Sabtu, 5 Juli 2025

Ketika Kemauan Bebas Luciferian Merusak Mandat Ilahi

Oleh: Toga Tambunan *

MAKNYUS, ucap Bondan almarhum, sambil tegakkan jempol jari. Presenter kuliner kondang itu yang sudah almarhum itu, tugasnya mencicipi menu beragam sajian makanan. Enak. Sering tersaji 14 macam di meja, disantap. Wouw, ludes semua. Mengherankan kapasitas perutnya sanggup menampung semuanya. Kata yang anggap tahu proses broadcasting, tayangan itu hasil editing dari beberapa kali syuting berlainan hari sebelumnya, diedit satu tayangan. Jadi bukan persis momen live tayang itu. Oh, begitu….

Penggelaran beragam budaya kuliner itu sangat perlu dan tepat, mengkokohkan ikatan tunggal ika. Pemirsa sungguh asyik amat menonton. Terkadang muncul caption glorified, syukur.

Namun editingnya memproses ke satu reel tayangan atas syuting dari beberapa hari itu jadi satu slot tayangan saja, mengekspose 14 piring sajian seakan habis dimamah pada momen itu. Padahal bohong. Tayangan diedit begitu mengedukasi nafsu serakah, hedonisme atas makanan. Edukadi umbar nafsu hedonis makanan itulah akan mengkonstruksi karakter hedonisme lainnya pada diri pemirsa berjumlah jutaan orang.

Selanjutnya berdampak boroskan uang sebantal.

“Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah .”  (1 Timotius 6:8). Roh Kudus mengajar Timoteus dengan perantaraan Paulus, kendalikan nafsu jumlah maupun macam makanan, secukupnya saja.

Jadi bukan apriori terhadap tayangan an sich beragam menu itu. Lagi pula berdampak boroskan uang sebantal.

“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan” (1 Timotius 6:9). Dan itu telah nyata berlangsung, orang atau penguasa tertentu memiskin warga lain. Juga negara tertentu rebut paksa sumber daya pangan pun sumber daya lainnya milik bangsa lain, penyebab peperangan antar bangsa ataupun perorangan, lebih buas dari hewan memenuhi nafsu perutnya.

Tayangan editing makan hedonis itu menjalarkan nafsu hedonis ke beragam faset keinginan bebas, menyimpang dari keinginan bebas yang didasarkan pada kebenaran ilahi.

Setelah Elohim Jahweh mengakhiri tahapan penciptaan, tertulis di Taurat dalam Alkitab: Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. ”Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam..”

Elohim Jahweh pada awal mula telah memberkati manusia, mandat prokreasi : Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi

Juga mandat memerintah: taklukkanlah itu, berkuasalah atas…….dst. Ketika itu Lucifer sudah berada di angkasa, yang kemudian hari, tegas diketahui manusia.

Juga mandat budaya: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15). Segalanya sumber daya alam itu untuk diolah.

Allah memberi juga mandat berkemauan bebas: “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,” (Kejadian 2:16) seraya diwajibkan patuh: “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17)

Mandat-mandat itu parnipurna dengan syarat protokol kepatuhan taat kepada-Nya.

Adam dan Hawa waktu itu pasti tidak tahu mahluk pendurhaka itu Lucifer, yang telah berada dan menguasai angkasa. Sekali pun demikian manusia pertama itu, sudah wajib taat melakukan protokol kepatuhan. Sarana melakukan kepatuhan itu telah terdapat pada jiwa mereka yakni kondisi manusia disebut baik, terlebih lagi segambar dan serupa dengan wujud PenciptaNya dengan skala berbeda.

Dipihak lain, Lucifer mengerahkan segala potensi pendurhakaan merendahkan Elohim Jahweh dengan maunya berposisi meninggikan diri di atas Elohim Jahweh.

Setelah Lucifer dilempar ke angkasa, meraup kekayaan alam yang diciptakan Elohim Jahweh, tak tahu malu,
seolah miliknya, ditawarkannya untuk tujuan menjebak keturunan Adam & Hawa. Bahkan terhadap Yesus yang dia tahu adalah Tuhan: “Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan ku berikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus” (Matius 4:8-11)

Yesus mengajar tindakannya menolak iblis itu supaya manusia mau melakukannya, berkemauan mengekspresikan pilihan kemauan bebasnya melawan Lucifer.

