Oleh: Mohamad Irfan/Irvan*
HIRUK PIKUK dunia sekarang ini terjadi akibat perang Rusia-Ukraina, hampir semua berita mainstream dunia memberitakannya setiap jam, setiap hari. Media sosial pun turut ramai pro kontra dalam Perang Rusia-Ukraina. Walaupun sebenarnya belumlah perang, masih tahap konflik berpotensi perang, karena Rusia hanya melakukan operasi militer untuk melumpuhkan sentra-sentra militer di Ukraina. Perang akan terjadi bila NATO mengirim tentara dan peralatan perangnya ke Ukraina. Namun apakah anggota-anggota NATO nekad masuk ke dalam perang yang akan menghancur leburkan Eropa kembali seperti Perang Dunia ke Dua. Yang hancur lebur ya Eropa, sementara AS tidak. Dan yang untung siapa? Ya Amerika Serikat, seperti yang terjadi setelah perang dunia ke dua.
Perang sepertinya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah umat manusia. Bahkan di kita temukan perang memenuhi halaman-halaman buku-buku sejarah lokal, regional maupun dunia, baik itu perang-perang kecil maupun perang-perang besar.Namun perang tak melulu berbicara tentang militer, tentara, strategi perang, senjata, dan sebagainya. Dalam dunia modern, dalam perang modern, perang telah menjadi industri. Nah kalau sudah bicara industri, industri macam apapun itu, termasuk industri perang, unsur terpenting dalam industri adalah buruh.
Perang, Industri Perang dan Buruh
Tumbuh kembangnya industri militer atau industri pertahanan, adalah untuk mengantisipasi perang, atau membuat perang atau konflik di sebuah negara atau antar negara yang berpotensi perang. Ya perang atau konflik yang berpotensi perang menjadi pasar bagi penjualan senjata-senjata produk dari perusahaan-perusahaan penghasil senjata-senjata atau peralatan militer/alutista.
Contoh terkini adalah konflik berpotensi perang antara Rusia dan Ukraina, Joe Biden, Presiden Amerika Serikat menyatakan tak akan mengirim tentara untuk membantu Ukraina, tetapi memasok senjata. Memasok senjata maksudnya adalah menjual senjata kepada Ukraina dalam bentuk hutang.
Sekarang ini hanya segelintir negara yang memiliki Industri perang terbesar di dunia, yaitu, Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis, dan Rusia. Di Britania Raya ada 2 perusahaan utama yaitu BAE System Corp dan Roll Royce Corp. BAE System Corp. Buruh yang bekerja di BAE Corp. Berjumlah 89.600 orang. Sementara buruh yang bekerja di Roll Royce berjumlah 50.000 orang. Di Perancis ada Thales yang mempekerjakan 80.000 buruh. Ada juga Airbus, perusahaan multinasional negara-negara eropa (antara lain Perancis, Jerman, dan Spanyol), selain meemproduksi pesawat komersial, juga mempeoduksi pesawat militer, mempekerjakan 131.349 buruh.
Dan negara terbesar dalam industri perang ini yaitu Amerika Serikat dan Rusia, yang juga kebetulan berada sebagai pihak yang bersiteru, dan secara historis merupakan musuh bebuyutan. Untuk itu mari kita bicara soal buruh-buruh yang bekerja di Industri perang ini.
Amerika serikat adalah contoh terbaik karena Amerika Serikat yang paling sering berperang, atau turut berperang, atau ‘membantu’ negara yang sedang konflik bersenjata di dalam negerinya atau dengan negara tetangganya. Banyak yang tidak tahu bahwa Amerika serikat pernah intervensi bersama sekutunya ( Italia, Perancis, dan Inggris) di dalam perang sipil di Russia tahun 1918-1920 untuk membantu tentara putih pendukung rejim tsar yang dijatuhkan bolsewik. Amerika serikat mengirimkan sebanyak 13.000 tentara ke Russia. Inilah momen pertama kalinya hubungan buruk Amerika Serikat dengan Russia.
Buruh dan Industri Perang Amerika
Amerika Serikat juga adalah negara dengan industri militer sekaligus industri perang yang terkemuka di dunia. Ya ada sekitar 2, 2 juta buruh di Ameriak Serikat bekerja di sektor industri senjata dan pertahanan (industri perang) dan menduduki 1,4 persen dari total angkatan kerja Amerika Serikat .
