JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membeberkan data keracunan penerima Makan Bergizi Gratis (MBG) di seluruh wilayah di Indonesia. Dari catatannya ada 11.640 penerima manfaat yang terdampak keracunan MBG.
Hal itu terlihat dalam paparan Dadan, saat rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (12/11/2025).
Dari paparannya, penerima manfaat yang terdampak dari Kasus Luar Biasa (KLB) di wilayah I mencapai 1.808 penerima, wilayah II ada 7.925 penerima, dan wilayah III ada 1.907 penerima, sehingga totalnya 11.640 penerima manfaat.
Hanya menurut data Kementerian Kesehatan total penerima manfaat yang mengalami kasus keracunan mencapai 13.371 orang, seperti yang dijelaskan Dadan.
Dadan menjelaskan total kejadian keracunan pangan di Indonesia mencapai 441 kejadian, sementara MBG menyumbang 221 kejadian atau kurang lebih 48% dari total keracunan pangan di Indonesia.
Adapun dari datanya total penerima manfaat yang mengalami gangguan kesehatan dan harus rawat inap, mencapai 636 orang. Sedangkan dari data Kementerian Kesehatan mencapai 638 orang.
“Kemudian yang rawat jalan di data kami 11.004. Di kemenkes 12.755, sehingga totalnya kalau berbasis laporan kemenkes itu 13.371 penerima manfaat yang alami gangguan kesehatan akibat program makan bergizi,” kata Dadan.
Namun menurut Dadan sebagian besar pemberian Makan Bergizi Gratis mayoritas sudah berjalan baik. Hingga saat ini sudah ada 1,8 miliar porsi yang diberikan kepada penerima manfaat.
“Alhamdulilah sebagian besar berjalan dengan baik,” katanya.
Kekurangan Ahli Gizi
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana juga mengungkapkan bahwa BGN mulai kesulitan mencari ahli gizi untuk direktur, padahal sebelumnnya ahli gizi merupakan profesi yang sulit mencari pekerjaan.
“Tadinya ahli gizi agak sulit mencari pekerjaan, sekarang menjadi salah satu profesi yang langka. Sehingga tadi Komisi IX memberikan saran agar BGN mencari jalan keluar atas kelangkaan tersebut,” kata Dadan.
Dadan menuturkan, ahli gizi penting direkrut untuk bekerja di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sebab, ahli gizi berperan dalam memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang akan diolah menjadi menu MBG.
Namun, saat ini, keberadaan ahli gizi mulai langka sehingga BGN sulit untuk merekrut mereka.
“Ya begini, prinsip dasar dari program Makan Bergizi Gratis memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan kesukaan masyarakat lokal. Sebab itu, di setiap SPPG kita tempatkan ahli gizi yang sekarang mulai langka,” ujar Dadan.
Kepada Bergelora.com di Jakarta, Rabu (12/11) dilaporkan sebagai solusinya, BGN akan membidik profesi terkait lainnya untuk menggantikan ahli gizi di dapur-dapur MBG.
Saat ini, BGN mencari orang-orang lulusan program studi kesehatan masyarakat hingga teknologi pangan untuk bekerja di dapur MBG.
“Dan mungkin kita sudah akan mengarah kepada profesi lain, atau keilmuan lain yang masih terkait, contohnya (lulusan) kesehatan masyarakat dan juga teknologi pangan atau pengolahan pangan,” kata Dadan.
Ahli Gizi Pada Kemana?
Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan yang dikumpulkan olehDataboks, terdapat sekitar 34.500 ahli gizi di Indonesia pada tahun 2024.
Data dari sumber lain, yang diterbitkan olehNational Institutes of Health (NIH), menyebutkan bahwa pada tahun 2024, terdapat total 30.851 profesional gizi yang bekerja di tatanan klinis dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Perlu dicatat bahwa jumlah ini mencakup berbagai tingkatan tenaga gizi, seperti Ahli Gizi Terdaftar (Registered Nutritionist/RN) dan Dietisien Terdaftar (Registered Dietitian/RD), yang memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang berbeda. (Web Warouw)

