Kamis, 22 Mei 2025

AS LELAH BERUNDING..! Komandan Ukraina Ketakutan Lihat Tentara Korea Utara Berperang: Pilih Mati Ketimbang Menyerah

JAKARTA – Komandan militer Ukraina mengungkapkan kengerian tentara Korea Utara dalam berperang di Ukraina. Militer Ukraina harus menghadapi tentara Korea Utara yang membantu perang Rusia di Kursk.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dilaporkan telah mengirim ribuan tentara Korea Utara untuk membantu Rusia menghadapi Ukraina di Kursk.

Kursk merupakan wilayah Rusia yang sebagian areanya diduduki Ukraina, yang melakukan serangan balasan Agustus lalu.

Pimpinan perang Ukraina Mayor Oleh Shyriaiev mengatakan pertama kali berperang dengan tentara Korea Utara di dekat Kruglenkoe, sebuah desa yang bejarak 8 mil dari Kursk.

“Mereka mencoba menyerang kami dengan satu kelompok kompi. Kami sudah siap,” ujar Shyriaiev dilansir dari ABC News, dikutip Bergelora.com di Jakarta, Sabtu (19/4).

“Kami sedikit mundur dan menciptakan ladang ranjau. Setelah Korea Utara menginjak ranjau itu, orang-orang saya menghabisi mereka dengan senjata,” lanjutnya.

Ia pun mengungkapkan bagaimana tentara Korea Utara lebih memilih mati ketimbang disandera.

“Mereka tak menyerah. Saya ingat ada saat kami tak mampu menyandera mereka,” ujarnya.

“Kami membawa beberpa orang yang sudah terluka, tetapi saya pikir mereka telah tewas karena luka-lukanya,” sambung Shyriaiev.

Dengan Ukraina yang menguasai beberapa wilayah di Kursk, dan upaya perdamaian terus berjalan, Shyriaiev menegaskan bahwa operasi itu berhasil, meski pada akhirnya Ukraina harus mundur.

“Mereka kehilangan banyak personel, baik kehilangan yang bisa dipulihkan dan yang tak dapat dipulihkan,” katanya terkait tentara Rusia dan Ukraina.

“Mereka telah kehilangan banyak perlengkapan, banyak infrastruktur mereka yang rusak, yang berarti mereka perlu membangun kembali. Ini juga datang dengan biaya, serta itu melemahkan Rusia,” tambah Shyriaiev.

AS Ancam Cabut dari Perundingan

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio (tengah) di tengah perundingan tentang perang Rusia-Ukraina di Paris, Prancis, Kamis (17/4/2025). (Ist)

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio, Jumat (18/4/2025), menyatakan pihaknya mempertimbangkan untuk mengakhiri keterlibatan dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
Rubio menyebut Washington akan cabut dari perundingan jika tidak ada progres berarti dalam waktu dekat.

Hal tersebut disampaikan Rubio usai bertemu para pejabat Ukraina dan Eropa di Paris, Prancis, Kamis (17/4/2025). Pertemuan ini membahas perdamaian di Ukraina.

Rubio menyampaikan, pertemuan di Paris berlangsung konstruktif dan menghasilkan langkah maju menuju perdamaian.
Namun, ia mengungkapkan kekecewaan AS karena perundingan antara Rusia dan Ukraina masih jalan di tempat.

“Kami sekarang sampai di titik yang mengharuskan kami memutuskan apakah ini (perdamaian Rusia-Ukraina) mungkin atau tidak,” kata Rubio, dikutip dari Associated Press.

“Karena kalau tidak, saya pikir kami akan beranjak. Ini bukan perang kami. Kami punya prioritas lain untuk diperhatikan.”

Sejumlah perundingan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina telah dilakukan di Arab Saudi beberapa pekan belakangan.

Rubio menyebut utusan AS, Steve Witkoff, bahkan telah bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin tiga kali.

Pada saat bersamaan, negara-negara Eropa menggelar sejumlah pertemuan terpisah usai AS menginisiasi perundingan Rusia-Ukraina.

Sekutu-sekutu Ukraina di Eropa dilaporkan khawatir pemerintahan Donald Trump meninggalkan Kiev dan semakin mendekati Rusia.

Rusia dilaporkan menolak perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Trump karena keberatan dengan sejumlah hal.

Kepada Bergelora.com di Jakarta dilaporkan, Moskow menuntut perjanjian gencatan senjata mencakup ketentuan agar mobilisasi Ukraina dan bantuan militer Barat dihentikan. Namun, Kiev menolak tuntutan tersebut.

Sementara pasukan Rusia terus menyerang Ukraina saat perundingan damai menemui jalan buntu. Pada Jumat (18/4/2025), pasukan Rusia mengebom Kherson, Ukraina dan menewaskan satu orang.

Sebelumnya, drone Rusia menyerang kota Sumy, Ukraina saat peringatan Minggu Palma dan menewaskan setidaknya 34 orang. (Web Warouw)


 


 

 

Artikel Terkait

Stay Connected

342FansSuka
1,543PengikutMengikuti
1,120PelangganBerlangganan

Terbaru