Ada beberapa perusahaan industri perang yang menjadi kontraktor utama pemerintah Amerika Serikat seperti Raytheon, Boeing, Lockheed Martin, General Dynamics dan Northrop Grumman. Buruh yang bekerja di Raytheon berjumlah 180.000 orang. Boeing ada 141.482 buruh. Di Lockheed Martin ada 116.000 buruh. General Dynamics memiliki 115.000 buruh. Dan Northrop Grumman ada sekitar 97.000 buruh. Dan ada 5 perusahaan AS yang masuk i 10 besar perusahaan industri perang terbesar di dunia.
Di Amerika Serikat industri perang telah menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang siknifikan di dalam komunitas warga di seluruh negeri. Manfaaf positif berasal dari instalasi-instalasi militer yang berdampak kepada semua warga.
Perusahaan-perusahaan yang mendukung militer adalah perusahaan-perusahaan besar dan pembayar pajak besar. Industri perang AS juga menjadi peyumbang besar penyedia pekerjaan, yaitu minimal sebesar 3,5 juta pekerjaan. Perusahan-peusahaan industri perang tersebut menghasilkan pemasukan dari penjualan sebesar 24 milyar dollar AS pada tahun 2010, dengan 15,6 milyar dollar AS setelah dipotong pajak, dengan margin laba sebesar 10,5 persen. Dan juga menghasilkan pajak penghasilan sebesae 37,8 miliar dollar AS.
Instalasi-instalasi industri perang banyak bergantung pada komunitas-komunitas lokal untuk perumahan, layanan-layanan, dan bahkan untuk dukungan operasional. Ini semua mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesempatan-kesempatan di dalam suatu wilayah.
Dengan demikian sangat logis bila Amerika serikat memerlukan perang agar roda industri perangnya terus berputar.
Efek Perang Bagi Buruh di Amerika Serikat
Lantas apa efek perang bagi kehidupan buruh? Berbicara mengenai hubungan antara perang dan buruh membantu kita memahami bagaimana buruh dapat meningkatkan kondisi mereka. Perang seringkali mengakibatkan peningkatan produksi, pasar tenaga kerja yang ketat, dan upah yang lebih tinggi. Perang-perang besar selama abad ke 20 telah menyumbang bagi meningkatnya kesetaraan, tumbuhnya negara kesejahteraan, dan kemajuan dalam hak-hak sipil, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Ya perang bisa memiliki efek keuntungan pada buruh.
Keuntungan ini karena pemerintah bergantung pada buruh selama jaman perang untuk memproduksi suplai-suplai peralatan perang dan mengabdi sebagai tentara . Ketergantungan ini bisa diartikan sebagai menguatanya daya tawar atau bahasa kerennya bargaining power, karena pemerintah takut buruh utuk menghentikan aktifitas produksi. Dan buruh seringkali memanfaatkan ketergantungan pemerintah ini untuk meraih yang upah lebih baik, manfaat, hak-hak dan perlindungan melalui pemogokan.
Contohnya, selama Perang Dunia Ke Dua, kaum buruh melakukan pemogokan di industri-industri perang yang vital, menaikkan daya tawar mereka untuk menciptakan sebuah norma atau pengaturan yang baru mengeani hubungan anatara pemerintah, majikan dan kaum buruh. Untuk beberapa waktu cara ini melindungi hak-hak mereka, membuat upah dan syarat kerja mereka meningkat.
Keuntungan yang dimiliki kaum buruh pada pertengahan abad ke duapuluh telah dikikis oleh pergantian ke abad dua puluh satu.
Nah, muncul pertanyaan apa pengaruhnya pada hubungan perang dan daya tawar buruh hari ini? Mirip dengan abad ke dua puluh, mulai dengan perang di Irak dan Afghanistan telah meningkatkan daya tawar kaum buruh yang memproduksi perlatan perang. Antara tahun 2003-2009, tahun-tahun gencaranya perang di Irak dan Afghanistan, kaum buruh ini sudah melakukan serangkaian pemogokan-pemogokan ofensif menuntut kenaikan upah atau jaminan sosial.Namun setelah gelombang ini, pemogoka-pemogoan menjadi defensif, mereka berjuang melawan pengurangan upah, jaminan sosial atau jabatan pekerjaan.
Setelah tahun 2009, terjadi perubahan. Kontraktor- kontraktor militer mulai memotong manfaat pensiun, MemPHK massal dan mengurangi cakupan manfaat asuransi tenaga kerja. Kaum buruh pun didorong ke psosisi defensif, dan mereka berjuang menjadi semata-mata untuk hidup mereka.