“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:11-12)

Beberapa kali kudengar kotbah pendeta, menolak sering mempercakapkan Lucifer. Alasan, jika sering membicarakan Lucifer walau tentang durhakanya, akan makin melengket nama Lucifer dibenak jemaat. Hal itu benar jika iman jemaatnya kualitas anak dan pendeta tidak mengurai kehebatan Lucifer sejatinya rapuh.
Justru semakin sering kita menunjuk manifestasi kelicikan Lucifer menyusup ditengah aktivitas kebudayaan manusia, makin memungkinkan melawan tipu muslihatnya.

Kemungkaran durhaka dapat dibongkar setelah identifikasinya dikenali sesuai yang disebut Elohim Jahweh di Alkitab.

Berbagai modus kejahatan, kita baca dalam Alkitab. Diantaranya modus Raja Saul membunuh Daud. Atau Raja Daud skenario bunuh Uria setelah selingkuhi Betsyeba.

Lucifer praktekkan rumus ideologinya: uang sedikit menghasilkan profit sebesar-besarnya, untuk memperoleh kekayaan, hingga berkelanjutan berhegemoni dan mendominasi, serta wajib individualis tega menindas dan sengsarakan warga.

Mendampingi ideologi tersebut Lucifer pun merumuskan juga ideologi untuk orang yang hidup dalam kekurangan. Bahwa kondisi kemiskinan adalah sarana mutlak obyektif adil memusuhi dan menjerat mati kartel si kaya.

Keduanya ideologi itu sebutlah Luciferisme, tulen output Lucifer, mengadu domba masyarakat manusia yang berbeda, saling benci bahkan bunuh terhadap sesama, demi membangkangi kedaulatan Elohim Jahweh.

Semua manusia telah terjerat perangkap Lucifer, kecuali satu dua saja. Jangankan berseberangan keyakinan terhadap berakidah lain, jemaat percaya Yesus itu Tuhan, ternyata berseteru tersembunyi keyakinan walau perihal tertentu, terbukti adanya skisma hingga menjelma berbagai denominasi hingga kini. Tapi slogannya satu tubuh. Memuakkan!

Mandat-mandat yang diberikan Elohim Jahweh itu tadinya untuk obyek Taman Eden. Adam & Hawa dienyahkan, ke bumi didiami sekarang yang dikuasai Lucifer. Elohim Jahweh tidak mencabut mandat-mandat yang telah dianugerahkan itu. Obyeknya kini beralih terhadap diri manusia itu sendiri untuk bisa memasuki hadirat Elohim Jahweh secara riil, obyektif. Bukan sebatas angan-angan subyektif.

Yustru Lucifer merekayasa mandat-mandat itu beralih dari desain atau kehendak Elohim Jahweh semula ke kepentingannya dengan tehnik manipulasi mandat-mandat tersebut turut nafsunya mengingkari kedaulatan Allah. Lucifer manipulasi mandat prokreasi jadi aksi pelampiasan nafsu sex daging ditunjang viagra, serta permak kemaluan. Semestinya mandat memerintah kerukunan dimanipulasi saling berperang.

Krisis terjadi disegala bidang jasmaniah maupun rohaniah, mengkondisikan kita kini sedang ke darurat berat manipulasi Lucifer. Termasuk dalam hal pernak pernik hidup harian. Sangkin terbiasa budaya moral tak tahu tayangan kuliner maknyus yang editing tipuan suntikkan genre hedonis, yang diurai diatas. Tontonan genre hedonis itu makin tampil komprehensif berupa
kasus heboh para selebriti mewah yang hedonis bahkan kebrutalan ulama brengsek ditayangkan dalam urusan selangkangan, cerai talak nikah adalah siaran favorit terutama bagi para perempuan, ibu rumahtangga. Asal ada kesempatan, utamakan nonton siaran favorit itu. Bukan menyimak inovasi masak singkong jadi santapan versi baru.

Perusahaan TV makin berlomba memproduksi dan menyiarkan didukung pemasok iklan serangkaian kampanye dekadensi moral. Adakah kekuatan politik mengkreasi Luciferisme ?

Camkan, kita mesti perkarakan kemauan saat berkarya dengan tanggungjawab penerima berkat Elohim Jahweh: mandat prokreasi, mandat memerintah, mandat budaya dan mandat berkemauan bebas yang dilengkapi protokol kepatuhan.

Selamat hari minggu.

Bekasi, 19.03.2023.

* Penulis Toga Tambunan, evngelis Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru