BOGOR- Diwaktu mendatang,– konflik,– dari aspek latar belakang dan lokasinya akan mengalami perubahan. Hal ini dipicu habisnya energi fosil yang diprediksi pada 2043 dan hanya bisa digantikan dengan energi alternatif (energi hayati). Padahal kehidupan sepanjang tahun hanya ada di wilayah Ekuator yaitu Amerika Latin, Afrika Tengah dan Asia Tenggara termasuk di dalamnya Indonesia. Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan Kuliah Umum dihadapan 490 Mahasiswa Pascasarjana Universitas Pertahanan, PMPP IPSC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jum’at (26/8).
“Inilah pembuktian teori pergeseran latar belakang dan tempat konflik. Awalnya konfik berlatar belakang energi akan berubah menjadi latar belakang energi, pangan dan air (ekonomi). Tempat konflik akan segera bergeser dari wilayah Arab Spring ke wilayah ekuator termasuk Indonesia. Ancaman inilah yang harus disadari oleh kita semua,” ujarnya.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo juga menjelaskan bahwa, konfik yang terjadi di Irak, Iran, Libya, Kuwait, Mesir, Suriah, Yaman, Sudan dan Ukraina, semuanya sebagai negara penghasil energi.
“Saya bisa simpulkan bahwa konflik atau perang di dunia, 70% berlatar belakang energi,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menjelaskan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia yang berada di luar ekuator. Kedepan dunia akan mengalami dua krisis hebat, yaitu krisis energi dan krisis pangan.
“Pangan awalnya hanya untuk makan. Kedepan pangan akan dibagi dua, yaitu untuk makan dan energi. Sehingga nantinya penduduk di luar ekuator akan berbondong-bondong ke wilayah ekuator untuk mencari pangan, energi dan air,” katanya.
Sebelumnya ia menjelaskan bahwa pertambahan populasi penduduk dunia dari masa ke masa semakin cepat. Setelah 2011 untuk menambah 1 milyar hanya butuh enam tahun, sebelumnya diperlukan puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga pada tahun 2017 penduduk dunia akan mencapai 8 milyar orang.
“Teori Maltus mengatakan bahwasanya pertambahan penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan meningkat ibarat deret hitung. Apabila garis pertambahan penduduk dengan garis ketersediaan pangan bersinggungan di suatu titik, maka disitulah terjadinya titik kritis,” jelas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI menjelaskan, menurut penelitian populasi ideal penduduk dunia sekitar 3-4 milyar untuk dapat hidup dengan layak. Faktanya saat ini setiap 2,1 detik satu bayi meninggal atau sekitar 15 juta bayi meninggal setiap tahunnya karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk itu artinya penduduk dunia sudah overload.
“Bila populasi penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan, maka akan memicu krisis. Inilah ancaman yang akan dihadapi penduduk dunia,” ungkap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (Kolonel Czi Berlin G.)