Senin, 30 Juni 2025

SAMPAI KAPAN IMPOR..? Kilang Pertamina Produksi 250 Juta Barel BBM di 2024, Kebutuhan 505 Juta Barel

JAKARTA – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mencatatkan pencapaian signifikan dalam produksi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sepanjang 2024, perusahaan berhasil memproduksi sekitar 250 juta barel BBM, terdiri dari gasoline series (produk bensin), gasoil series (produk diesel), hingga bahan bakar pesawat (avtur).

Corporate Secretary KPI Hermansyah Y. Nasroen menyampaikan, selama 2024 perusahaan berhasil mengolah bahan baku sebanyak lebih dari 320 juta barel dan berhasil memproduksi 250 juta barel produk BBM.

Selain memproduksi produk BBM, KPI juga mampu memproduksi produk Non-BBM sekitar 31 juta barel, di antaranya Smooth Fluid, Propylene, LPG, Polytam, Breezon MC-32 dan beragam produk Green Refinery. Selain itu KPI juga menghasilkan produk lainnya sebanyak 28 juta barel, seperti aspal, sulfur, dan petroleum coke.

“Ketersediaan BBM merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, termasuk menggerakkan roda ekonomi bangsa. Karena itu, KPI terus berupaya mempertahankan kehandalan kilang dan berkomitmen untuk menjadi yang terdepan dalam memenuhi kebutuhan energi dalam negeri,” ungkap Hermansyah dalam keterangan tertulis dikutip Bergelora.com di Jakarta Sabtu (28/6/2025).

Kinerja optimal ini juga ditunjukkan melalui capaian Yield Valuable Product (YVP) yang berhasil diraih KPI sebesar 83,2%. YVP sendiri merupakan perbandingan volume total produk yang memiliki nilai lebih tinggi terhadap total volume intake termasuk minyak mentah dan intermedia.

“Salah satu inovasi yang mendukung pencapaian YVP KPI di tahun 2024 adalah inovasi Block Mode CDU I di Kilang Cilacap,” katanya.

Menurut dia, inovasi Block Mode CDU I di Kilang Cilacap merupakan inovasi untuk meningkatkan fleksibilitas Kilang Fuel Oil Complex I, sehingga dapat beroperasi pada mode Bahan Bakar Minyak (BBM) maupun mode Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) untuk meningkatkan konversi YVP Kilang Cilacap.

Kinerja operasi juga tidak terlepas dari kemampuan KPI dalam menjaga kehandalan operasi kilang. Keandalan kilang KPI diukur melalui indikator Plant Availability Factor (PAF) dan tercatat mencapai angka 99,2%.

Kehandalan kilang ini didukung oleh pencapaian angka kecelakaan kerja yang nihil.

KPI juga terus memperkuat aspek asset integrity dan mencegah potensi kebakaran. Mendukung inisiatif pada Program Mitigasi Kebakaran, beberapa perangkat keselamatan telah terpasang secara masif, antara lain hampir 700 unit Motor Operating Valve (MOV), sekitar 1500 unit CCTV, lebih dari 360 tower Lightning Protection System (LPS), serta 280 unit Fire Gas Detection System (FGDS).

Selain itu, sistem pengawasan dan deteksi ditingkatkan melalui pemasangan lebih dari 720 unit Automatic Tank Gauge (ATG), sekitar 700 unit Independent High Level Alarm (IHLA), dan lebih dari 60 unit alarm telah terpasang sebagai bentuk antisipasi kebocoran dan insiden kritikal di kilang.

Kebutuhan BBM di RI Terus Meningkat

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, PT Pertamina (Persero) mengungkapkan rencana perusahaan dalam merespon peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dari tahun ke tahun.

Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro mengatakan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, pihaknya masih akan meningkatkan produksi BBM dalam negeri untuk bisa memenuhi kebutuhan BBM nasional.

“Dalam rencana 5 tahun kami ke depan kami juga masih mencanangkan peningkatan dari produksi BBM ini,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (22/5/2025).

Pihaknya mencatat, pada tahun 2024 saja, konsumsi BBM Pertamina tercatat mencapai 105 juta kilo liter. Realisasi konsumsi BBM tahun 2024 tersebut terpantau meningkat hingga 4% dibandingkan tahun 2023 lalu yang mencapai 93 juta kilo liter.

“Meskipun banyak dikatakan bahwa alternatif energi banyak masuk, nyatanya memang kebutuhan terhadap BBM ini terus meningkat,” tambah Wiko.

Oleh karena itu, Wiko menyebutkan bahwa pihaknya harus melakukan antisipasi peningkatan konsumsi BBM dalam negeri. Hal itu dilakukan agar pasokan energi untuk RI tetap terjaga.

“Ini harus kita antisipasi dari awal, tidak boleh lengah dengan energi baru supaya pasokan energi ke seluruh negeri ini tetap terjaga dengan sempurna,” tandasnya.

Kebutuhan BBM RI Bisa Tembus 505 Juta Barel

Sebelumnya diberitakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2023 lalu mencapai 505 juta barel.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan bahwa dari akumulasi konsumsi BBM tersebut, hampir setengahnya yakni sebanyak 248 juta barel di antaranya digunakan untuk sektor transportasi.

“Konsumsi BBM nasional pada tahun 2023 sebesar 505 juta barel, dengan rincian sektor transportasi 248 juta barel atau 49%,” bebernya dalam acara Hilir Migas Conference, Expo, & Awards 2024 di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Lebih lanjut, konsumsi BBM untuk sektor perindustrian mencapai 34% atau sebanyak 171 juta barel. Sedangkan untuk sektor ketenagalistrikan mengonsumsi BBM mencapai 8% atau sebesar 38,5 juta barel. Terakhir, sektor penerbangan atau aviasi yang mengonsumsi BBM mencapai 6% atau sebesar 28,5 juta barel.

“Sektor industri 171 juta barel atau 34%, sektor ketenagalistrikan 38,5 juta barel atau 8%, dan sektor aviasi 28,5 juta barel atau 6%,” tambahnya.

Yuliot menambahkan, sepanjang 2023 Indonesia masih mengimpor minyak mencapai 297 juta barel, terdiri dari 129 juta barel impor dalam bentuk minyak mentah dan 168 juta impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

Besarnya impor BBM tersebut turut mendorong pemerintah “memutar otak” untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Terlebih, Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan RI bisa mencapai swasembada energi.

Oleh karena itu, pemerintah pun menggencarkan program pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel berbasis minyak sawit (CPO) pada minyak Solar, dan juga pencampuran bioetanol berbasis tebu untuk menggantikan bensin.

Sejak Agustus 2023 pemerintah sudah menerapkan mandatori pencampuran biodiesel sebesar 35% atau B35, dan pada 1 Januari 2025 ditargetkan mulai diterapkan biodiesel 40% (B40). (Web Warouw)

 

 

 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru