Indonesia.

“Kita semua harus menghormati suara rakyat. Proses kedaulat rakyat itu sudah selesai jadi harus menerima semuanya. Upaya melengserkan itu melukai kedaulatan rakyat,” Jelas Romo Benny.

Pembangunan konsolidasi demokrasi juga diperlukan untuk membuat stabilitas politik terjaga.

“Saatnya membangun konsolidasi demokrasi untuk membuat stabilitas politik terjaga. Dibutuhkan oposisi yang sehat untuk alat kontrol kepada pemerintah,” tegasnya.

Selain itu, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP ini juga menjelaskan terkait era globalisasi juga harus digunakan dengan bijak jangan berdampak membuat perpecahan.

“Abad digitalisasi tidak mengenal ruang dan waktu. Karena itu jaringan sangat penting dan menbutuhkan kesadaran cara kita untuk meresponnya. Sosial media itu alat mempersatukan bukan membuat perpecahan,” tambahnya.

Kepada Bergelora.com dilaporkan, sebagai penutup dalam paparannya ditegaskan bahwa masyarakat harus menerapkan dan menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, berbangsa, dan bernegara. Efeknya akan merombak kedalam persatuan tanpa merusak.

“Jika pancasila menjadi habit maka dalam prilakunya tidak akan mencintai dirinya dan kelompoknya sendiri. Tapi mencitai semuanya  dan mencintai perbedaan serta merombak tanpa merusak,” tutupnya. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru