Selasa, 11 Februari 2025

AMANKAN ASIA TENGGARA..! Putin Temui Kim Jong Un, Rusia-Korut Teken Perjanjian Saling Bantu jika Diserang

PYONGYANG – Vladimir Putin dan Kim Jong Un telah menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa Rusia dan Korea Utara akan saling membantu jika terjadi “agresi” terhadap salah satu negara. Presiden Rusia tersebut membuat pengumuman itu setelah melakukan pembicaraan dengan Kim saat mengunjungi Pyongyang, yang merupakan lawatan pertamanya sejak tahun 2000 silam. Kim mengatakan, perjanjian yang dia tanda tangani dengan Putin membuat hubungan kedua negara menjadi “aliansi tingkat tinggi yang baru”.

Kesepakatan tersebut memperkuat kemitraan Rusia-Korut sekaligus menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara Barat. Hal ini juga dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi dunia, kata para pengamat.

Apa makna kesepakatan pertahanan antara Rusia dan Korut? Putin dan Kim menandatangani “perjanjian kemitraan komprehensif”. Di dalamnya terdapat klausul berisi persetujuan untuk memberikan “bantuan timbal balik jika terjadi agresi” terhadap salah satu negara, kata Putin. Dia tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan agresi.

Kesepakatan pertahanan itu, menurut sejumlah analis, bisa mendorong Moskwa membantu Pyongyang dalam konflik di Semenanjung Korea di masa depan. Chad O’Carroll, pakar Korea Utara dari NK News, mengatakan di X (sebelumnya bernama Twitter), bahwa perjanjian tersebut dapat membuka pintu bagi kerja sama terkait konflik, termasuk kemungkinan tentara Korea Utara membantu Rusia di Ukraina. Putin dalam beberapa bulan terakhir menghadapi kesulitan di medan perang di Ukraina, terutama karena jumlah senjata berkurang.

Pada pertemuan tatap muka terakhir antara Kim dan Putin di Rusia pada September, keduanya membahas kerja sama militer dan dicurigai meneken kesepakatan senjata. Sejak itu, semakin banyak bukti bahwa Rusia telah mengerahkan rudal Korea Utara di Ukraina.

Di sisi lain, dalam beberapa minggu terakhir, AS dan negara-negara NATO lainnya telah memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan senjata negara-negara Barat di wilayah Rusia, sebuah langkah signifikan yang diharapkan Kyiv akan menguntungkan Ukraina. Putin mengkritik keputusan negara-negara Barat. Menurutnya, hal tersebut merupakan “pelanggaran berat” terhadap pembatasan berdasarkan kewajiban internasional.

Putin juga memperingatkan konsekuensi tindakan AS dan NATO tersebut. Awal bulan ini, dia mengatakan, sedang mempertimbangkan untuk mempersenjatai musuh-musuh Barat dengan senjata jarak jauh—sesuatu yang sedang dikembangkan oleh Korea Utara. Soal beragam sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia dan Korea Utara, Putin mengatakan bahwa dirinya dan Kim “tidak menoleransi bahasa pemerasan dan dikte” dan akan terus menentang penggunaan “sanksi pencekikan” oleh Barat untuk mempertahankan “hegemoni”.

Sementara itu, Kim memuji perjanjian mereka sebagai penanda momen penting dan bersejarah dalam hubungan kedua negara. Dia juga menyatakan “dukungan penuh dan solidaritas” untuk Rusia dalam perangnya terhadap Ukraina. Kim telah dituduh memasok senjata ke Rusia, sementara Putin diperkirakan memberikan teknologi luar angkasa kepada Korea Utara yang dapat membantu program rudal mereka. Keduanya terakhir bertemu di Rusia pada bulan September 2023.

Apa konsekuensi kesepakatan Rusia-Korut?

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, dari Pyongyang, kesepakatan antara Putin dan Kim kemungkinan besar akan membuat marah Korea Selatan, yang sebelum pertemuan tersebut telah memperingatkan Rusia agar tidak melampaui batas tertentu.

Penasihat Keamanan Nasional Korsel, Chang Ho-jin, berkata kepada pejabat Rusia bahwa Moskwa “harus mempertimbangkan mana di antara Korea Utara dan Korea Selatan yang lebih penting bagi mereka, setelah Rusia mengakhiri perangnya dengan Ukraina”.

Rachel Lee, peneliti senior bidang Korea di lembaga kajian Stimson Center, mengatakan, perjanjian semacam itu akan memiliki “implikasi signifikan bagi kawasan dan dunia”.

Pertama, menurutnya, ada kemungkinan intervensi Rusia dalam konflik antara Korsel dan Korut. Kedua, “jika Korea Utara terus memasok senjata ke Rusia, dan Rusia memberikan teknologi militer canggih kepada Korea Utara, kita dapat menghadapi masalah proliferasi (senjata) global yang lebih besar.”

Bagaimana Latar Belakang Hubungan Putin-Kim ?

Putin terakhir kali mengunjungi Pyongyang pada 2000, hanya empat bulan setelah ia mengambil alih kekuasaan, untuk bertemu ayah Kim Jong Un, yaitu Kim Jong Il. Selang 24 tahun kemudian, perekonomian Korea Utara semakin terpuruk akibat sanksi internasional. Banyak pengamat yakin Kim Jong Un meminta bantuan penting seperti makanan, bahan bakar, mata uang asing, dan teknologi dari Rusia.

Pada era Uni Soviet, Rusia memainkan peran penting dalam menopang Korea Utara. Saat Kim melawat ke Rusia September 2023 lalu, Putin berjanji membantu Korea Utara mengembangkan satelitnya, setelah peluncurannya beberapa kali gagal. AS yakin program satelit Korea Utara juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rudal balistiknya karena teknologinya serupa. Namun, kedua pemimpin tersebut juga akan memperoleh keuntungan diplomasi dan kekuatan lunak (soft power), kata para pengamat.

Mereka “berusaha mengurangi dampak sanksi internasional dengan menciptakan jaringan teman dan mitra alternatif di luar jangkauan sanksi AS,” kata Jeffrey Lewis, direktur Pusat Studi Nonproliferasi James Martin.

Hal ini pada gilirannya memperkuat pandangan dunia “multipolar” yang didorong oleh Rusia, China, dan negara-negara lain sebagai alternatif terhadap tatanan internasional saat ini yang dipimpin oleh AS dan sekutu Barat, kata para analis. Reportase tambahan oleh Joel Guinto, Kelly Ng, dan Jake Kwon.

Amankan Asia Tenggara

Beberapa pengamat mengatakan kehadiran Rusia dalam kerjasama dengan Korea Utara ini akan membawa angin segara di Asia Tenggara karena Amerika Serikat tidak bisa lagi sembarangan menjalankan proxinya di wilayah Asia Tenggara.

Masyarakat dikawasan berharap, kerjasama ini akan mengimbangi kekuatan global di kawasan Asia Timur dan Asia tenggara, bahkan bisa saja benar-benar membebaskan kawasan dari cengkraman Imperialisme Amerika yang sudah berlansung semenjak Amerika Kalah dalam perang Korea di tahun 1950-an dan kekalahan melawan Vietnam di tahun 1970-an. (Web Warouw)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,110PelangganBerlangganan

Terbaru