Penyebabnya adalah ada perubahan di dalam tipe peralatan perang yang kaum buruh produksi. Daam tahun-tahun awal perang, kaum buruh memproduksi peralatan militer yang mendesak dibutuhkan-seperti pesawat jet tempur F-16. Ini artinya pemerintah bergantung pada buruh untuk menyediakan suplai tanpa interupsi. Keuntungan ini membuat buruh sering menang saaat mereka melakukan pemogokan.
Namun beberapa tahun belakangan ini, para buruh di pabrik Lockheed Martin sekarang memproduksi pesawat tempur yang lebih maju, F-35s. Sistem persenjatan yang baru tidak langsung atau buru-buru digunakan di dalam perang. Ia dibuat untuk perang dengan “negara-negara adidaya” seperti Tiongkok dan Rusia-bukan untuk digunakan untuk perang di Irak dan Afghanistan. Dengan demikian militer tak mendesak memerlukan produk mereka dan pemerintah pun tak bergantung pada para buruh untuk cepat-cepat mensuplainya. Karena tidak mensuplai peralatan perang yang pemerintah butuhkan segera, maka daya tawar buruh pun menurun selama dekade yang lalu.
Perubahan-perubahan di dalam strategi geopolitik juga berakibat bagi kaum buruh di Amerika Serikat. Kaum buruh terus menerus membuat peralatan-peralatan perang, namun mayoritas untuk persiapan bagi konflik di masa depan yang tidak pasti. Ini juga turut mengurangi ketergantungan pemerintah kepada buruh dan mengikis daya tawa mereka – bahkan malah mengakibatkan PHK, pemotongan upah dan pengurangan manfaat asuransi. Bila antisipasi konflik dengan “negara-negara adidaya”, sepertinya daya tawar mereka tak akan kembali.
Ketimbang menunggu keuntungan yang berumur pendek dan tak pasti yang muncul dari perang-perang beakangan ini, momen jaman sekarang menawarkan kaum buruh kesempatan untuk melihat tempat-tempat lain untuk keuntungan-keuntungan yang lebih stabil,namun lebih penting dari itu adalah menemukan sumber-sumber daya tawar bisa dimulai dengan dengan melepaskan kepentingan kaum buruh dari Perang-perang Amerika yang merusak dan mematikan.
Buruh dan Relasi Kekuasaan Di Rusia Pasca Uni Soviet
Sebelum kita bicara tentang buruh dan industri perang di Rusia mari kita tengok sekilas sejarah kaum buruh dan perubahanya dari era Soviet ke era pasca runtuhnya Soviet (pasca soviet)
Serikat buruh, pada era Soviet memiliki fungsi utama adalah menjadi salah satu tangan dari sistem Partai-Negara. Ia didesain untuk membantu menegakkan kebijakan partai komunis di tempat kerja dan mendistribusikan layanan-layanan sosial.
Semua buruh di Uni Soviet adalah anggota All-Union Central Council of Trade Union (VTsSPS), karena keanggotaannya adalah otomatis. Namun pada akhir era soviet atau saaat periode awal pasca soviet beberapa serikat buruh independen muncul. Dan yang paling menonjol adalah Serikat buruh Tambang (Independent Union of Miners), lalu diikuti oeh Serikat buruh kereta api (the Union of Locomotive engineers), Serikat Pilot (Air Pilots Union) dan Serikat Pelaut (Union of Seamen). Serikat-serikat buruh ini adalah para buruh berkeahlian yang tak mudah digantikan. Ini membuat daya tawar mereka naik di dalam perundingan bersama, namun mneyulitkan mereka untuk memperbanyak anggota.
Pada akhir periode soviet, Rusia memiliki dua serikat buruh terpisah dan saling bersaing. Pada tahun 1990 VTsSPS berubah nama menjadi Federasi Serikat Buruh Independent Rusia (Federation of Independent Trade Unions of Russia/FNPR) yang pada dasarnya adalah sama saja, organisasi yang sama dengan aparatur yang sama. Agar pimpinan FNPR dan jajaran birokrasinya mendukungnya dan mengontrol keresahan buruh,Yeltsin memberikan FNPR kontrol hampir semua sumber daya sistem serikat buruh peninggalan soviet di seluruh wilayah federasi Rusia. Sejak itu FNPR telah mengamankan kontrol tersebut. Karena rejim saat itu menganggap organisasi tersebut sebagai alat yang sesuai untuk mengelola isu-isu perburuhan. Serikat-serikat buruh independen mengamankan struktur organisasionalnya sendiri, namun pada tahun 1995 kebanyakan dari mereka duduk bersama untuk membentuk Konfederasi Buruh Rusia (Confederation of Labour of Russia/KTR).
FNPR tetap terus menjadi organisasi payung serikat-serikat buruh “resmi” ( di Indonesia disebut serikat buruh kuning). Pendekatan FNPR terhadap aktifitas serikat buruh adalah kemitraan sosial yang menekankan kepentingan bersama antara majikan dan buruh, mirip konsep dan praktek hubungan industrial pancasila di Indonesia jaman orde baru. FNPR mengklain sebagai wakil satu-satunya untuk hak-hak buruh Rusia. Fakatanya FNPR bukanlah satu-satunya wakil buruh Rusia. FNPR menduduki 27 dari 30 kursi pada Russian Trilateral Commission on Regulation on Social and Labour Relation yang berurusan dengan isu-isu perburuhan (Mirip dengan Tripartit Nasional di Indonesia).
Perlu dicatat bahwa serikat-serikat buruh ini adalah organisasi-organisasi birokratis yang didesain untuk mempertahankan ketertiban dan harmoni sosial di tempat kerja, dan menghindari konflik perburuhan. Meskipun begitu bertahun-tahun serikat-serikat buruh independen mengorganisir pemogokan-pemogokan mereka sendiri dan mendukung pemogokan-pemogokan dan protes-protes spontan.
Ya kerja-kerja serikat-serikat buruh independen menjadi semakin sulit dengan adanya perubahan di dalam hukum perburuhan, serikat-serikat buruh ini tetap menjadi kekuatan yang sangat penting bagi kaum Rusia sekarang ini.
Undang-undang Perburuhan Rusia yang berlaku pada tahun 2002 makin mempersulit gerakan serikat buruh di Rusia. Undang-undang ini benar-benar membatasi hak-hak serikat buruh seperti mereka kehilangang hak untuk menghentikan pemecatan seorang buruh oleh inisiatif dari manajemen, mereka kehilangan hak untuk melakukan mogok ( harus mendapat persetujuan dari seluruh/semua pekerja perusahaan, dan pemogokan solidaritas dilarang. Serikat-serikat buruh indpenden juga mengalami kesulitan dalam menetapkan serikat serikat buruhnya di tingkat perusahaan, karena FNPR aktif beekerja sama dengan manajemen untuk mencegah serikat buruh independen mengorganisir di tingkat pabrik atau perusahaan.
Kaum buruh Rusia, dalam upaya mereka mempertahankan keperntingan mereka, berhadapan dengan rintangan-rintangan secara organiasional,legal dan politikal. Bagi mayoritas buruh Rusia terbukti belum menjadi mekanisme yang efektif untuk mengedepankan kepentingan mereka dikarenakan unionisme kuning dari FNPR dan hadangan-hadangan masif yang dihdapi oleh serikat buruh atau aktifis serikat buruh independen.
Meskipun serikat-serikat buruh independen berdiri di baris depan dari banyak protes-protes buruh yang berlangsung selama beberapa tahun.mereka terbukti efektif dan berani dalam mengadvokasi hak-hak buruh, memenangkan hak-hak buruh seperti upah, dan syarat kerja baik diperusahaan maupn di pengadilan. Namun mayoritas masih berupa pemogokan liar (wild cat, sradak seruduk) , spontan.
Buruh dan Industri Perang Rusia
Ada sekitar 1300 perusahaan dalam Industri peralatann militer atau industri pertahanan di Rusia. Semua perusahaan itu merupakan dibawah naungan peusahaan-perusahaan negara (atau BUMN di Indonesia) seperti Rostec, Almaz-Antey, Roscosmos, Tactical Missiles Corporation, United Shipbuilding Corporation dan Nuclear Weapons Division of Rosatom. Ada sekitar 2 juta buruh bekerja di sektor industri ini. Jumlah ini menduduki 2,7% dari jumlah angkatan kerja Rusia. Para pekerja ini dan keluarganya menjadi pilar kunci dukungan bagi Kremlin.
Rostec merupakan yang terbesar, membawahi sekitar 700 perusahaan dan mempekerjakan setengah juta orang. Rostec diciptakan sebagai sebuah organisasi payung bagi ratusan perusahaan senjata milik negara Rusia. Namun atas nama kepentingan strategis Rusia, ia juga mengendalikan beberapa industri sipipl, misalnya suku cadang perusahaan otomotif seperti AvtoVAZ dam Kamaz, beberapa perusahaan penerbangan, dan perusahaan titanium VSMPO-Avisma. Sampai tahun 2017 setelah mengambil alih United Aircraft Corporation, jumlah pekerja membengkak hingga mencapai 600.000.
Dari dua contoh di atas, kaum buruh yang bekerja di di industri perang, di Amerika serikat perusahaan-perusahaan peralatan militer dipegang oleh swasta dan menjadi kontraktor dari pemerintah/negara, sementara di Rusia semua perusahaan peralatan militer dikuasai oleh pemerintah/negara atau BUMN. Walaupun jumlah buruh-buruh yang bekerja di industri ini sangat besar, namun kesadarannya di Amerika Serikat mayoritas masih ekonomisme,masih mementingkan kepentingan sektoral mereka sendiri, karena ternyata perang telah menguntungkan mereka, daya tawar menjadi lebih kuat. Di Rusia buruh-buruh yang bekerja di sektor industri pertahanan telah terkooptasi oleh pemerintah/negara, mayoritas adalah anggota FNPR, serikat buruh kuning. Sama dengan para buruh Amerika Serikat yang bekerja di sektor ini, perang atau konflik berpotensi perang menguntungkan kepentingan ekonomis mereka. Jadi sangat sulit mengharapkan mereka ini berada di baris depan untuk menentang perang.
Penutup
Semua perang butuh buruh, perang butuh tentara, tentara tingkat terbawah yang selalu berada di garis depan pertempuran berasal dari kalangan mana? Ya mayoritas dari keluarga kelas buruh, siapa yang memproduksi semua senjata dan perlengkapan militer? Juga Buruh. Bisa dibilang perang bisa berlangsung karena adanhya buruh. Apa yang terjadi bila kaum buruh menolak perang. Ya tak jadi perang.
Namun tidak lah sesederhana itu, karena kelas atau rejim yang berkuasa dengan alat-alat kekuasaanya, dengan alat-alat propaganda dan kampanye bisa mempengaruhi, merayu dan menyuap kaum buruh,bahkan memaksa kaum buruh untuk mau turut serta dalam perangnya kelas atau rejim berkuasa. Biasanya saat perang pemerintah yang berkuasa mengeluarkan keadaaan darurat peramg dan monbilisasi rakyat untuk mendukung perang, menjadi prajurit, bekerja dalam industri perang, dan dan dealam layanan-layanan yang mendukung perang. Dalam keadaan darurat perang pemerintah akan mengekang kegiatan-kegiatan politik di luar perang, dan akan melibas siapa saja atau kelompok mana saja yang tak setuju atau menolak perang.
Perang dalam beberapa hal memang menguntungkan kaum buruh secara ekonomi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi warga, dan penyumbang besar bagi pemasukan kas negara, terutama negara-negara yang memilkiki industri perang yang siknifikan. Maka dari itu Perang akan terus terjadi atau perang akan terus diciptakan selama roda industri, terutama industri perangnya terus berputar, dan kaum buruh yang jumlahnya siknifikan di dalam industri perang terbuai di zona nyaman sehingga tak peduli atau tak sadar bahwa Industri perang tempat mereka bekerja mengakibatkan penderitaan bagi kaum buruh dan keluarganya di negeri-negeri lain yang dilanda perang atau konflik bersenjata.
Jadi dimana solidaritas buruh saat perang atau konflik berpotensi perang? Menciptakan kesadaran untuk bersolidaritas dan menyebarkannya memang bukan pekerjaan mudah, banyak halangan dan hadangan besar, dan butuh waktu yang tidak sebentar, perlu kerja keras dan komitment yang tinggi utnuk mewujudakan solidaritas kelas buruh. Mungkin di mulai dari yang kecil-kecil dahulu, misalnya solidaritas untuk teman buruh yang tertimpa masalah di dalam satu perusahaan atau pabrik, lalu solidaritas antar pabrik, solidaritas lokal, regional, sampai internasional. Aksi solidaritas bisa berupa aksi protes demontrasi, sampai kepada aksi mogok solidaritas.
Juga sangat perlu juga menyadarkan kaum buruh yang bekerja di industri perang secara terus menerus bahwa mereka dapat menghambat perang dan melakukan aksi bersolidaritas dengan kaum buruh yang menderita karena perang dimana senjata-senjata yang dipakai adalah yang diproduksi industri perang tempat mereka bekerja.
_______
*Penulis Mohamad Irfan/Irvan, aktif di Serikat Buruh Migran dan Informal-KSBSI
Bahan bacaan:
1. How do Wars Affect workers in the United States,
wip sociology. org
2. The Military and Defense Industry: An Economic Force In the
US, sites election. com
3. Labor Under Putin, new labor forum . cuny. edu
4. The inner workings Rostec, wilson center. org