Sabtu, 12 Juli 2025

AMBRUK NIH…! Joe Biden Tak Berkutik, Bankir Ancam Keluar dari Bursa Wall Street, Ekonomi AS Hancur Berantakan

JAKARTA- Presiden Amerika Serikat, Joe Biden tak berkutik saat mendapat ancaman dari sejumlah bankir asal Amerika dan Eropa.

Para bankir Amerika dan Eropa mengancam akan keluar dari bursa saham Wall Street.

Ancaman para bankir ini dinyatakan setelah Biden menyetujui aturan ini Departemen Keuangan AS yang melarang bank besar di Wall Street tidak dapat memfasilitasi perdagangan surat utang Rusia.

Larangan ini dilakukan Joe Biden sebagai bentuk sanksi atas invasi yang dilakukajn Putin pada Ukraina.

Larangan ini tentunya akan sangat merugikan para bankir besar yang bercokol di Bursa Wall Street Amerika Serikat.

Dan akibat larangan ini juga akan membuat para bankir Amerika dan Eropa mengalami kerugian besar.

Sebagian besar bank AS dan Eropa terancam mengalami pembengkakan kerugian, lantaran para investor mulai meninggalkan aset yang tak bisa ditransaksikan.

Kekhawatiran inilah yang membuat para perbankan memutuskan untuk tidak lagi patuh terhadap perintah yang diterbitkan Departemen Keuangan AS yang disetujui oleh Joe Biden.

Akhirnya para bankir pun kompak keluar dari pasar Wall Street.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, setelah ancaman tersebut, Joe Biden pun akhirnya melunak. Ia sudah mengizinkan perdagangan obligasi Rusia di bursa Wall Street.

Namun ia tetap melarang para bankir untuk membuka akses perdagangan bagi investor baru.

Beberapa bank besar di bursa Wall Street kini mulai memfasilitasi perdagangan surat utang atau obligasi Rusia, Senin (15/8/2022).

Bila para bankir tersebut keluar dari bursa Wall Street tentunya akan berimbas sangat besar pada ekonomi Amerika Serikat.

Reuters mencatat usai obligasi Rusia mulai diperdagangkan sejumlah perbankan kini mulai kembali ke pasar Wall Street diantaranya bank JPMorgan Chase & Co (JPM.N) , Bank of America Corp (BAC.N) , Citigroup Inc (CN) , Deutsche Bank AG (DBKGn.DE) , dan Barclays Plc (BARC.L ).

“Kami mulai sekarang akan memfasilitasi divestasi obligasi pemerintah Rusia dan obligasi korporasi tertentu.” jelas Bank of America usai Biden mengizinkan penjualan obligasi Rusia.

Belum diketahui siapa saja yang telah membeli obligasi Rusia usai Biden memberikan izin tersebut.

Namun seorang juru bicara bank Jefferies Financial Group Inc mengaku bahwa pihaknya saat ini tengah menyusul perbankan lainnya untuk memfasilitasi kebutuhan klien dalam menavigasi perdagangan obligasi atau surat utang dari Rusia.

Rusia Ancam AS

Rusia memberi peringatan keras Amerika Serikat (AS) yang hendak menyita penyitaan aset milik Moskow.

Setiap penyitaan aset Rusia oleh AS justru akan menghancurkan hubungan bilateral Moskow dengan Washington.

Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Departemen Amerika Utara, Kementerian Luar Negeri Rusia.

Reuters melaporkan, hubungan Rusia dengan AS serta sekutunya telah memburuk sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Pihak Barat termasuk Amerika Serikat di dalamnya sudah menjatuhkan sederet sanksi ekonomi, keuangan, dan diplomatik kepada Rusia yang menginvasi Ukraina.

Banyaknya sanksi yang dijatuhkan ke Rusia ini belum pernah terjadi sepanjang sejarah di dunia.

Salah satu sanksinya yakni membekukan sekitar setengah dari cadangan emas dan valuta asing Rusia yang mendekati $640 miliar sebelum 24 Februari.

Sebelumnya, pejabat tinggi Barat, termasuk Kepala Kebijakan Luar Negeri Eropa Joseph Borrell telah menyarankan penyitaan cadangan beku Rusia untuk membantu mendanai rekonstruksi masa depan Ukraina.

Sontak saja rencana perampokan aset Rusia ini langsung ditentang oleh Moskow.

“Kami memperingatkan Amerika tentang konsekuensi merugikan dari tindakan semacam itu yang akan secara permanen merusak hubungan bilateral, yang bukan merupakan kepentingan mereka maupun kami,” kata Alexander Darchiev kepada TASS dalam sebuah wawancara.

Belum jelas aset mana yang dimaksud, lapor Reuters.

Sebelumnya, AS dan sekutu Eropa telah membekukan aset senilai $30 miliar milik oligarki atau miliarder Rusia.

Para oligarki tersebut memiliki hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Adapun aset yang disita termasuk kapal pesiar, helikopter, real estat, hingga seni, menurut pemerintahan AS.

Departemen Kehakiman AS sedang mencari otoritas yang lebih luas dari Kongres untuk menyita aset oligarki Rusia sebagai sarana untuk menekan Moskow atas tindakannya di Ukraina, kata seorang jaksa pada Juli.

Darchiev, pejabat Kemenlu Rusia ini juga mengatakan hubungan diplomatik Moskow-Washington akan rusak parah bahkan putus jika Rusia dinyatakan sebagai negara sponsor terorisme.

“Dalam konteks ini, saya ingin menyebutkan inisiatif legislatif yang saat ini sedang dibahas di Kongres untuk menyatakan Rusia sebagai ‘negara sponsor terorisme’.”

“Jika disahkan, itu berarti Washington harus melewati titik tidak bisa kembali, dengan kerusakan kolateral serius pada hubungan diplomatik bilateral, hingga menurunkan atau bahkan memutuskannya. Pihak AS telah diperingatkan,” tegas kepala departemen Kementerian Luar Negeri.

Berbicara tentang situasi di Ukraina, Darchiev mengatakan bahwa pengaruh AS di Kyiv telah meningkat ke tingkat bahwa “Amerika semakin menjadi pihak langsung dalam konflik”.

Darchiev juga menyinggung soal tawaran pertukaran tahanan Rusia dengan AS.

Diketahui, Washington menawarkan pembebasan Brittney Griner dan Paul Whelan yang ditahan di Rusia dengan imbalan Viktor Bout yang ditahan di AS.

Viktor Bout merupakan pedagang senjata Rusia, yang disebut jaksa AS sebagai salah satu pedagang senjata paling produktif di dunia.

Sedangkan Brittney Griner adalah atlet basket nasional wanita yang dijatuhi hukuman penjara karena menyelundupkan dan memiliki narkotika, sementara Paul Whelan merupakan mantan marinir AS yang ditahan karena tuduhan spionase.

Darchiev membenarkan bahwa rencana pertukaran tahanan tersebut sedang dibahas. (Enrico N. Abdielli)

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru