Sabtu, 27 Juli 2024

Adik Kelasku Ganjar Si Boneka Megawati

Oleh: Revitriyoso Husodo *

BANGGA juga sama adik kelas ini yang belajar bolos sekolah dari para seniornya termasuk aku di SMA BOPKRI 1 Yogya. Seperti aku bangga dengan karir dua kakak kelas yang juga jadi Gubernur Jawa Tengah sebelumnya, Mas Mardiyanto dan Mas Bibit Waluyo.
Karena mereka lah, Setelah reformasi, Jateng 1 ditakdirkan ‘harus’ jebolan BOSA (Bopkri Satu).

Dalam reuni SMA di Hotel Sultan Jakarta beberapa bulan yg lalu, dia dan lingkaran intinya mengajak, “Ayo lah, bung” dan jawabku, “Jika bukan jadi boneka dan mengusung program agenda rakyat, pasti aku dukung penuh.”

Setelah mengamati beberapa waktu, sikap adik ini terkesan terlalu tunduk kepada Ibu itu, bahkan pada perintah mengoplos hajatan sepak bola dunia dengan politik SARA, side effect: zonk peluang memunculkan pemain muda ke pentas dunia! Juga karena kesan timnya menunggu arahan. Akhirnya takut salah sehingga ia menghindari pembicaraan tentang program apalagi konsep Industrialisasi Nasional.

Aku jadi mikir, jika adik naik apa jadinya Indonesia lima tahun ke depan, saat ini pun sudah morat-marit diterpa multi krisis. Juga dorongan rasa kasihan ke adik ini yang nanti pasti jadi tumbal partai jika ekonomi terjun bebas, chaos!

Maka kuputuskan pilih 08, yang justru mengakomodir program kita hadapi gejolak geopolitik, dan mendadak riang santun dan mbanyol!

Putusan yang sulit karena beban masa lalunya. Pasti akan banjir tuduhan kawan-kawan bahwa mendukung Prabowo sama dengan melacur dan seolah tidak peduli pada nasib kawan sendiri, Thukul.

Namun aku juga tak lupa WJ “Aloysius’ Thukul sering bilang kepada kawan-kawan di ‘bawah tanah’ dulu, “Kita sedang merebut kekuasaan, tidak seperti kaum ‘lama’ yang tidak turut bergerak sibuk merenungi pelanggaran HAM, makanan apa itu?”. Itu dengungannya lebih dari 25 tahun. Maka sesungguhnya sangat mundurlah kita yang masih teriak-teriak begitu.

Lalu aku berfikir lagi semua calon sami mawon, punya masa lalunya masing-masing. Entah korupsi atau karena menjadi petugas patuh perintah meski harus merebut air tanah pertanian sumber kehidupan bagi puluhan ribu warga kaum Samin termasuk anak-anak masa depan mereka di pegunungan Kendeng arah utara kota kecil Cepu, kampung masa lalu ku.

Juga perihal kesewenangan di Wadas apakah lebih ringan dari jenis kejahatan HAM lainnya?

Aku yakin semua memiliki masa lalu sama buruknya dan punya peluang kebaikan jika memiliki mimpi untuk kebaikan bersama dan kekuasaan untuk merealisasikannya. Seperti senandung retoris Ebiet, “apakah bila terlanjur salah, akan tetap dianggap salah”. Sekian.

Bogor, 4 Desember 2023

*Penulis Revitriyoso ‘Eping’ Husodo, seniman berpolitik

Artikel Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,100PelangganBerlangganan

Terbaru