JAKARTA – CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI) Danantara Rosan Roeslani memastikan bahwa pendanaan untuk 18 proyek hilirisasi yang tengah disiapkan pemerintah tidak menghadapi kendala.
Rosan menyebut proyek-proyek yang sudah lengkap dari sisi finansial, legalitas, administrasi, hingga teknologinya dapat langsung digarap untuk berjalan pada tahun mendatang atau pada 2026.
Hal itu disampaikan Rosan usai mengikuti rapat terbatas yang secara khusus membahas pendanaan dan kesiapan pelaksanaan proyek hilirisasi dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Kamis (6/11/2025).
“Jadi kalau misalnya sudah ada yang misalnya dari 18 [proyek] ada berapa yang sudah oke, baik secara finansial, secara legal, administrasi, teknologi sudah oke itu bisa segera dijalankan,” katanya dikutip Bergelora.com di Jakarta, Jumat (7/11).
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan bahwa aspek pendanaan turut dibahas dalam konteks peran Danantara sebagai lembaga investasi pemerintah untuk mewujudkan program-program tersebut.
Menurutnya, dalam merealisasikan proyek dengan total hingga Rp600 triliun ini dapat diakomodasi mengingat kondisi pendanaan saat ini sangat kuat, didukung peringkat kredit terbaik dari lembaga pemeringkat.
“Yang saya sampaikan ke bapak presiden bahwa kalau dari pendanaannya kita tidak ada masalah. Kita mempunyai pendanaan yang sangat baik, sangat solid. Kita pun melakukan rating baik oleh Pefindo, ratingnya AAA, Fitch juga AAA, rating tertinggi yang kita dapatkan, saya laporkan itu,” tandas Rosan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut bahwa terdapat 18 proyek hilirisasi yang akan dikoordinasikan dengan BPI Danantara.
Mengingat, rencananya proyek ini akan dimulai pada tahun depan. Adapun,beberapa proyek yang dimaksud adalah pabrik Dimethyl Ehter (DME) yang akan menggantikan produk Liquified Petroleum Gas (LPG), hingga kilang minyak.
“Kami akan selesaikan di tahun ini [persiapan], untuk semuanya dan di 2026 langsung pekerjaan di lapangan bisa berjalan,” katanya.
Berikut daftar 18 Proyek Hilirisasi yang bakal digarap Danantara:
- Industri smelter aluminium (bauksit) berada di wilayah Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp60 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 14.700 pekerja.
- Industri DME (batu bara) berada di Bulungan, Kutai Timur, Kota Baru, Muara Enim, Pali, dan Banyuasin dengan nilai investasi Rp164 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 34.800 pekerja.
- Industri aspal berlokasi di Buton, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi Rp1,49 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 3.450 pekerja.
- Industri mangan sulfat berlokasi di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nilai investasi Rp3,05 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 5.224 pekerja.
- Industri stainless steel slab (nikel) berada di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah dengan nilai investasi Rp38,4 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 12.000 pekerja.
- Industri copper rod, wire & tube (katoda tembaga) berlokasi di Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi Rp19,2 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 9.700 pekerja.
- Industri besi baja (pasir besi) berlokasi di Kabupaten Sarmi, Papua dengan nilai investasi Rp19 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 18.000 pekerja.
- Industri chemical grade alumina (bauksit) berada di Kendawangan, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp17,3 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 7.100 pekerja.
- Industri oleoresin (pala) berada di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan nilai investasi Rp1,8 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 1.850 pekerja.
- Industri oleofood (kelapa sawit) berlokasi di KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan Timur (MBTK) dengan nilai investasi Rp3 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 4.800 pekerja.
- Industri nata de coco, medium-chain triglycerides (MTC), coconut flour, dan activated carbon (kelapa) berada di Kawasan Industri Tenayan, Riau dengan nilai investasi Rp2,3 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 22.100 pekerja.
- Industri chlor alkali plant (garam) berlokasi di Aceh, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Riau, Banten, dan NTT dengan nilai investasi Rp16 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 33.000 pekerja.
- Industri fillet tilapia (ikan tilapia) berada di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan nilai investasi Rp1 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 27.600 pekerja.
- Industri carrageenan (rumput laut) berlokasi di Kupang, NTT dengan nilai investasi Rp212 miliar. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 1.700 pekerja.
- Oil refinery berlokasi di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak dengan nilai investasi Rp160 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 44.000 pekerja.
- Oil storage tanks berlokasi di Lhokseumawe, Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, Halmahera Utara, dan Fakfak dengan nilai investasi Rp72 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 6.960 pekerja.
- Modul surya terintegrasi (bauksit dan silika) berada di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah dengan nilai investasi Rp24 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 19.500 pekerja.
- Industri bioavtur (used cooking oil) berlokasi di KBN Marunda, Kawasan Industri Cikarang, dan Kawasan Industri Karawang dengan nilai investasi Rp16 triliun. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan lapangan kerja hingga 10.152 pekerja.
(Enrico N.Abdielli)

