Sabtu, 5 Juli 2025

JAKER: Bangun Kembali Kebudayaan Nasional! Memenangkan Cita-cita Trisakti!

 

JAKARTA- Kebudayaan nasional semakin melemah di tengah globalisasi, sehingga sebagai bangsa, rakyat Indonesia pelan-pelan kehilangan jati diri yang jelas. Narasi kebangsaan seperti cinta tanah air beserta seni-budayanya yang beraneka-ragam dan jiwa gotong-royong, bahu-membahu membangun bangsa yang adil dan makmur semakin terpinggirkan oleh narasi asing yang mementingkan diri sendiri dan kelompok.  Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal JAKER (Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat), Suroso kepada Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (27/8) menjelang Konferensi Nasional Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat.

“Oleh karena itu kami ingin mengajak kepada seluruh elemen bangsa terutama para pekerja seni dan budaya untuk bersama-sama memperkuat kebudayaan nasional kita. Pertegas kembali budaya nasional kita. Agar kebudayaan nasional dapat ikut beperan memenangkan cita-cita TRISAKTI,” kata Suroso

Suroso, yang pernah merasakan penjara Orde Baru karena dituduh terlibat dalam peristiwa 27 Juli 1996 mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia sudah memiliki kepribadian dalam budaya.

“Seharusnya kita tidak malu untuk menunjukkan budaya kita tersebut. Namun saat ini  sepertinya budaya kita sudah tergerus oleh budaya luar yang begitu kuatnya sehingga kita seperti tidak memiliki akar budaya lagi. Kembali pertegas jati diri kita, budaya kita. Bersama-sama kita memenangkan pertarungan dengan budaya luar yang begitu masif masuk sampai ke pelosok desa,” tegasnya.

Ketua Umum JAKER,  Tejo Priyono menambahkan  bahwa perkembangan globalisasi yang juga disertai dengan perkembangan teknologi informasi dan pasar bebas, telah membawa imbas terhadap para pekerja seni dan budaya.

“Kita hanya diberi pilihan: bertahan agar tetap survive atau dilibas geraknya,” katanya. 

Sementara itu Ketua Steering Committee (SC) Konfernas, AJ Susmana menyatakan bahwa kebudayaan harus dipandang sebagai kekuatan dan tidak boleh absen dalam membangun bangsa; terutama dalam  revolusi mental.

“Dengan nilai dan semangat gotong royong yang telah mengakar dalam budaya rakyat itulah, kita dapat menyusun kebudayaan nasional yang tangguh dan bermartabat sekaligus terus-menerus memperkuat kedaulatan nasional dan membangun perekonomian nasional yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat!” ujar mantan Sekretaris JAKER periode 1994 ketika Wiji Thukul sebagai Ketua JAKER sampai peristiwa 27 Juli 1996.

Konferensi Nasional

Konferensi Nasional JAKER berlangsung dua hari. Pada hari pertama 27 Agustus, dilangsungkan diskusi merumuskan strategi dan taktik kebudayaan dalam membangun bangsa: bagaimana memperkuat kebudayaan nasional dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur sebagaimana cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Agustus 1945. Misalnya melalui gerakan literasi dan pendidikan, termasuk workshop seni dan budaya.

Di bidang Organisasi mengemuka wacana untuk Merekomendasikan Wiji Thukul sebagai Ketua Umum dalam kongres mendatang; Mendirikan Institute Wiji Thukul untuk pendidikan sosial dan kebudayaan dan terlibat aktif dalam pencarian Wiji Thukul dan mendesak Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk mencari dan menjelaskan keberadaan Wiji Thukul yang hilang di sekitar peristiwa 1998. JAKER juga akan turut mendorong pendirian koperasi sebagai jalan kemandirian nasional. 

Pada hari kedua, Konferensi Nasional JAKER akan ditutup dengan Panggung Kebudayaan Rakyat di Kedai Kopi Damarbhumi, Jalan Sawo Kecik Raya No 2A Kelurahan Bukit Duri – Tebet- Jakarta Selatan.

“Setiap orang adalah seniman! Setiap tempat adalah panggung! Perkuat kebudayaan nasional dengan 3 Tinggi yaitu tinggi pengetahuan, tinggi politik, dan tinggi estetika,” demikian  AJ Susmana kepada Bergelora.com di Jakarta.

Ketua Wiji Thukul

JAKER didirikan pada tahun 1993 oleh beberapa pekerja seni dan budaya, salah satunya oleh Wiji Thukul, sebagai wadah bagi para pekerja seni dan budaya yang mempunyai keberpihakan atas nasib rakyat.

JAKER lahir sebagai hasil pergulatan sejarah pada saat krisis ekonomi dan politik yang berdampak secara langsung kepada rakyat dan pekerja seni budaya. Di bawah ancaman represi, muncul kesadaran para pekerja seni dan budaya untuk membangun wadah perlawanan sambil terus menyuarakan persatuan.

Para pekerja seni dan budaya yang sebenarnya berperan penting dalam pembangunan karakter bangsa lewat misi kebudayaan ternyata sampai saat ini belum mendapatkan panggung di tengah bangsa yang sedang kehilangan jati diri. Setelah kemerdekaan diproklamasikan sampai sekarang, cita-cita TRISAKSI, khususnya berkepribadian dalam kebudayaan belum terwujud.

Di usianya yang sudah 23 tahun ini, JAKER melaksanakan  Konferensi Nasional 2016 dari tanggal 27 – 28 Agustus bertempat di Danysa Guest House jalan Tebet Dalam II H No 5 Tebet Barat – Jakarta Selatan dengan tema: Memperkuat Kebudayaan Nasional! Menangkan Tri Sakti yaitu memenangkan kedaulatan politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan! (Calvin G. Eben-Haezer)

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru