Rabu, 19 November 2025

UNDANG SEBANYAK-BANYAKNYA..! Wamenperin Bantah Investasi Asing Pabrik Baja Bikin KRAS Terpuruk

JAKARTA – Kementerian Perindustrian membantah keran investasi asing yang dibuka untuk membangun pabrik baja di dalam negeri akan membuat PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) semakin tertekan.

“Kalau investasi luar yang masuk ke Indonesia membuat pabrik baja [akan] membuat ekosistem dan menciptakan rantai pasok dari perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri menggunakan bahan baku yang ada di dalam negeri,” kata Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dikutip Bergelora.com.di Jakarta, Minggu (16/11/2025).

PT Krakatau Steel (Persero). (Ist)

Faisol menuturkan baja mentah yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri memiliki kualitas yang bagus. Meskipun pemerintah membuka keran investasi asing, perusahaan apapun yang dibangun di Tanah Air merupakan perusahaan nasional yakni memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan usahanya.

“Perusahaan dalam negeri juga, perusahaan Indonesia, maka memiliki kesempatan yang sama juga untuk berkembang,” ujarnya.

Faisol menyebut pemerintah tetap mendukung Krakatau Steel menjadi perusahaan baja terbesar dan kebanggaan bangsa. Persoalan-persoalan yang menjadi hambatan KRAS selama ini, kata dia, sebaiknya segera diselesaikan dengan membuat roadmap baru agar segala persoalan perusahaan baja pelat merah itu bisa diselesaikan.

“Dukungan pemerintah terhadap Krakatau Steel untuk menjadi perusahaan baja terbesar terus akan diberikan,” tuturnya.

Dia meyakini peluang industri baja untuk berkembang di Indonesia masih sangat besar karena ruang ekspansinya masih luas.

“Makanya kalau Krakatau Steel ingin terus ekspansi, ingin terus membesar produksinya pasti kami akan dukung sekuat tenaga,” jelas Faisol.

Faisol sebelumnya mengungkapkan pemerintah membuka peluang investasi agar negara lain dapat membangun pabrik baja di dalam negeri lantaran industri baja Tanah Air tengah kebanjiran barang impor.

Dia mengaku banyak kedatangan investor yang berminat membangun pabrik baja di Indonesia. Negara tersebut yakni China, Vietnam, hingga Eropa.

Dia menjelaskan kebutuhan baja dalam negeri sebanyak 55% dipenuhi dari impor dan mayoritas berasal dari China. Sementara utilitas dari baja dalam negeri hanya 52%. Faisol menyebut investasi asing merupakan solusi dari persoalan industri baja saat ini.

Pada kesempatan lain, Krakatau Steel menyebut industri baja dalam negeri kini tertekan derasnya intervensi pasar luar, khususnya baja China.

Direktur Utama KRAS Muhamad Akbar Djohan meminta penyelamatan terhadap perusahaan baja nasional itu. Menurutnya, China tengah gencar meningkatkan ekspornya ke negara-negara dengan perlindungan industri baja yang relatif lemah usai tarif Amerika Serikat berlaku.

“Penurunan baja di Tiongkok menyebabkan pabrik baja di Tiongkok meningkatkan ekspor untuk mengatasi kelebihan pasokan domestik,” katanya, belum lama ini dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI.

KRAS Masih Utang US$1,7 Miliar

Akbar Djohan menyebut perusahaan baja nasional itu masih memiliki sisa utang sebesar US$1,7 miliar atau sekitar Rp28,43 triliun (asumsi kurs Rp 16.730). Warisan utang dengan nilai jumbo ini, menurutnya menjadi salah satu faktor pendorong perusahaan untuk melakukan restrukturisasi fundamental.

Dia menjelaskan, Krakatau Steel dan kreditur telah menandatangani perjanjian restrukturisasi utang senilai US$1,9 miliar pada 2019. Lalu, Krakatau Steel telah membayar utang pokok sebesar US$509 juta. Sehingga sisa utang pokok senilai US$1,4 miliar dengan bunga dan denda senilai US$338 juta.

Guna memulihkan kinerja perusahaan, Krakatau Steel mengajukan bantuan pendanaan berupa shareholder loan atau pinjaman pemegang saham kepada BPI Danantara sebesar US$500 juta atau setara Rp8,3 triliun (kurs Rp16.658).

Dia menyampaikan, penyertaan modal dari Danantara ini merupakan upaya penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan modal kerja yaitu bahan baku bagi pengoperasian fasilitas produksi dan keberlanjutan usaha KRAS.

“Mendukung percepatan dan pelaksanaan restrukturisasi utang KRAS dengan penyediaan modal kerja kepada KRAS oleh Danantara sebesar minimal US$500 juta,” sebutnya. (Web Warouw)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru