Oleh: Laksamana Muda TNI (Purn.) Soleman B. Ponto, S.T., MH.,
Mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI 2011−2013 Laksamana Muda TNI (Purn.) Soleman B. Ponto, S.T., MH. adalah salah satu nama yang disebut oleh Allan Nairn dalam artikelnya di https://theintercept.com/ yang berjudul Trump’s Indonesian Allies In Bed With ISIS-Backed Militia Seeking to Oust Elected President dan diterjemahkan oleh https://tirto.id/ dengan judul Allan Nairn : Ahok Hanyalah Dalih Untuk Makar. Untuk itu Bergelora.com menurunkan tulisan Laksamana Muda TNI (Purn.) Soleman B. Ponto, S.T., MH., kepada Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (23/4) (Redaksi)
Terkait artikel Allan Nairn di https://theintercept.com/ dan diterjemahkan oleh https://tirto.id/, saya akan sampaikan penjelasan saya. Saya akan gunakan versi Bahasa Indonesia seperti yang dimuat di https://tirto.id/
Pertama, sebagai orang dengan latar belakang intelijen, apa yang saya sampaikan selalu berdasar fakta, bukan asumsi.
Benar saya diskusi dengan Allan Nairn. Tema diskusinya tentang Agus Yudoyono (AHY) yang ikut kontestasi pilkada DKI Jakarta. Sekali lagi diskusi, bukan permintaan resmi wawancara.
Dalam diskusi tersebut, Allan Nairm bertanya apakah seorang dengan pangkat Mayor cukup “kuat” untuk ikut Pilgub DKI. Saya bilang kalau Mayor murni tentunya tidak cukup “kuat”.
Lalu kenapa AHY “kuat”? Saya bilang, Yah karena sebagai anak Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), dapat dipastikan bahwa ia (AHY) dibantu SBY. Adalah wajar kalau seorang ayah membantu putranya.
Bagaimana dukungan para purnawirawan terhadap SBY? Sebagai purnawirawan sangat mungkin akan mendukung SBY dalam mewujudkan tujuan politik anaknya. Terlebih di militer ada l’esprit de corp. Ada sentimen angkatan juga. Jadi wajar jika ada dukungan dari para purnawirawan.
Dari mana diketahui dukungan itu? Saya jawab dari percakapan di Whatsapp Group “Old Soldier Never Die” sangat terlihat dukungan kepada SBY.
Bahwa dikatakan SBY secara tidak langsung menyumbang untuk aksi protes FPI lewat masjid dan sekolah, itu adalah kesimpulan dari Allan Nairn.
Saya hanya mengatakan bahwa seorang AHY yang sedang berkontestasi di pilgub, ketika berkunjung ke masjid apakah hanya sekedar datang dan sholat? Silahkan tafsirkan sendiri.
Selanjutnya ia menafsirkan dengan logika bahwa adalah fakta dimana FPI saat itu menuntut agar Ahok dipecat. Artinya FPI membantu AHY dan Anis. Kalau FPI membantu AHY, maka sangat mungkin AHY juga membantu FPI. Bila AHY setiap mengunjungi sekolah dan masjid juga memberi bantuan, dimana AHY sendiri dibantu oleh SBY, maka dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung SBY membantu FPI lewat bantuan ke mesjid dan sekolah. Itulah logikanya Allan Nairm.
Lalu terkait adanya purnawirawan yang ditangkap karena akan melakukan Makar. Apakah ada rencana Makar? Saya bilang, Makar itu hanya alasan petugas untuk menangkap para aktifis pada saat terjadi aksi 212. Dan bagi saya, penangkapan itu wajar mengingat ada jutaan orang di jalan, tentunya ada potensi chaos, berkaca pada aksi 411.
Hemat saya, para aktivis yang ditangkap dengan alasan makar nanti bisa membela diri di pengadilan..
Terkait statement saya bahwa “sasarannya sebenarnya adalah Jokowi”, saya tegaskan lagi, saat itu kami diskusi soal situasi aksi 411 dan 212. Faktanya adalah sasaran aksi ke Istana Merdeka. Para demonstran menuntut Jokowi memecat Ahok. Saya katakan, ini menjadi pressure bagi RI-1.
Lalu dikatakan bahwa People Power sudah ada yang mengongkosi dan militer tinggal tidur, saya tegaskan ini adalah kesimpulan Allan Nairm. Saya tidak bicara soal hubungan militer dengan makar.
Saya hanya menjelaskan bahwa TNI tidak dominan saat itu karena sudah diatur oleh Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, dimana Panglima TNI hanya dapat mengerahkan pasukan TNI apabila ada kebijakan dan keputusan politik negara. Tidak hadirpun Panglima TNI saat itu, tetap dapat dibenarkan, sebagaimana diatur oleh Undang-undang no 34 tahun 2004 tentang TNI.
Demikian penjelasan saya. Mari tetap jaga NKRI, Pancasila, Konstitusi, dan kebhinekaan kita.